47 research outputs found

    Keterbatasan Memori dan Implikasinya dalam Mendesain Metode Pembelajaran Matematika

    Get PDF
    Proses kognitif melibatkan tiga unsur utama dalam sistem memori manusia, yaitu memori penginderaan, memori pekerja dan memori jangka panjang. Memori penginderaan dan memori bekerja mempunyai keterbatasan dalam menyimpan (menahan) informasi, baik jumlah maupun durasinya. Memori penginderaan berfungsi untuk mempersepsikan informasi yang diterima oleh alat indera, yang kemudian akan dipilih dan diberi makna oleh memori bekerja. Memori pekerja berfungsi untuk mengorganisasikan informasi tersebut, membentuk (mengkonstruksi) pengetahuan dan menyimpannya ke memori jangka panjang. Memori jangka panjang mempunyai ketakterbatasan dalam menyimpan informasi. Informasi di dalam memori jangka panjang berperan penting dalam proses-proses kognitif selanjutnya. Proses kognitif dalam sistem memori ini menentukan bagaimana pengetahuan dibangun dan disimpan dengan baik oleh seseorang. Oleh karenanya, prinsip kerja (fungsi) dari setiap unsur di sistem memori berkonsekuensi dalam penyajian materi pembelajaran. Sedangkan, teknik penyajian materi pembelajaran turut menentukan keefektifan metode pembelajaran yang dilaksanakan. Artikel ini akan membahas sistem memori yang terlibat dalam proses pembentukan pengetahuan dan implikasinya dalam mendesain metode pembelajaran matematika efektif. Kata kunci: proses kognitif, konstruksi pengetahuan, metode pembelajaran

    GAMBARAN BODY IMAGE PADA MAHASISWA/I OBESITAS FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN ANGKATAN TAHUN 2011 DI KAMPUS A- UNUSA

    Get PDF
    Obesitas merupakan suatu masalah yang ditakuti oleh para mahasiswa. Hampir setengah mahasiswa obesitas yang mengalami gangguan body image ditunjukan dengan sikap tidak percaya diri dengan penampilannya, dan yang sering ditemui oleh peneliti banyak yang menurunkan berat badan dengan menggunakan berbagai suplemen. Dari studi pendahuluan pada bulan Juni 2014 pada mahasiswa FKK angkatan tahun 2011 A-UNUSA terdapat 30 mahasiswa obesitas yang mengalami gangguan body image.Tujuan dalam penelitian ini adalah mengetahui gambaran Body Image pada Mahasiswa obesitas diFKK Angkatan Tahun 2011 di Kampus A-UNUSA. Desain penelitian menggunakan deskriptif. Populasinya seluruh mahasiswa FKK angkatan tahun 2011 yang obesitas sebesar 60 responden. Pengambilan sampel secara nonprobability sampling tipe Purposive Sampling sejumlah 53 responden.Variabel adalah body image pada mahasiswa obesitas. Data dikumpulkan dengan kuesioner, dianalisis menggunakan statistik deskriptif, dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukan 53 responden menunjukan bahwa sebagian besar (69,8%) responden mengalami body image negatif dan hampir setengah dari responden (30,2%) responden mengalami body image positif. Simpulan penelitian ini adalah Body image pada mahasiswa obesitas FKK angkatan tahun 2011 dikampus A-UNUSA menunjukan bahwa sebagian besar mengalami body image negatif secara positif atau baik. Diharapkan mahasiswa mempunyai pandangan positif terhadap body imagenya

    IMPLEMENTASI TEKNIK JIGSAW DALAM PEMBELAJARAN GEOMETRI SEBAGAI UPAYAMENINGKATKAN HASILBELAJAR DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA KELAS IX SMU NEGERI 1 DEPOKYOGYAKARTA

