108 research outputs found
Self-recruitment in anemonefish and the impact of marine ornamental fishery in Spermonde Archipelago, Indonesia: implications for management and conservation
The yearly amount of traded by middlemen on Spermonde Archipelago (Indonesia) is estimated to about 140,000 specimens A. ocellaris and more than 31,000 anemones. Both A. ocellaris and sea anemone densities (p < 0.01) were significantly lower at reefs with a high exploitation than at reefs with a low exploitation. The size of A. ocellaris individuals was significantly smaller in Barrang Lompo than in Samalona (p < 0.01). The private alleles and allelic richness in Samalona were 4% significantly higher than in Barrang Lompo. The allelic richness was positively correlated with the fish density (p < 0.05). Fish stays largely in place despite its pelagic larvae stage (44 % - 60.7 % self-recruitment). The genetic relatedness revealed a close relation between individuals within a group of A. ocellaris in Barrang Lompo. Conversely, unrelated individuals of A. ocellaris in Samalona and of A. perideraion in Barrang Lompo were observed. Altogether, these results provide important insights how marine ornamental fishery has impacted the population of anemonefish and its host in Spermonde Archipelago
Identifikasi Scatophagus argus yang dipasarkan di Jakarta berdasarkan Analisis Morfologi dan DNA Barcoding
Species list of economical fish landed in Muara Baru Modern Fish Market, Jakarta needs to be examined. Fish species information needs to know the species of fish being traded. However, many species are difficult to identify morphologically. The aim of this research was to identify fish based on their morphological characters and DNA barcoding. The methods of this research were morphologic, morphometric, and molecular identification with DNA barcoding using PCR. Morphological analysis results showed that fish samples have unique characteristics in the presence of spots on their bodies and fading in the abdomen. Morphometric observations were made with 19 different characters and weight measurements. The 19 fish characters observed have a standard deviation of <1, mean that the fish samples taken have a size that was not much different. A comparison ratio of 18 morphometric characters to total length (PT) showed variable results. Genetic analysis of the fish studied had the Max Score and Total Score was same, 1201, Query Coverage was 95%, and Ident was 100%. Based on morphological analysis and DNA barcoding used by fish species identified as Scatophagus argus species. Both methods were successfully carried out and the two methods complement each other to identify fish species correctly and accurately. Jumlah ikan ekonomis yang banyak diperjualbelikan di Pasar Muara Baru, Jakarta perlu dilakukan penelitian. Informasi spesies ikan perlu diketahui untuk mengetahui jenis ikan yang diperjualbelikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi morfologi ikan dengan pendekatan studi morfometrik dan DNA barcoding. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pengamatan morfologi dan pengukuran morfometri serta identifikasi molekuler dengan DNA barcoding menggunakan PCR. Hasil analisis morfologi menunjukkan bahwa sampel ikan memiliki karakteristik yang unik dengan adanya corak totol di seluruh tubuhnya dan memudar di bagian perut. Pengamatan morfometrik dilakukan dengan 19 karakter yang berbeda serta pengukuran berat. 19 karakter ikan yang diamati memiliki standar deviasi yang <1, artinya sampel ikan yang terambil memiliki ukuran yang tidak jauh berbeda. Rasio perbandingan 18 karakter morfometri terhadap panjang total (PT) menunjukkan hasil yang bervariasi. Analisis genetik dari ikan yang diteliti memiliki Max Score dan Total Score sama yaitu 1201 dengan Query Coverage 95%, dan Ident 100%. Berdasarkan analisis morfologi dan DNA barcoding yang digunakan spesies ikan teridenfikasi spesies Scatophagus argus. Kedua metode tersebut berhasil dilakukan dan kedua metode tersebut saling melengkapi untuk melakukan identifikasi spesies ikan secara tepat dan akurat
Penentuan Jenis Ikan Layang ( Decapterus spp) Dengan Menggunakan Metode Analisis Morfologi Dan DNA Barcoding
