14 research outputs found

    Pengaruh Ekstrak Etanol Pegagan Terhadap Ekspresi Tirosin Hidroksilase, Kadar Dopamin Dan Aktivitas Lokomotor Pada Larva Zebrafish Yang Dipapar Timbal

    Get PDF
    Timbal merupakan contoh logam berat yang dapat menyebabkan keracunan pada saraf sehingga dapat menyebabkan gangguan integritas, struktural bahkan fungsi syaraf sehingga terjadi penurunan kecerdasan, fungsi kognitif, penurunan minat serta perubahan aktivitas dan gangguan motorik kasar. Kemenkes menyebutkan bahwa 5-10 % balita mengalami keterlambatan perkembangan sedangkan 1-3 % diperkiraka mengalami gangguan perkembangan motorik, bahasa, sosio-emosional dan kognitif. Masuknya timbal ke dalam tubuh akan meningkatkan jumlah radikal bebas sehingga menyebabkan stres oksidatif. Keadaan stres oksidatif dapat menghambat kerja enzim tirosin hidroksilase serta menyebabkan penurunan dopamin sehingga mengakibatkan perubahan aktivitas lokomotor. Pegagan merupakan tumbuhan yang mengandung triterpen yang berfungsi sebagai antioksidan dan quarcetin yang berfungsi sebagai pengikat (chelator) logam berat. Tujuan penelitian ini adalah membuktikan ekstrak etanol pegagan dapat mencegah penurunan ekspresi tirosin hidroksilase, kadar dopamin serta aktivitas lokomotor pada larva zebrafish yang dipapar timbal mulai 2 hpf – 72 hpf. Penelitian ini adalah true experimental menggunakan post test only control group design. Paparan timbal 2.5 ppm dan ekstrak etanol pegagan dengan konsentrasi 1.25 μg/ml, 2.5 μg/ml, 5 μg/ml diberikan secara bersamaan pada larva zebrafish mulai usia 2 hpf sampai dengan 72 hpf (hour post fertilization). Ekspresi tirosin hidroksilase larva zebrafish diukur saat usia 6 dpf dengan menggunakan Reverse Trancription Polymerase Chain Reaction (RT-PCR). Hasil elektroforesis dikuantifikasikan menggunakan Bio-Rad Gel Doc Imaging system, sedangkan kadar dopamin diukur menggunakan Enzyme- Linked Immunosorbent Assay (ELISA). Data dianalisis menggunakan uji One Way Anova. Lokomotor zebrafish diukur dengan menggunakan hasil kuantifikasi pergerakan larva melewati pola kemudian dibuat pattern dengan menggunakan Image J. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekspresi tirosin hidroksilase antar kelompok tidak terdapat perbedaan signifikan (p > 0.05), namun terdapat kecenderungan kelompok kontrol positif memiliki rata-rata terendah bila dibandingkan dengan kontrol negatif. Pemberian ekstrak pegagan dengan konsentrasi berbeda membuktikan bahwa semakin tinggi konsentrasi konsentrasi semakin meningkat ekspresi tirosin hidroksilase. Kadar dopamin pada larva zebrafish mengalami peningkatan pada kelompok yang diberi pegagan dengan konsentrasi berbeda bila dibandingkan dengan kontrol positif. Analisis data menunjukkan terdapat perbedaan signifikan kadar dopamin dengan p < 0.05. Hasil pengamatan yang dilakukan terhadap aktivitas lokomotor larva zebrafish usia 4 – 6 dpf menunjukkan adanya perbedaan signifikan p < 0.05. Pada usia 5 dpf dan 6 dpf timbal menurunkan aktivitas lokomotor secara signifikan dan pemberian ekstrak pegagan meningkatkan aktivitas lokomotor seiring dengan peningkatan konsentrasi. Korelasi Spearman antara ekspresi tirosin hidroksilase dengan kadar dopamin menunjukkan adanya hubungan positif (searah) dan kuat (0.700) artinya semakin tinggi ekspresi tirosin hidroksilase maka semakin tinggi kadar dopamin. Hubungan antara kadar dopamin dengan aktivitas lokomotor menunjukkan hubungan positif (searah) dan sempurna (1.000) yang berarti bahwa peningkatan kadar dopamin akan diikuti dangan peningkatan aktivitas lokomotor. Timbal mampu menurunkan ekspresi tirosin hidroksilase, kadar dopamin serta aktivitas lokomotor pada larva zebrafish. Pemberian ekstrak etanol pegagan mampu meningkatkan ekspresi tirosin hidroksilase, kadar dopamin serta aktivitas lokomotor. Paparan timbal diketahui menyebabkan peningkatan Ca2+ intraseluler sehingga terjadi disfungsi mitokondria. Kerusakan pada mitokondria akan mengakibatkan stress oksidatif serta menghambat kerja dari tirosin hidroksilase bahkan terjadi apoptosis. Tirosin hidroksilase merupakan enzim yang berfungsi untuk biosintesis dopamin. Penurunan ekspresi tirosin hidroksilase akan mengakibatkan penurunan terhadap dopamin dan lokomotor. Ekstrak etanol pegagan memiliki kandungan quercetin yang berfungsi sebagai chelator logam berat serta sebagai scavenger radikal bebas. Asiaticoside pada pegagan berfungsi untuk peningkatan enzim antioksidan endogen, sehingga memberikan efek neuroproteksi pada dopaminergik dan mampu meningkatkan ekspresi tirosin hidroksilase. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya bahwa timbal dengan konsentrasi 50 mg/kg dapat menghambat dopaminergik dan lokomotor pada tikus Kesimpulan dalam penelitian ini adalah ekstrak etanol pegagan dapat meningkatkan aktivitas lokomotor melalui peningkatan kadar dopamine pada larva zebrafish yang dipapar timba

