9 research outputs found
PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP TUMBUHAN DALAM MATA PELAJARAN lLMU PENGETAHUAN ALAM MELALUI PENDEKATAN SAINS, TEKNOLOGI DAN MASYARAKAT (STM) BAGI SISWA TUNANETRA KELAS 4 SEKOLAH DASAR DI SLB YAKETUNIS
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep tumbuhan melalui pendekatan Sains, Teknologi dan Masyarakat (STM) bagi siswa tunanetra kelas 4 Sekolah Dasar di SLB Yaketunis.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Subyek penelitian yaitu tiga siswa tunanetra kelas 4 di SLB Yaketunis. Penelitian dilakukan dalam dua siklus. Pengumpulan data dilakukan dengan tes, observasi dan wawancara. Analisis data yang digunakan yakni deskriptif kuantitatif dengan persentase.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendekatan STM dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep tumbuhan pada siswa tunanetra kelas 4 di SLB Yaketunis. Peningkatan pada siklus I yaitu subyek 1 sebesar 36,67% kemampuan awal 40% menjadi 76,67%; subyek 2 sebesar 30%, kemampuan awal 36,67% menjadi 66,67% dan subyek 3 sebesar 20%, kemampuan awal 30% menjadi 50%. Peningkatan tersebut diperoleh dengan tindakan mengaitkan konsep tumbuhan dalam tahap invitasi sesuai masalah di lingkungan siswa, tindakan eksplorasi untuk meraba bagian tumbuhan, tahap solusi, tahap aplikasi dan tahap penilaian secara sistematis. Berdasarkan hasil refleksi siklus I, setiap subyek mengalami peningkatan untuk menyebutkan struktur tumbuhan dan menjelaskan fungsi bagian tumbuhan bagi tumbuhan meskipun tidak lengkap. Hasil siklus I belum memenuhi kriteria keberhasilan. Peningkatan pada siklus II yaitu subyek 1 sebesar 50%, kemampuan awal 40% menjadi 90%, subyek 2 sebesar 40%, kemampuan awal 36,67% menjadi 76,67% dan subyek 3 sebesar 40%, kemampuan awal 30% menjadi 70%. Peningkatan tersebut diperoleh dengan memberikan bimbingan khusus berupa pendampingan individual dalam meraba dan menjawab pertanyaan kepada subyek yang lemah dan menguatkan dengan pemberian catatan. Peningkatan tersebut ditunjukkan dengan: 1) menyebutkan struktur pada bagian tumbuhan lebih utuh, 2) menjelaskan fungsi bagian tersebut bagi tumbuhan secara lengkap, 3) menjelaskan manfaat bagian tersebut bagi manusia, 4) menjelaskan aktivitas manusia yang dapat merusak lingkungan serta melestarikan tumbuhan. Hasil siklus II memenuhi kriteria keberhasilan sebesar 65%.
Kata kunci: pemahaman konsep tumbuhan, pendekatan Sains, Teknologi dan
Masyarakat (STM), siswa tunanetr
Perbandingan Metode Clustering Menggunakan Metode Single linkage dan K-Means Pada Pengelompokan Dokumen
Penyebaran berita saat ini semakin tersebar luas semenjak perkembangan dunia internet
semakin pesat. Perkembangan dunia internet membuat berita yang tersebar semakin beragam
dan berjumlah sangat besar. Pembaca berita akan kesulitan untuk memperoleh berita yang
diinginkan jika berita tersebut tidak terkelompok dengan baik. Dan jika harus dikelompokan
secara manual membutuhkan waktu yang sangat lama. Oleh sebab itu,
Clustering
menjadi solusi
untuk mengatasi masalah tersebut.
Clustering
akan mengelompokan dokumen berita
berdasarkan tingkat kemiripan dari dokumen tersebut
Metode
Single Linkage
merupakan metode pengelompokan
hierarchical clustering
.
Metode
Single Linkage
mengelompokan dokumen didasarkan dengan jarak terdekat antar
dokumen. Variasi kelompoknya dari data sebagai satu kelompok sampai semua data bergabung
menjadi kelompok tunggal. Komputasi
Single Linkage
merupakan komputasi yang mahal dan
kompleks.
Sedangkan metode
K-means
merupakan metode pengelompokkan
partitioned
clustering
. Metode
K-means
mengelompokan dokumen didasarkan dengan jarak terdekat dengan
centroid
-nya.