Ikan layang (Decapterus spp) merupakan ikan yang memiliki nilai ekonomis penting di Indoneisa. Ikan pelagis kecil ini menjadi salah satu target utama penangkapan di perairan Indonesia. Ikan layang diimaanfatkan menjadi berbagai olahan ikan yang banyak diminati oleh masyarakat Indoneisa. Tingginya laju eksploitasi ikan layang membuat ikan tersebut mengalami penurunan stok di alam, untuk dapat mengelola pegakjian stok suatu spesies di alam hal mendasar yang perlu dilakukan adalah memastikan jenis ikan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk memastikan suatu spesies ikan dengan mengidentifikasi secara morofologi dan teknik DNA barcoding. Hasil analisis morfologi menunjukan sampel ikan yang dianalisis memiliki kemiripan dengan genus Decapterus spp, sedangkan berdasarkan analisis DNA barcoding menunjukan hasil hingga mencapai tingkat spesies yaitu Decapterus macrosoma dengan presentasi kesamaan identifikasi hingga 97%. Kata Kunci : analisis morfologi, DNA barcoding, Decapterus spp
TINGKAT PEMANFAATAN SUMBER DAYA MADIDIHANG (Thunnus albacares) DI SAMUDRA HINDIA DENGAN PENDEKATAN ANALISIS SPAWNING POTENTIAL RATIO
Aktivitas penangkapan madidihang telah dilakukan secara terus menerus hingga saat ini karena memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Sementara tingkat pemanfaatan sumber daya madidihang dalam beberapa tahun terakhir belum dipelajari dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pemanfaatan penangkapan madidihang di Indonesia dalam 10 tahun terakhir dan kondisi potensial daerah pemijahan. Analisis dilakukan dengan pendekatan Spawning Potential Ratio (SPR) berdasarkan data panjang cagak madidihang dari berbagai macam alat tangkap. SPR akan dijadikan sebagai titik rujukan biologi dalam memperkirakan tingkat pemanfaatan madidihang. Data panjang cagak yang dianalisis berjumlah 31.735 ekor, dengan panjang minimum 43 cmFL dan maksimum 183 cmF. Rerata panjang madidihang tersebut berkisar 103,7-143,8 cmFL dan terdistribusi secara normal. Madidihang yang tertangkap diasumsikan telah matang secara seksual atau matang gonad (SL50 > Lm). Status perikanan pada 2012, 2007, dan 2006 berdasarkan nilai SPR masuk ke dalam kategori over-exploited (SPR<20%), pada 2011 dan 2013-2018 masuk ke dalam kategori moderate (20% < SPR < 40%), sedangkan pada 2008, 2009, dan 2010 masuk ke dalam kategori under-exploited (SPR > 40%) yang bermakna bahwa pada tahun tersebut potensi pemanfaatan madidihang masih rendah dibandingkan nilai referensi biologi yang dimiliki madidihang.Yellowfin tuna fishing activity has been carried out continuously until now because it has a high economic value. Meanwhile, the level of yellowfin tuna resource utilization in recent years has not been well studied. This study aims to determine the utilization level of yellowfin tuna fishing in Indonesia and the potential conditions of spawning areas. The analysis was conducted using the Spawning Potential Ratio (SPR) approach based on the fork length data of yellowfin tuna from various fishing gears. SPR will be used as a biological reference point in estimating the exploitation rate of yellowfin tuna. The fork length data analyzed were 31,735 individuals, with a minimum length of 43 cmFL and maximum length of 183 cmFL. The mean length of yellowfin tuna ranged from 103.7-143.8 cmFL and normally distributed. Caught yellowfin tuna can be assumed to be sexually mature or gonadal maturity (SL50> Lm). Fishery status in 2012, 2007, and 2006 based on the SPR value was categorized as over-exploited (SPR <20%), in 2011 and 2013-2018 was categorized as moderate (20% <SPR <40%), while in 2008, 2009 and 2010 was categorized as under-exploited (SPR> 40%), which means that in those years, the potential utilization of yellowfin tuna is still low compared to the biological reference value of yellowfin tuna
IDENTIFIKASI IKAN LIDAH Cynoglossus arel (Bloch & Schneider, 1801) BERDASARKAN MORFOMETRIK DAN DNA BARCODING YANG DIPERDAGANGKAN DI TEMPAT PELELANGAN IKAN MUARA ANGKE