    Get PDF
    Abstrak. Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar dan kemandirian belajar siswa melalui teknik pembelajaran jigsaw. Subjek penelitian ini adalah 36 siswa kelas XI Jurusan IPA SMU Negeri1 Depok, Yogyakarta. Langkah-langkah penelitian tindakan kelas mengacu pada model Kemmis dan McTaggart dimana setiap siklus tindakan meliputi perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Instrumen penelitian terdiridari lembar pengamatan pelaksanaan pembelajaran dan pengamatan terhadap partisipasi siswa, kuis, angket kemandirian belajar, angket sikap siswa dan wawancara. Penelitian ini terlaksana dalam 2 siklus. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa pembelajaran geometri dengan menerapkan teknik jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa, yaitu sebanyak 78.13% siswa tuntas belajar pada siklus 2 dengan adanya tindakan antara lain visualisasimateri dengan software CABRI, pemberian bimbingan atau petunjuk dalam mengaktifkan proses kognitif siswa untuk memahami materi,  memvisualisasikan konsep melalui gambar yang menarik menggunakan presentasi dengan software CABRI dan melibatkan siswa dalam penilaian kuis. Sebelum siklus 1, sebanyak 32.26% siswa mampunyai kemandirian belajar kualifikasi atas dan setelah siklus 2 meningkat menjadi 37.93% siswa. Peningkatan kemandirian belajar terlihat menonjol terutama dalam hal menumbuhkan motivasi belajar, merumuskan tujuan belajar dan mengevaluasi hasil belajarnya.Kata Kunci: Jigsaw, hasil belajar matematika, kemandirian belajarAbstract. The classroom action research has been done to improve performance and self-regulated learning through a jigsaw learning technique. The subject was 36 grade 11 students majoring in Natural Science; at a publichigh school namely SMU Negeri 1 Depok, Yogyakarta, Indonesia. The classroom action research followed the model introduced by Kemmis and McTaggart, in which a cycle consist four steps: planning, action, observationand reflection. The instruments to collect the data were observation sheets of learning activity and students’ participation during learning, quizzes, questionnaire of self-regulated learning and attitude, as well as interviewsheet. There were two cycles of learning in the research. The result indicated that the geometry lesson implementing the jigsaw technique 78.13% students master the learning competence after the second cycle. Specifically, the actions were visualization to be learnt material using CABRI application, giving guidance or hint to activate students’ cognitive process while understanding material, using interactive pictures when presenting aconcept and involved students when marking the quizzes’ results. The percentage of students who had selfregulated learning on high level in the first and second cycles were 32.26% and 37.93% respectively. The improvement of self-regulated learning was mostly in self learning motivation, defining learning goals and selflearning evaluation.Keywords: jigsaw, mathematics learning performance, self-regulated learnin

    Implementasi Pendekatan Reciprocal Teaching (Pembelajaran Terbalik) dan Cooperative Learning (Pembelajaran Kooperatif) Pada Pembelajaran Geometri Guna Meningkatkan Hasil belajar dan Kemandirian Belajar Mahasiswa.