K-Means
merupakan metode pengelompokan yang sederhana dan dapat
digunakan dengan mudah. Pada jenis data tertentu,
K-means
tidak dapat memberikan
segementasi data dengan baik sehingga kelompok yang terbentuk tidak murni data yang sama
Metode pengujian yang digunakan untuk mengukur kualitas
cluster
adalah
Silhouette
Coefficient
dan
Purity
. Berdasarkan hasil pengujiannya metode
Single Linkage
memiliki
performansi yang lebih baik dibandingkan dengan metode
K-means
. Nilai
silhouette coefficient
Single Linkage
selalu lebih unggul dibandingkan dengan
K-Means
. Pertambahan jumlah
dokumen membuat nilai
silhouette coefecient single linkage
semakin kecil sedangakan
K-means
terkadang menghasilkan nilai yang negatif. Untuk nilai
purity, Single Linkage
selalu bernilai 1
sedangkan
K-Means
tidak pernah bernilai 1. Hasil pertambahan jumlah cluster dan jumlah
dokumen memberikan pengaruh terhadap nilai
silhouette coefficient
dan
purity
. Hal ini berarti
single linkage selalu menghasilkan dokumen yang sama sedangkan
K-means
masih bercampur
dengan dokumen yang lain. Clustering , HAC , Partitioned, Single Linkage, K-Means, Silhouettte Coefficient , dan purit
Kondisi Pemenuhan Teknologi Asistif Bagi Anak Berkesulitan Belajar Spesifik (ABBS) di Sekolah
Artikel ini membahas tentang kondisi pemenuhan teknologi asistif yang merupakan alat bantu yang dirancang agar sesuai dan dapat mempermudah Anak Berkesulitan Belajar Spesifik (ABBS) dalam meningkatkan kemandirian dan hasil belajar ABBS yang ditinjau dari (1) penerapan teknologi asistif; (2) jenis teknologi asistif yang sudah tersedia di sekolah; (3) teknologi asistif yang diharapkan dapat tersedia di sekolah. Subjek penelitian terdiri dari 415 guru yang mengajar ABBS, baik di sekolah luar biasa maupun inklusif. Data diperoleh melalui angket yang disebar secara daring. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) teknologi asistif belum diterapkan secara optimal karena pemahaman guru terkait teknologi asistif masih rendah; (2) teknologi asistif yang tersedia masih didominasi oleh teknologi asistif dengan tingkat yang rendah (low technology) (3) teknologi asistif yang diharapkan untuk ABBS di sekolah juga masih tergolong teknologi asistif dengan tingkat rendah (low technology)
Perbandingan Metode Clustering Menggunakan Metode Single Linkage dan K - Means pada Pengelompokan Dokumen
Penyebaran berita saat ini semakin tersebar luas semenjak perkembangan dunia internet yang semakin pesat. Perkembangan dunia internet membuat berita yang tersebar semakin beragam dan berjumlah sangat besar. Pembaca berita akan kesulitan untuk memperoleh berita yang diinginkan jika berita tersebut tidak terkelompok dengan baik. Dan jika harus dikelompokkan secara manual membutuhkan waktu yang sangat lama. Oleh sebab itu, Clustering menjadi solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Clustering akan mengelompokkan dokumen berita berdasarkan tingkat kemiripan dari dokumen tersebut. Metode Single Linkage merupakan metode pengelompokan hierarchical clustering. Metode Single Linkage mengelompokkan dokumen didasarkan pada jarak terdekat antar dokumen. Komputasi Single Linkage merupakan komputasi yang mahal dan kompleks. Sedangkan metode K-means merupakan metode pengelompokan partitioned clustering. Metode K-means mengelompokkan dokumen didasarkan pada jarak terdekat dengan centroid-nya. K-Means merupakan metode pengelompokan yang sederhana dan dapat digunakan dengan mudah. Tetapi pada jenis data tertentu, K-means tidak dapat memberikan segementasi data dengan baik, sehingga kelompok yang terbentuk tidak murni data yang sama. Metode pengujian yang digunakan untuk mengukur kualitas cluster adalah Silhouette Coefficient dan Purity. Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan, dapat disimpulkan, bahwa metode Single Linkage memiliki performansi yang lebih baik dibandingkan dengan metode K-means. Nilai silhouette coefficient Single Linkage selalu lebih unggul dibandingkan dengan K-Means. Pertambahan jumlah dokumen membuat nilai silhouette coefficient single linkage semakin kecil sedangkan K-means terkadang menghasilkan nilai yang negatif. Untuk nilai purity, Single Linkage selalu bernilai 1 sedangkan K-Means tidak pernah bernilai 1. Hasil pertambahan jumlah cluster dan jumlah dokumen memberikan pengaruh terhadap nilai silhouette coefficient dan purity. Hal ini berarti single linkage selalu menghasilkan dokumen yang sama, sedangkan K-means masih bercampur dengan dokumen yang lain
Perbandingan Metode Clustering Menggunakan Metode Single Linkage dan K - Means pada Pengelompokan Dokumen