Ikan lidah merupakan ikan ekonomis penting yang menjadi salah satu komoditas yang diperdagangkan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Muara Angke. Ikan lidah memiliki keunikan karena metamorfosis mereka, kebiasaan membenamkan diri dalam substrat dan sirip pektoralnya yang terdegradasi sedangkan sirip lainnya saling bertemu. Terdapat enam spesies ikan lidah dari famili Cynoglossidae yang dapat ditemukan di Indonesia, sedangkan penelitian terkait identifikasi ikan lidah masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan memastikan spesies ikan lidah yang diperdagangkan di TPI Muara Angke berdasarkan pengukuran morfometrik dan DNA Barcoding menggunakan sekuen COI. Hasil analisis morfologi menggunakan literatur menunjukkan bahwa ikan lidah sampel memiliki kemiripan karakteristik morfologi dengan Cynoglossus lingua dan Cynoglossus arel yang kemudian diyakini sebagai C. arel berdasarkan ciri diagnostiknya. Berdasarkan analisis DNA barcoding diperoleh spesies Cynoglossus cf. arel dengan identifikasi kesamaan 100% yang tercantum dalam GenBank. Dari hasil analisis morfologi dan DNA barcoding menunjukkan bahwa ikan lidah yang diperdagangkan di TPI Muara Angke merupakan ikan dari famili Cynoglossidae, genus Cynoglossus, spesies Cynoglossus arel.Tongue Fish Identification Traded in Muara Angke Fish Auction Based on Morphometric and DNA Barcoding Using COI Sequences. Tongue fish is an important economical fish which is one of the commodities traded at Muara Angke Fish Auction. Tongue fish are unique because of their metamorphosis, their habit of immersing themselves in the substrate, and their pectoral fins degraded while the other three fins are confluent. There are six species of tongue fish from the Cynoglossidae family that can be found in Indonesia, whereas the study about tongue fish identifications are limited. The present study aims to identify and clarify the species of tongue fish traded at Muara Angke Fish Auction based on morphometric measurements and DNA Barcoding using the COI sequence. The results of the morphological analysis using the literature showed that the tongue fish samples had similar morphological characteristics with Cynoglossus lingua and Cynoglossus arel which were then believed to be C. arel based on their diagnostic characteristics. DNA barcoding analysis of tongue fish sample shows Cynoglossus cf. arel with 100% similarity identification listed in GenBank. From the results of morphological analysis and DNA barcoding showed that the tongue fish traded at TPI Muara Angke are fish from the family Cynoglossidae, genus Cynoglossus, species of Cynoglossus arel
PERBANDINGAN HASIL METODE IDENTIFIKASI SPESIES : MORFOLOGI DAN MOLEKULER PADA IKAN JULUNG-JULUNG DI TPI (TEMPAT PELELANGAN IKAN) MUARA ANGKE, DKI JAKARTA
ABSTRACTThe Congaturi halfbeak (Hyporhampus limbatus), also known as the Valenciennes halfbeak, is an important economic fish in the fisheries sector of Indonesia, with a high level of diversity. The high diversity creates difficulties in the identification process for each species. The identification of species can be based on morphological and molecular methods. Therefore, this study aimed to compare the results of the morphological and molecular identification methods using a sample of H. limbatus. Morphological identification was carried out using morphometric techniques and for molecular identification following DNA Barcoding protocol. The results showed both morphological and molecular methods indicate that the sample was identified as Hyporhampus limbatus. The morphology of the Hyporhampus limbatus has an elongated body shape with a silvery color filled with scales all over his body except on the head. The lower jaw is taper in shape longer than the upper jaw and has an immarginate tail. While for the DNA Barcoding results show high similiraty (97%) and percentage of query coverage (98%) to identify Hyporhampus limbatus. Keyword: morphological, molecular, garfishABSTRAKIkan julung-julung (Hyporhampus limbatus) merupakan ikan ekonomis penting di sektor perikanan Indonesia yang memiliki tingkat keragaman yang tinggi. Tingginya keragaman menyebabkan kesulitan dalam proses identifikasi dari setiap spesies. Metode yang dapat digunakan untuk identifikasi spesies adalah metode morfologi dan molekuler. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan hasil dari metode identifikasi morfologi dan molekuler dengan menggunakan sampel ikan julung-julung. Identifikasi morfologi dilakukan menggunakan teknik morfometrik sedangkan untuk molekuler diaplikasikan dengan DNA Barcoding. Hasil identifikasi dengan metode morfologi dan molekuler menunjukkan hasil yang sama yaitu Hyporhampus limbatus. Berdasarkan hasil identifikasi morfologi Hyporhampus limbatus memiliki bentuk tubuh yang memanjang dengan warna perak dengan sisik di seluruh tubuhnya kecuali pada bagian kepala. Rahang bawahnya berbentuk lancip dengan ukuran lebih panjang dibandingkan dengan rahang atas serta memiliki ekor imarginate. Hasil molekuler (DNA Barcoding) menunjukkan bahwa Hyporhampus limbatus memiliki nilai yang tinggi untuk tingkat kemiripan (97%) dan Query Cover (98%). Kata kunci: morfologi, molekuler, ikan julung-julun