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan hasil belajar mahasiswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dengan pendekatan reciprocal teaching dan cooperative learning, (2) mendeskripsikan kemandirian belajar mahasiswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dengan pendekatan reciprocal teaching dan cooperative learning, (3) mendeskripsikan implementasi pendekatan reciprocal teaching dan cooperative learning dalam kegiatan pembelajaran. Secara rinci akan dideskripsikan mengenai tanggapan mahasiswa terhadap kegiatan pembelajaran, partisipasi atau aktivitas mahasiswa, kemampuan mahasiswa berdiskusi dan mempresentasikan tugas, dan kendala-kendala yang dihadapi dalam mengimplementasikan pendekatan reciprocal teaching dan cooperative learning dalam kegiatan pembelajaran. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika FMIPA UNY yang menempuh mata kuliah Geometri pada semester gasal tahun akademik 2004/2005. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan mengambil langkah-langkah penelitian: perencanaan, implementasi tindakan, observasi, dan refleksi. Kegiatan ini berulang dalam 2 siklus. Untuk memperoleh data penelitian digunakan 2 perangkat pembelajaran dan 5 instrumen penelitian. Perangkat pembelajaran dimaksud adalah rencana perkuliahan dan hand out (diktat). Sedangkan instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi kegiatan pembelajaran, lembar penilaian presentasi mahasiswa, angket kemandirian belajar mahasiswa, angket tanggapan mahasiswa, dan tes hasil belajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dengan pendekatan reciprocal teaching dan cooperative learning, terdapat 62,5% mahasiswa yang telah tuntas belajar. Karena banyaknya mahasiswa yang tuntas belajar kurang dari 75%, maka secara klasikal, mahasiswa belum tuntas belajar. (2) Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dengan pendekatan reciprocal teaching dan cooperative learning, kemandirian belajar mahasiswa dikategorikan baik. (3) Implementasi pendekatan reciprocal teaching dan cooperative learning berjalan dengan baik. Mahasiswa mempunyai tanggapan yang positif terhadap kegiatan pembelajaran. Mahasiswa terlihat antusias dan terlibat aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Kemampuan presentasi mahasiswa dikategorikan baik (memuaskan). Hal yang kurang mendukung implementasi pendekatan ini dalam kegiatan pembelajaran adalah terbatasnya referensi yang tersedia di perpustakaan. Sedangkan terdapatnya mahasiswa yang hanya menumpang nama dalam suatu kelompok dan pengelolaan waktu yang kurang baik sehingga mengkonsumsi waktu dipandang sebagai kelemahan implementasi pendekatan ini. Kata Kunci: Reciprocal Teaching, Cooperative Learning, dan Kemandirian belaja

    Apakah Pembelajaran Diferensiasi mengakibatkan Cognitive Load Tinggi?

    Get PDF
    Cognitive load theory menjelaskan pentingnya analisis kemampuan awal siswa dalam desain pembelajaran karena perbedaan kemampuan awal mengindikasikan perbedaan tingkat cognitive load yang dialami selama kegiatan pemecahan masalah. Adanya diferensiasi metode pembelajaran diduga lebih efektif sebagai pendekatan pembelajaran berdasarkan divergenitas tingkat kemampuan awal siswa. Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah terdapat perbedaan efektivitas pembelajaran statistika  dengan metode diferensiasi dan pembelajaran non-diferensiasi ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah dan cognitive load siswa. Metode diferensiasi yang dikembangkan adalah dengan memberikan metode pembelajaran sesuai kategori tingkat kemampuan awal, yaitu jika rendah (metode worked example), sedang (metode faded example), dan tinggi (metode problem solving block). Penelitian quasi experiment dengan desain penelitian posttest only grup design ini melibatkan 60 siswa (novice) kelas VIII SMP dalam pembelajaran statistika berorientasi kemampuan pemecahan masalah.  Menggunakan uji ANCOVA dengan nilai pretest sebagai variabel kovariat diperoleh bahwa pembelajaran diferensiasi sama efektifnya dengan pembelajaran non-diferensiasi ditinjau dari pencapaian kemampuan pemecahan masalah. Namun, pembelajaran diferensiasi dapat menurunkan cognitive load siswa selama kegiatan pembelajaran

    Learning to Solve Mathematics Problems in Group Work Settings

    Get PDF
    The use of group-work settings at schools has recently become more popular compared to the individual settings. It might be due to the assumption that students need to practice working in groups as various workplaces apparently require collaborative skills. Mathematics is studied by most students worldwide. The study reported in this article aimed at testing if students could learn solving mathematics better in group-work compared to in individual settings. Worked-example instructions to learn novel arithmetic problems for seven graders, part-to-part and part-to-whole comparisons, were developed based on Cognitive Load Theory. The investigation included whether the worked-example instruction provided a powerful tool for learning mathematics in group-work settings compare to problem solving instruction. The results showed that students were benefited from learning in group-work as much as those in individual setting. Moreover, students who were provided worked-example instructions performed significantly better that those who learned solving problems without the worked-example