    Efektivitas Kombucha Teh, Kombucha Salak Suwaru Dan Metformin Sebagai Agen Terapi Diabetes Melitus Pada Tikus Wistar Dengan Induksi Streptozotocin

    Get PDF
    Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kelainan metabolik ditandai dengan hiperglikemia dan intoleransi glukosa karena kelenjar pankreas tidak dapat memproduksi insulin secara maksimal. DM dicirikan dengan hiperglikemia akibat kegagalan sel beta pankreas mensekresikan insulin baik secara mutlak (DM Tipe 1) maupun relatif (DM Tipe 2). Hiperglikemia terjadi dengan menurunnya penyerapan glukosa oleh sel-sel disertai dengan meningkatnya pengeluaran glukosa oleh hati. Penyakit DM apa bila tidak ditangani dengan baik maka akan berujung pada semakin parahnya komplikasi dan beresiko menyebabkan kematian. Salah satu agen terapi DM adalah kombucha. Kombucha merupakan minuman tradisioanal yang diolah secara fermentasi menggunakan asosiasi simbiotik dari bakteri dan ragi. Kombucha memiliki beberapa efek kesehatan antara lain sebagai antioksidan, antibakteri, memperbaiki mikroflora usus, dapat meningkatkan ketahanan tubuh dan menurunkan tekanan darah. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui efektivitas konbucha teh, kombucha salak suwaru dan obat menformin sebagai agen terapi DM pada tikus wistar jantan yang diinduksi STZ. Penelitian ini dilakukan dengan 2 tahap yakni tahap 1: analisis karakteristik kombucha teh dan kombucha salak suwaru yang meliputi pengukuran pH, total asam, totap padatan terlarut, total fenol, total tannin, dan aktivitas antioksidan serta senyawa bioaktif. Tahap 2: pengujian efektivitas kombucha teh, kombucha salak suwaru dan metformin sebagai agen terapi diabetes miletus secara in-vivo. Penelitian menggunakan rancangan percobaan True Experimental Design : Post Test with Control Group Design menggunakan 25 ekor tikus putih (Rattus norvergicus) jantan galur wistar selama 28 hari. Dalam penelitian ini menggunakan RAL (Rancangan Acak Lengkap) dengan 5 kelompok perlakuan yaitu kelompok negatif (P0), kelompok positif (P1), kelompok diabetes + kombucha teh (P2), kelompok diabetes + kombucha salak sewaru (P3), dan kelompok diabetes + obat metformin (P4). Data hasil penelitian dianalisis menggunakan analisis ragam (ANOVA) dan apabila menunjukkan perbedaan maka diuji lanjut dengan menggunakan uji BNT dengan selang kepercayaan α=5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombucha salak suwaru memilki karakteristik yang lebih tinggi daripada kombucha teh hitam. Pemberian kombucha teh hitam, kombucha salak suwaru dan obat metformin memiliki efektivitas sebagai agen terapi dalam menurunkan kadar glukosa darah puasa secara berturut-turut yaitu 67,49%, 75,66%, dan 75,07%, mampu meningkatkan kadar superoksida dismutase dan penurunan kadar malanoldehid serta dapat memperbaiki profil lifid (high density lipoprotein, low density lipoprotein, total kolesterol, trigliselida) pada tikus wistar jantan diabetes melitus yang diinduksi STZ. Sedangkan hasil pengamatan pada hispatologi, untuk perlakuan dengan pemberian kombucha teh, kombucha salak suwaru dan pemberian metformin menunjukkan adanya perubahan yang lebih baik pada pulau langerhans dibandingkan kelompok diabetes dengan jumlah sel beta pankreas secara berturut-turut yaitu 59,6; 72,2; dan 77,3. Maka dari itu didapatkan kesimpulan bahwa pemberian kombucha teh hitam, kombucha salak suwaru dan metformin memilki kelebihan aktivitas yang berbeda-beda sebagai agen terapi diabetes melitus pada tikus wistar dengan induksi streptozotoc

    Karakterisasi Protein Biofilm Bakteri Staphylococcus aureus Dan Produksi Antibodi Poliklonal Pada Mencit (Mus musculus)