CONCENTRATION OF HEAVY METALS IN GREEN MUSSELS (Perna viridis) OF LAMPUNG BAY AND THEIR SYMBIONE BACTERIAL RESISTANCE
Kerang hijau merupakan organisme laut yang terancam karena kontaminasi logam berat seperti timbal dan tembaga yang ada pada perairan Teluk Lampung. Selain mengancam organisme kerang, logam berat juga menjadi ancaman bagi organisme simbion. Bakteri yang terpapar logam berat secara terus menerus nantinya akan bisa beradaptasi (resistansi) dengan cemaran logam berat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan bioakumulasi kerang hijau asal Teluk Lampung dan menguji kemampuan resistensi bakteri simbion terhadap logam berat timbal (Pb) dan tembaga (Cu) serta melakukan identifikasi molekular untuk mengetahui jenis dari bakteri simbion yang terpilih. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis kandungan logam berat pada sampel air dan kerang hijau kemudian diisolasi bakteri simbionnya dan diseleksi menggunakan media Luria Bertani agar dengan menambahkan konsentrasi logam berat, kemudian diuji tingkat ketahanannya terhadap logam berat Pb dan Cu yang ditambahkan terus menerus dari konsentrasi 100 ppm sampai 1000 ppm hingga bakteri tidak dapat tumbuh lagi secara maksimal. Setelah itu, dilakukan identifikasi molekular untuk mengetahui jenis bakteri dan direkonstruksi untuk melihat kedekatan molekular. Hasil penelitian menunjukkan bahwa air dan kerang hijau telah melebihi baku mutu dan isolat bakteri resisten terhadap logam berat Pb pada kisaran 100-1000 ppm dan logam berat Cu pada kisaran 100-700 ppm. Identifikasi molekular terhadap sampel terpilih yaitu STL09 dan STL11 menunjukkan bahwa bakteri simbion merupakan jenis dari spesies bakteri Bacillus sp.Green mussels are marine organisms that are threatened due to heavy metal pollution such as lead and copper in marine waters. In addition, to threatening shell organisms heavy metals are also a threat to symbiont organisms. Bacteria exposed to heavy metals continuously will later be able to adapt (resistance) to heavy metal contamination. This study aims to determine the concentration of heavy metals lead (Pb) and copper (Cu) in green mussels from Lampung Bay and to test the resistance of symbiotic bacteria to Pb and Cu as well as to conduct molecular identification to determine the type of selected symbiotic bacteria. This research was conducted by analyzing the content of heavy metals in water samples and green mussels then isolated the symbiotic bacteria and selected using Luria Bertani agar by adding heavy metal concentrations, then tested the level of resistance to Pb and Cu which were added continuously from concentrations of 100 ppm to 1000 ppm to bacteria can no longer grow optimally. After that, molecular identification was carried out to determine the type of bacteria and reconstructed to see the molecular proximity. The results showed that the water and green mussels had exceeded the quality standard and were classified as polluted. Bacterial isolates were resistant to Pb in the range of 100-1000 ppm and Cu in the range of 100-700 ppm. Molecular identification of the selected samples, namely STL09 and STL11, showed that the symbiont bacteria were a type of bacterial species Bacillus sp
Identifikasi Caesio cuning berdasarkan Karakterisasi Morfometrik dan DNA Barcoding yang didaratkan di Pasar Ikan Muara Baru, Jakarta
