157 research outputs found

    The Effectiveness of Intravenous Admixture Training in a Private Hospital in Surabaya

    Get PDF
    In this hospital, the nurses face intravenous (iv) admixture problems in preparing and delivering iv injection and/or infusion to patients due to their limited background knowledge of drug stability and incompatibility. The nurses lack comprehension in maintaining the physical and chemical stability of the drugs. When stability is disrupted, incompatibility may occur. The incompatibility will diminish the effectiveness and the safety of drugs. Six small classes are conducted at the hospital, with 184 total attendants. There are three sessions: i. drug stability, ii. iv injection or infusion delivery, iii. case study (preparing and delivering several iv injections and/or infusions). The effectiveness of iv admixture training was evaluated through questionnaires and formative test (pre-test and post-test sessions). A process evaluation is based on both a 5-point Likert scale questionnaires and pencil and paper test distributed for each session. The nurses awareness of iv drug incompability, as an impact of the training, is showed through a percentage of pharmaceutical queries before and after training

    Subfertilitas dan Penatalaksanaannya

    Get PDF
    Melahirkan bayi yang sehat adalah harapan setiap pasangan. Namun, setelah menikah, tidak setiap pasangan dapat segera memiliki anak meskipun berhubungan seksual secara teratur tanpa menggunakan pengaman. Kondisi ini disebut sebagai kurang subur (subfertil) hingga mandul atau steril.1 Gangguan/masalah kesuburan dapat disebabkan oleh faktor wanita, pria, keduanya (pria dan wanita), atau tidak diketahui penyebabnya, serta dapat terjadi di setiap tahapan proses pembuahan dan kehamilan. Normalnya, proses pembuahan dan kehamilan dimulai dari produksi dan pematangan sperma dan sel telur, bertemunya sperma dan sel telur dalam saluran telur, penanaman calon janin dalam rongga rahim, perkembangan janin hingga cukup umur untuk dilahirkan.2 Proses pembuahan dan berbagai hambatan kesuburan diulas lengkap pada buletin edisi kali ini dalam artikel yang berjudul ‘Subfertilitas’. Penatalaksanaan masalah kesuburan, baik non obat maupun obat, tergantung pada penyebabnya, meliputi: operasi, inseminasi buatan, atau Teknologi Reproduksi Berbantu (assisted reproductive technology, ART), penggunaan obat antiestrogen, metformin, gonadotropin beserta analognya, analog hormon pelepas gonadotropin, serta dopamin agonis.3 Pilihan terapi dan kajian efektivitasnya dapat dilihat dalam artikel yang berjudul ‘Terapi Farmakologi Infertilitas pada Wanita’. Editorial kali ini membahas tentang penggunaan kombinasi emtricitabine dan tenofovir disoproxil fumarate untuk indikasi terapi profilaksis infeksi HIV pada pasien dengan risiko tinggi terinfeksi HIV. Akan tetapi, sayang sekali penelitian tentang penggunaan kombinasi obat ini untuk mencegah transmisi penularan HIV pada janin untuk ibu hamil masih belum ada, padahal menurut data WHO 2010 terdapat 35% wanita hamil terinfeksi HIV di seluruh dunia khususnya pada negara dengan tingkat ekonomi rendah dan menenga

    Profil sensitivitas bakteri Pseudomonas aeruginosa terhadap antibiotik di salah satu rumah sakit swasta di Surabaya: studi deskriptif periode 2001-2009