Penyebaran berita saat ini semakin tersebar luas semenjak perkembangan dunia internet yang semakin pesat. Perkembangan dunia internet membuat berita yang tersebar semakin beragam dan berjumlah sangat besar. Pembaca berita akan kesulitan untuk memperoleh berita yang diinginkan jika berita tersebut tidak terkelompok dengan baik. Dan jika harus dikelompokkan secara manual membutuhkan waktu yang sangat lama. Oleh sebab itu, Clustering menjadi solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Clustering akan mengelompokkan dokumen berita berdasarkan tingkat kemiripan dari dokumen tersebut. Metode Single Linkage merupakan metode pengelompokan hierarchical clustering. Metode Single Linkage mengelompokkan dokumen didasarkan pada jarak terdekat antar dokumen. Komputasi Single Linkage merupakan komputasi yang mahal dan kompleks. Sedangkan metode K-means merupakan metode pengelompokan partitioned clustering. Metode K-means mengelompokkan dokumen didasarkan pada jarak terdekat dengan centroid-nya. K-Means merupakan metode pengelompokan yang sederhana dan dapat digunakan dengan mudah. Tetapi pada jenis data tertentu, K-means tidak dapat memberikan segementasi data dengan baik, sehingga kelompok yang terbentuk tidak murni data yang sama. Metode pengujian yang digunakan untuk mengukur kualitas cluster adalah Silhouette Coefficient dan Purity. Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan, dapat disimpulkan, bahwa metode Single Linkage memiliki performansi yang lebih baik dibandingkan dengan metode K-means. Nilai silhouette coefficient Single Linkage selalu lebih unggul dibandingkan dengan K-Means. Pertambahan jumlah dokumen membuat nilai silhouette coefficient single linkage semakin kecil sedangkan K-means terkadang menghasilkan nilai yang negatif. Untuk nilai purity, Single Linkage selalu bernilai 1 sedangkan K-Means tidak pernah bernilai 1. Hasil pertambahan jumlah cluster dan jumlah dokumen memberikan pengaruh terhadap nilai silhouette coefficient dan purity. Hal ini berarti single linkage selalu menghasilkan dokumen yang sama, sedangkan K-means masih bercampur dengan dokumen yang lain
Pengembangan Buku Saku Bahasa Inggris Braille “Part Of Body And Internal Organs” untuk Siswa Tunanetra
Buku saku bahasa Inggris braille dapat memudahkan akses belajar bagi siswa tunanetra dalam pembelajaran bahasa Inggris, karena ukuran yang kecil, praktis, dan ringan sehingga dapat dibawa kemana-mana. Begitupun dalam mencari kosakata yang sulit akan segera ditemukan, karena kosakata pada buku saku tersusun secara alfabetis. Faktanya, buku bahasa Inggris untuk siswa tunanetra masih sangat terbatas, sehingga siswa tunanetra mengalami kesulitan dalam belajar bahasa Inggris khususnya dalam meningkatkan kemampuan bahasa Inggris. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan buku saku bahasa Inggris braille “Part of Body and Internal Organs”. Desain penelitian yang digunakan yaitu Research and Development (R&D) dengan model pengembangan Four-D Model (4D) yaitu define, design, develop dan disseminate. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan wawancara, kuesioner dan tes. Analisis data yang digunakan yaitu analisis data kualitatif dan kuantitatif Statistik deskriptif. Subjek penelitian ini melibatkan 1 orang ahli materi, 1 orang ahli media, 1 orang guru dan 2 siswa tunanetra kelas IV (empat) SLB Negeri Bogor sebagai subjek uji coba. Harapan peneliti dari hasil penelitian ini, dapat mengembangkan buku saku bahasa Inggris braille “Part of Body and Internal Organs”, sehingga dapat memudahkan akses belajar bagi siswa dan dapat membantu siswa tunanetra dalam meningkatkan kemampuan bahasa Inggris
PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS DAN FINANCIAL LEVERAGE TERHADAP PRAKTEK PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DAN LEMBAGA KEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS DAN FINANCIAL LEVERAGE TERHADAP PRAKTEK PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DAN LEMBAGA KEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Kondisi Pemenuhan Teknologi Asistif Bagi Anak Berkesulitan Belajar Spesifik (ABBS) di Sekolah
Artikel ini membahas tentang kondisi pemenuhan teknologi asistif yang merupakan alat bantu yang dirancang agar sesuai dan dapat mempermudah Anak Berkesulitan Belajar Spesifik (ABBS) dalam meningkatkan kemandirian dan hasil belajar ABBS yang ditinjau dari (1) penerapan teknologi asistif; (2) jenis teknologi asistif yang sudah tersedia di sekolah; (3) teknologi asistif yang diharapkan dapat tersedia di sekolah. Subjek penelitian terdiri dari 415 guru yang mengajar ABBS, baik di sekolah luar biasa maupun inklusif. Data diperoleh melalui angket yang disebar secara daring. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) teknologi asistif belum diterapkan secara optimal karena pemahaman guru terkait teknologi asistif masih rendah; (2) teknologi asistif yang tersedia masih didominasi oleh teknologi asistif dengan tingkat yang rendah (low technology) (3) teknologi asistif yang diharapkan untuk ABBS di sekolah juga masih tergolong teknologi asistif dengan tingkat rendah (low technology)