Yellow-tailed fish (Caesio cuning) have morphologically similarities with Lutjanidae families, it causes ambiguity on species authentication process. The process of species identification using morphological characteristic does not provide a precise information related to the species.This study was aimed to identify the morphometric and molecular of Yellow-tailed fish (Caesio cuning) which landed on Muara Baru Fish Market, Jakarta using COI gene. A total 30 fishes were observed their nineteen morphometric characters, and 1 fish sample was taken from the fins for DNA extraction, amplification using PCR method, electrphoresis visualization, and sequensing. Sample was analyzed by MEGA 6 software. Based on morphological analysis showed that sampel are Yellow-tailed fish which part of Caesio genus and Caesionidae family. While, genetic analysis using COI gene showed has similarities with database of Genbank NCBI. It can be concluded that identification using morphological character and DNA barcoding methode showed the species belong to Yellow-tailed fish (Caesio cunning). Ikan Ekor Kuning (Caesio cuning) memiliki kemiripan morfologi dengan anggota famili Lutjanidae lainnya, hal tersebut menyebabkan kesulitan dalam proses autentikasinya. Proses identifikasi pada suatu spesies menggunakan karakteristik morfologinya belum mampu memberikan informasi yang akurat terkait spesies tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi ikan ekor kuning (Caesio cuning) yang didaratkan di Pasar Muara Baru, Jakarta melalui kajian karakteristikmorfometrik dan DNA barcoding menggunakan marka gen COI. Total 30 ikan diamati karakter morfometriknya, dan 1 sampel ikan diambil bagian siripnya untuk dilakukan ekstraksi DNA, amplfikasi PCR, elektroforesis, sekuensing dan dianalisis menggunakan aplikasi MEGA 6. Hasil analisis morfologi menunjukkan sampel ikan berasal dari genus Caesio dan termasuk famili Caesionidae. Sedangkan berdasarkan analisis secara molekuler menggunakan marka gen COI, didapatkan hasil bahwa spesies yang diamati (Caesio cuning) memiliki kemiripan dengan database GenBank NCBI. Dapat simpulkan bahwa identifikasi secara morfologi dan DNA menunjukkan bahwa spesies yang di peroleh yaitu Ikan ekor kuning (Caesio cuning)
GROWTH RATE, SPATIAL-TEMPORAL VARIATION AND PREVALENCE OF THE ENCRUSTING CYANOSPONGE (Terpios hoshinota) IN SERIBU ISLANDS, JAKARTA
Terpios hoshinota is a cyanosponge encrusted on the substrate in coral reefs that may cause mass mortality on the infested corals. This research was conducted to investigate the magnitude of damage level of corals due to the T. hoshinota outbreaks by assessing its growth rate, spatiotemporal variation, and prevalence between two sites in Seribu Islands. Four-time observation (T0-T3) in over 18 months (2016-2017) was conducted to see the growth level of sponge using a permanently quadratic photo transect method of 5x5 m (250.000cm2). The total coverage area of sponge on study site in the T0 was 65.252cm2 and becomes 81.066cm2 in T3. The highest level occurred on T2 of 2.051cm2/months in Dapur Island (the closest to Jakarta) and 483cm2/months in the Belanda Island (the further site). The highest sponge growth rate occurred on T1-T2 during transitional season from rainy to dry. The lowest growth rate was observed on T3 during transitional season from dry to rainy. In general, prevalence percentage was higher in Belanda Island than in Dapur Island. This study showed a persistence invasion of encrusting T. hoshinota on coral reef ecosystem that may overcome the function and role of associated organisms.Terpios hoshinota adalah cyanosponge bertatahkan pada substrat di terumbu karang yang dapat menyebabkan kematian massal pada karang yang terpapar. Penelitian ini dilakukan untuk menyelidiki besarnya tingkat kerusakan karang akibat wabah T. hoshinota dengan menilai tingkat pertumbuhan, variasi spasial, dan prevalensi antara dua lokasi di Kepulauan Seribu. Pengamatan empat kali (T0-T3) selama lebih dari 18 bulan (2016-2017) dilakukan untuk melihat tingkat pertumbuhan spons menggunakan metode transek foto kuadrat permanen 5x5 m (250,000cm2). Total cakupan area spons di lokasi penelitian di T0 adalah 65,252cm2 dan menjadi 81,066 cm2 di T3. Level tertinggi terjadi pada T2 2,051cm2/bulan di Pulau Dapur (terdekat dengan Jakarta) dan 483cm2/bulan di Pulau Belanda (situs selanjutnya). Tingkat pertumbuhan spons tertinggi terjadi pada T1 –T2 selama musim transisi dari hujan ke kering. Tingkat pertumbuhan terendah diamati pada T3 selama musim transisi dari kering ke hujan. Secara umum, persentase prevalensi lebih tinggi di Pulau Belanda daripada di Pulau Dapur. Penelitian ini menunjukkan invasi persisten dari T. hoshinota pada ekosistem terumbu karang yang dapat mengatasi fungsi dan peran organisme terkait
- …