    Get PDF
    Antibiotik adalah obat yang digunakan untuk melawan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat (misalnya dosis yang kurang atau berlebih, lama pemberian yang terlalu singkat atau terlalu lama, penggunaan antibiotik spektrum luas yang berlebihan, dll.) dalam melawan penyakit infeksi dapat meningkatkan risiko terjadinya resistensi/kekebalan bakteri terhadap antibiotik. Di samping itu, penggunuan antibiotik yang tidak adekuat dapat menyebabkan kegagalan pengobatan dan kematian pasien. Pengetahuan yang baik tentang kepekaan bakteri terhadap antibiotik dapat membantu penulis resep dalam menentukan terapi antibiotik empiris. Peneliti melakukan observasi terhadap data antibiotic sensitivity test bakteri Pseudomonas aeruginosa yang dikumpulkan oleh mahasisvva dalam penelitian skripsinya di salah satu rumah sakit swasta di Surabaya padu tahun 2001,2004,2006,2008, dun 2009. Persentase kepekaan bakteri Pseudomonas aeruginosa pada tahun 2001, 2004, 2006, 2008, dan 2009 secara deskriptif disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Data antibiotic sensitivity test bakteri Pseudomonas aeruginosa terhadap berbagai antibiotik pada tahun 2001 menunjukkan sensitivitas lebih dari 60% terhadap lima golongan antibiotik, yaitu golongan aminoglikosida (amikasin), sejalosporin (seftazidim), fluorokuinolon (siprofloksasin), penisilin (piperasilin-tazobaktam), karbapenem (meropenem). Pada tahun 2004 terjadi penurunan sensitivitas terhadap antibiotik amikasin, siprofloksasin, meropenem; dan peningkatan sensitivitas terhadap antibiotik seftazidim dan piperasilin-tazobaktam. Pada tahun 2006 terjadi penurunan sensitivitas terhadap antibiotik kecuali amikasin. Pada tahun 2008 terjadi peningkatan sensitivitas terhadap antibiotik amikasin, piperasilin-tazobaktam, meropenem; dan penurunan sensitivitas terhadap antibiotik seftazidim dan siprofloksasin. Pada tahun2009 terjadi penurunan sensitivitas terhadap antibiotik amikasin, piperasilin-tazobaktanz, meropenern; danpeningkatan sensitivitasterhadap antibiotik seftazidim dansiprofloksasin Sensitivitas bakteri Pseudomonas aeruginosa dari waktu ke waktu terhadap berbagai antibiotik berbeda. Perlu dilakukan surveilens secara terus-menerus dan penelitian lebih lanjut tentang hubungan tingkat penggunaan antibiotik dan sensitivitas bakteri terhadap antibiotik sehingga dapat dijadikan masukan bagi rumah sakit dalam menentukan kebijakan pengendalian antibiotik di rumah sakit

    Analisis Risiko Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki pada Pasien Lanjut Usia di Rumah Sakit Umum Surabaya

    Get PDF
    Orang lanjut usia memiliki risiko tujuh kali lebih besar mengalami Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD) dibandingkan dengan orang yang lebih muda. Penelitian yang dilakukan di rumah sakit di Irlandia melaporkan bahwa kejadian ROTD pada pasien lanjut usia sebesar 26%. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat tingkat risiko ROTD dan jenis obat yang digunakan pada pasien lanjut usia rawat inap di RSUD Dr. Moh. Soewandhie Surabaya Periode November–Desember 2014 dengan alat Gerontonet Score dan kriteria Screening Tool of Older People’s Prescriptions (STOPP). Penelitian ini merupakan studi potong lintang dengan jumlah responden 42 orang. Gerontonet score dan kriteria STOPP digunakan untuk melihat tingkat risiko dan jenis obat yang dapat meningkatkan ROTD. Gerontonet score terdiri dari 6 variabel (≥4 comorbid, gagal jantung, gangguan liver, jumlah obat, riwayat ROTD, dan gangguan ginjal); skor ≥4 menunjukkan pasien yang berisiko tinggi mengalami ROTD. Hasil penelitian menunjukkan variabel yang paling banyak menentukan skor adalah GFR ≤60 mL/menit/1,73 m2 dan jumlah obat yang diterima pasien; 15 orang memiliki risiko tinggi (skor ≥4) mengalami ROTD; dan 9,7% (6/62) jenis obat yang termasuk dalam kriteria STOPP, yaitu: furosemid, aspirin, digoksin, dan golongan OAINS (diklofenak, ketoprofen, dan meloksikam). Jadi, GFR ≤60 mL/menit/1,73 m2 dan jumlah obat merupakan faktor risiko yang dapat meningkatkan ROTD

    TINJAUAN KUANTITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DI RSK ST. VINCENTIUS A PAULO SURABAYA DAN RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PNEUMONIA NOSOKOMIAL YANG MENJALANI RAWAT INAP DI RSK ST. VINCENTIUS A PAULO SURABAYA PADA TAHUN 2006