    THE DEVELOPMENT OF A VIRTUAL MATHEMATICS TEACHING AID BASED ON COGNITIVE LOAD THEORY

    Get PDF
    Manual mathematics teaching aids are available in all Mathematics Education Laboratory in Indonesia. These aids are used to assist students in doing abstraction and finding concepts and principals in mathematics. Because they are manual, students need to work directly with the teaching aids. This activity makes sure that the numbers of students are the same as the number of the aids. Moreover, the manual teaching aids require many ingredients and variation, for instance the scale and the things which want to weigh. Thus, mathematics teaching aids need to be virtualized so that they become more interactive and practical in utilizing. The development of a virtual mathematics teaching aid can be done by conducting a developmental research (research and development) utilizing 4-D Model consisting of define, design, develop, and disseminate phases. Those four D in the 4D-Model are phases or syntaxes in developing virtual mathematics education laboratory that will take 3 years. In the year 2013, three phases, define, design, and develop, have been done. The result acquired from the study is the prototype of a virtual mathematics teaching aid used to rounding topic. It consist s of rounding to the nearest ones, tens, and hundreds. The prototype of a virtual teaching aid applying a cognitive load theory is called “Mari Menimbang”. In order to see the validity of the prototype developed, it is assessed by three media experts and 10 practitioners. Those 10 practitioners are junior high school teachers with a lot of experiences in conducting mathematics learning activities. The result of experts’ assessment to intrinsic cognitive, extra cognitive, didactic term, construction term, and technical term is 3.17, 3.10, 3.17, 3.08, 3.40, 3.33, and 3.19 respectively and each of all falls into good category. Meanwhile the result of practitioners’ assessment to those aspects is 3.73, 3.53, 3.58, 3.60, 3.54, 3.73, and 3.60 respectively and each of all falls into good category. Over all, the expert assessment to the virtual mathematics education laboratory is 3.19 which is good category while the practitioners give 3.6 which is also included in good category. According to the second assessment from assessor group to be concluded that the products resulted in this study are appropriate to be tested in mathematics learning classrooms aiming at the practicability and the efficiency. The trial is planned to be conducted in the second year of the study

    Efektivitas Strategi Pengelompokan Berpasangan dalam Pembelajaran Matematika Model Core

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk menguji keefektifan pembelajaran CORE (Connect, Organize, Reflect, Extend) pada pembelajaran geometri transformasi dengan strategi pengelompokan yang berbeda ditinjau dari kemampuan penalaran, prestasi, dan self efficacy. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan populasi siswa kelas XI IPA SMA yang baru pertama kali mempelajari materi geometri transformasi. Sampel penelitian sebanyak dua kelas masing-masing terdiri atas 40 siswa. Siswa belajar dengan dikelompokkan secara berpasangan atau kelompok kecil. Data dikumpulkan dengan teknik tes dan nontes serta dianalisis dengan teknik statistik deskriptif dan inferensial (Manova). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran CORE strategi berpasangan maupun kelompok kecil efektif ditinjau dari Kriteria Ketuntasan Minimum kemampuan penalaran, prestasi dan self efficacy yang ditetapkan, tetapi tidak terdapat perbedaan yang signifikan di antara kedua strategi pengelompokan tersebut. Repeated measures analysis of variance menunjukkan bahwa kompleksitas materi pembelajaran memengaruhi prestasi belajar secara signifikan. Semakin kompleks materi pembelajaran, penggunaan strategi kelompok kecil lebih baik daripada berpasangan

    Pengaruh Pendekatan Faded Example secara Kolaboratif terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah dan Cognitive Load