    Get PDF
    Kejadian resistensi antimikroba, khususnya antimikroba pilihan pertama, semakin meningkat. Bahkan di beberapa instansi, kejadian resistensi antimikroba terhadap antimikroba pilihan kedua maupun ketiga juga meningkat. Kejadian resistensi antimikroba akan berdampak pada peningkatan biaya kesehatan karena harga antimikroba pilihan kedua atau ketiga lebih mahal daripada antimikroba pilihan pertama Tujuan penelitian : (i) deskripsi kuantitas pemakaian antibiotik yang dinyatakan dalam satuan DDD per 100 bed days di RSK St. Vincentius a Paulo Surabaya pada tahun 2006, serta (ii) mengkaji rasionalitas pemakaian antimikroba pada penderita pneumonia nosokomial yang menjalani rawat inap di RSK St. Vincentius a Paulo, Surabaya pada tahun 2006. Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif retrospektif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi. Perhitungan DDD per 100 bed-days dilakukan dengan menggunakan ABC calc, yaitu suatu alat perhitungan sederhana (Microsoft Excel®) yang direkomendasikan WHO untuk menghitung konsumsi obat. Rasionalitas pemakaian antimikroba disampaikan dalam persentase kategori Gyssen yang telah dimodifikasi. Hasil perhitungan konsumsi antibiotik di RSK St. Vincentius a Paulo Surabaya pada tahun 2006 adalah 80,2 DDD per 100 bed days. Persentase golongan antibiotik yang banyak digunakan di RSK St. Vincentius a Paulo, Surabaya pada tahun 2006 adalah antibiotik golongan sefalosporin dan karbapenem (33,2%), penisilin (28,1%), dan kuinolon (19%). Persentase ketidaktepatan pemakaian antibiotik berdasarkan kategori Gyssen adalah sebagai berikut : (i) 45,7% pemilihan jenis antibiotik tidak tepat (kategori IV), (ii) 40% waktu pemberian antibiotik terlalu singkat (kategori IIIb), (iii) 85,7% penentuan dosis antibiotik yang diberikan tidak tepat (kategori IIa), (iv) 60% penentuan interval pemberian antibiotik tidak tepat (kategori IIb), 0% rute pemberian antibiotik tidak tepat (kategori IIc), dan (v) 11,4% yang pemakaian antibiotiknya tepat (kategori I)

    PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS MIVI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA MATERI SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA

    Get PDF
    Penelitian ini mengenai penggunaan media pembelajaran berbasis MIVI (Multimedia Interaktif Visual). Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk membuktikan adanya peningkatan kemampuan kognitif siswa dengan menggunakan media pembelajaran berbasis MIVI pada materi sistem peredaran darah manusia. Penelitian ini dilakukan berdasarkan rendahnya kemampuan kognitif siswa kelas XI IPA di SMA Taman Siswa Rancaekek terhadap materi sistem peredaran darah manusia yang disebabkan oleh kurang optimalnya penggunaan media didalam kelas. Sehingga siswa banyak yang tidak mencapai kriterian ketuntasan minimum dalam ranah kognitif, kurang interaktif, mengalami kejenuhan, dan sulit memahami materi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pra eksperimental. Desain penelitiannya adalah One-Group Pretest-Posttest Design. Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 1 yang ditentukan dengan teknik purpossive sampling. Instrumen berupa 20 soal pilihan ganda dengan hasil penelitian; nilai rata-rata pretest sebesar 49,94 dan rata-rata posttest sebesar 82,65. Setelah dilakukan penelitian pretest dan posttest peneliti melanjutkan dengan uji Z dan diperoleh dengan hasil uji Z signifikan, karena z hitung > z tabel sebesar 4,19 > 1,7. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa hipotesis Ho ditolak, sehingga media yang diberikan sudah diterima dengan baik dan terdapat peningkatan yang signifikan antara siswa sebelum melakukan penggunaan media pembelajaran berbasis MIVI dengan nilai siswa yang sudah diberikan perlakuan pembelajaran menggunakan media pembelajaran berbasis MIVI. Kata Kunci : Kemampuan Kognitif, MIVI, Materi Sistem Peredaran Darah Manusi

    Raltegravir: penghambat enzim integrase HIV-1

    Get PDF
    Raltegravir efektif digunakan sebagai bagian dari kombinasi ART baik untuk pasien treatment-naive maupun pasien treatmentexperienced; aturan pemberian raltegravir dua kali per hari (BID). Harga raltegravir lebih mahal daripada harga jenis ART lain. Raltegravir relatif dapat ditoleransi; efek samping yang sering terjadi: diare, mual, dan sakit kepala. Rifampisin dapat menurunkan 40%-60% konsentrasi raltegravir dalam serum apabila digunakan bersama. Dosis raltegravir pada penggunaan bersama dengan rifampisin: 800mg, sehari dua kali (BID)

    Beyond Use Date Produk Steril

    Get PDF
    Beyond use date (BUD) adalah tanggal yang ditetapkan pada produk steril yang telah dibuka dimana kondisi produk tersebut masih dalam rentang stabil dan dapat diberikan kepada pasien. Pada saat produk steril dibuka terjadi paparan dengan lingkungan di sekitarnya. Udara, uap air dan mikroorganisme dapat masuk dan menyebabkan perubahan fisika dan kimia, serta kontaminasi mikroorganisme. Perubahan fisika dan kimia dipercepat oleh meningkatnya suhu, sedangkan kontaminasi mikroorganisme dapat menyebabkan penularan penyakit infeksi.1 Produk steril biasanya tidak mengandung pengawet, oleh karena itu dapat terkontaminasi oleh bakteri dan menjadi sumber penularan penyakit infeksi, sebagai contoh: waktu kedaluwarsa (expiration date) serbuk injeksi seftriakson 1g dalam vial yang belum dibuka adalah 3 (tiga) tahun; sedangkan setelah direkonstitusi (beyond use date) sifat fisika dan kimia stabil selama 24 jam pada suhu 25°C dan selama 4 hari pada suhu 2-8°C. Single use vial seftriakson yang telah direkonstitusi harus segera digunakan.2 Expiration date larutan deksametason fosfat dalam single use vial yang belum dibuka adalah 2 (dua) tahun; sedangkan setelah diencerkan, beyond use date pada suhu 2-8°C adalah 24 jam.3 Waktu kedaluwarsa didefinisikan sebagai satuan waktu dimana suatu produk dapat dipertahankan/tetap memiliki sifat dan karakteristik yang sama dengan pada saat pembuatannya (dalam batas tertentu) selama periode penyimpanan hingga digunakan. Tanggal kedaluwarsa dibedakan menjadi dua, yaitu (i) expiration date (ED) atau best before date dan (ii) beyond use date (BUD). Expiration date adalah tanggal yang ditetapkan berdasarkan waktu kedaluwarsa yang dihitung sejak produk dibuat (manufacture date); sedangkan beyond use date dihitung sejak wadah produk dibuka

    Farmakoterapi Osteoporosis

    Get PDF
    Osteoporosis adalah suatu kondisi tulang yang bercirikan pengurangan densitas massa dan perburukan mikroarsitektur tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan risiko kejadian patah tulang meningkat. Densitas massa tulang berkurang dengan bertambahnya usia. Penelitian yang dilakukan oleh PT. Fonterra Brands Indonesia di 14 propinsi pada tahun 1999 dan 16 propinsi pada tahun 2003-2005 di Indonesia melaporkan bahwa dari 126.265 orang yang diteliti, yang mana 65% diantaranya adalah perempuan, secara keseluruhan pada berbagai usia risiko osteoporosis pada laki-laki lebih rendah daripada perempuan (14,8% vs 21,7%); sedangkan risiko osteopenia pada laki-laki dan perempuan hampir sama (39,1% vs 34,7%).1 Pada tahun 2006 prevalensi osteoporosis wanita Indonesia, 23% pada usia 50 hingga 80 tahun, dan 53% pada usia 70 hingga 80 tahun.2,3 Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2010, menyatakan angka insiden patah tulang paha yang diakibatkan osteoporosis sekitar 200 per 100.000 kasus pada wanita dan pria di atas usia 40 tahun..

    Omalizumab: Anti-IgE untuk Terapi Asma

    Get PDF
    Injeksi omalizumab digunakan secara terbatas hanya untuk pasien yang asmanya tidak terkontrol dengan inhalasi kortikosteroid dan nilai pemeriksaan antibodi IgEnya >30 IU/mL (step 5). Dosis injeksi omalizumab disesuaikan dengan nilai pemeriksaan antibodi IgE dan berat badan. Kejadian efek samping serius akibat pemberian injeksi omalizumab antara lain syok anafilaksis, kanker, dan gejala serupa serum sickness. Reaksi syok anafilaksis dapat terjadi baik pada saat pertama kali diinjeksi ataupun satu tahun setelah pemberian injeksi omalizumab; sedangkan gejala serupa serum sickness biasanya terjadi pada hari pertama hingga ke-5 pemberian injeksi omalizumab. Hentikan pemberian jika gejala tersebut muncul. Biaya langsung penggunaan injeksi omalizumab pada pasien dengan berat badan 50 kg dan nilai pemeriksaan antibodi IgE 30-100 IU/mL adalah Rp. 14.867.150,- (3 dosis injeksi)
    • …
    corecore