    Get PDF
    Kemampuan pemecahan masalah sebagai salah satu tujuan pembelajaran matematika yang menjadi perhatian para guru karena memfasilitasi siswa untuk lancar dalam memecahkan masalah memerlukan strategi tertentu. Sementara itu, pembelajaran matematika juga bertujuan memfasilitasi siswa untuk berinteraksi dengan siswa lain dalam pembelajaran kolaboratif. Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah strategi pembelajaran faded example dapat diterapkan dalam pembelajaran kolaboratif, khususnya untuk materi dengan tingkat intrinsic cognitive load relatif rendah. Di dalam desain faded example, siswa belajar dengan melengkapi langkah-langkah pemecahan masalah secara bertahap. Di dalam desain problem solving only, siswa hanya diberi masalah matematika untuk dipecahkan tanpa ada stimulasi langkah-langkah pemecahan tertentu. Melalui randomisasi individu beserta eksperimen desain faktorial 2 x 2, terbentuk empat kelompok yaitu: siswa dengan strategi pembelajaran (1) faded example secara kolaboratif, (2) faded example secara individu, (3) problem solving secara kolaboratif, dan (4) problem solving secara individu. Dengan Analysis of Variance (ANOVA), hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi pembelajaran dalam desain faded example atau problem solving sama efektifnya dalam hal memfasilitasi penguasaan kemampuan pemecahan masalah, dan juga menghasilkan tingkat cognitive yang sama; baik ketika dipelajari secara kolaboratif maupun individu. Penelitian ini menyimpulkan bahwa apabila materi pemecahan masalah memuat kompleksitas yang rendah, guru dapat memilih menggunakan desain faded example sebagai alternatif desain problem solving. Guru juga dapat memilih strategi kolaboratif karena hasil kemampuan yang dicapai pun tidak lebih rendah jika menggunakan strategi individu

    PERBEDAAN EFEKTIVITAS MODEL TEAM GAME TOURNAMENT DAN INDIVIDU BERDASARKAN COGNITIVE LOAD THEORY DITINJAU DARI KEAKURATAN DAN KECEPATAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk menguji tiga hipotesis, apakah terdapat: (1) perbedaan efektivitas model Team Game Tournament (TGT) berdasarkan Cognitive Load Theory (CLT) dan model individu berdasarkan Cognitive Load Theory (CLT); (2) perbedaan jenis materi antara model TGT berdasarkan CLT dan model individu berdasarkan CLT; (3) interaksi antara jenis materi pembelajaran dengan model pembelajaran. Pengujian ketiga hipotesis tersebut ditinjau dari keakuratan dan kecepatan pemecahan masalah matematika siswa. Materi yang digunakan merupakan materi geometri, terdiri dari dua jenis, yakni panjang garis singgung persekutuan dua lingkaran dan panjang sabuk lilitan minimal yang menghubungkan dua lingkaran atau lebih. Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi experiment. Instrumen yang digunakan berupa posttest untuk mengukur variabel terikat, yaitu keakuratan dan kecepatan pemecahan masalah matematika siswa dengan jenis tes uraian objektif. Teknik analisis data yang digunakan adalah Repeated-Measures ANOVA. Teknik sampling yang dilakukan convenience sampling. Jumlah sampel sebanyak 55 orang siswa dari dua kelas VIII pada sebuah SMP Negeri di kota Yogyakarta, D.I. Yogyakarta. Siswa dalam penelitian ini merupakan novice learner atau pemula karena materi yang dipelajari selama eksperimen adalah materi baru bagi siswa. Hasil yang diperoleh adalah: (1) terdapat perbedaan efektivitas model TGT dan individu ditinjau dari keakuratan pemecahan masalah matematika siswa dimana model individu lebih efektif dari model TGT. Ditinjau dari kecepatan pemecahan masalah matematika, tidak terdapat perbedaan efektivitas antara model TGT dan individu. Hal ini diduga terjadi karena siswa dengan model TGT mengalami split-attention effect dan redundancy effect pada fase akuisisi kemampuan pemecahan masalah sehingga mengalami high extraneous cognitive load; (2) terdapat pengaruh perbedaan jenis materi ditinjau dari keakuratan dan kecepatan pemecahan masalah matematika siswa dan (3) tidak terdapat interaksi antara jenis materi dengan model pembelajaran ditinjau dari keakuratan pemecahan masalah matematika siswa, sebaliknya ditinjau dari kecepatan pemecahan masalah matematika siswa terdapat interaksi antara jenis materi dengan model pembelajaran. Pada jenis materi panjang garis singgung persekutuan dua lingkaran, model individu lebih efektif dan pada materi panjang sabuk lilitan minimal yang menghubungkan dua lingkaran atau lebih, model TGT lebih efektif. Kata kunci: model Team Game Tournament, model individu, Cognitive Load Theory, keakuratan pemecahan masalah, kecepatan pemecahan masalah
    corecore