    Get PDF
    Bakteri Staphylococcus aureus merupakan penyebab infeksi nosokomial. Bakteri ini patogen pada manusia karena mempunyai faktor virulensi seperti biofilm, Panton Valentine Leucocidine (PVL) dan beberapa enzim (protease, lipase, dan elastase), yang memungkinkan untuk menghancurkan jaringan hospes dan metastase ke tempat lainnya (Buyukcangaz et al., 2014). Biofilm bakteri merupakan bentuk struktural dari sekumpulan mikroorganisme yang dilindungi oleh matriks ekstraseluler yang disebut Extracelluler Polymeric Substance (EPS), dimana EPS merupakan produk yang dihasilkan oleh mikroorganisme itu sendiri dan dapat melindungi dari pengaruh lingkungan yang buruk (Prakash et al., 2003). EPS biofilm Staphylococcus terdiri dari Polysaccharide Intercellular Adhesin(PIA), ekstraseluler-DNA, protein, amiloid fibrilsdan polisakarida (Boles and Horswill, 2011; Arciola et al., 2015).Bakteri dalam biofilm dapat menahan antibiotik pada konsentrasi hingga 1000 kali lebih tinggi dari pada bakteri yang sama dalam keadaan planktonik (Arciola et al., 2015). Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi laboratorium. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakterisasi Protein Biofilm bakteri S. aureus berdasarkan berat molekul, protein hemaglutinin dan melihat respon antibodi poliklonal terhadap antigen Protein Biofilm dari bakteri S. aureus.Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah bakteri strain S. aureus yang di peroleh dari laboratorium RSUD Saiful Anwar Malang.Tahapan penelitian ini mulai dari identifikasi bakteri S. aureus yang menghasilkan biofilm, selanjutnya dilakukan identifikasi profil Protein Biofilm menggunakan SDS-PAGE. Kemudian dilakukan uji hemaglutinasi, selanjutnya dilakukan imunisasi pada mencit untuk mendapatkan antibodi poliklonal. Antibodi poliklonal yang diperoleh dari serum di gunakan untuk uji hambatan hemaglutinasi, uji dot blot dan uji western blotting. Hasil penelitian profil Protein Biofilm menggunakan SDS-PAGE mempunyai berat molekul 35 kDa, 22,4 kDa dan 17 kDa. Ketiga protein tersebut dilakukan uji hemaglutinasi untuk mendapatkan protein hemaglutinin. Protein Biofilm 35 kDaterjadi aglutinasi pada titer 1/2, Protein Biofilm 22,4 kDanampak aglutinasi pada titer 1/4, Protein Biofilm 17,2 kDa mengalami aglutinasi pada titer 1/2. Sedangkan pada crude Protein Biofilm terjadi aglutinasi pada titer 1/8. Protein 22,4 kDa di pilih untuk menghasilkan antibodi poliklonal pada mencit karena mempunyai titer tertinggi dibandingkan dengan Protein Biofilm yang di purifikasi (35 kDa, 22,4 kDa dan 17,2 kDa). Hasil uji hambatan hemaglutinasi Protein Biofilm bakteri S. aureus menunjukan bahwa antibodi poliklonal yang terbentuk mampu menghambat hemaglutinasi Eritrosit mencit dengan titer 1/4. Uji check board digunakan untuk melihat efektifitas terjadinya reaksi antara antigen antibodi. Hasil uji check board menunjukan reaksi terkuat terlihat pada pengenceran 1/640 untuk antigen dan 1/300 untuk antibodi. Titer pengenceran antibodi tersebut yang digunakan sebagai dasar untuk melakukan uji western blotting. Hasil uji western blotting menunjukan bahwa antibodi poliklonal 22,4 kDaS. aureus dapat merespon antigen Protein Biofilm dari bakteri S. aureusyang mempunyai berat molekul 120 kDa, 63kDa, 48 kDa, 30 kDa dan 22,4 kDa

    Pengaruh Ekstrak Etanol Pegagan (Centella asiatica) terhadap Lokomotor, Osifikasi Tulang Keras, Ekspresi SIRT 1 dan Apoptosis pada Larva Zebrafish yang Dipapar Timbal (Pb)

    Get PDF
    Paparan bahan kimia beracun pada awal kehidupan menjadi penyebab penting terjadinya penyakit dan gangguan perkembangan saraf. Paparan timbal yang memiliki dampak tidak terlihat pada orang dewasa dapat mempengaruhi perkembangan anak secara permanen. Kadar timbal (Pb) pada ibu hamil yang tinggal di daerah pantai melebihi ambang batas yang ditentukan oleh Centers for Disease Controls and Prevention (CDC) yaitu 5,0 μg/dL dengan nilai rata-rata 19,74 μg/dL. Mekanisme neurotoksisitas yang dipicu oleh timbal (Pb) sangatlah kompleks seperti peningkatan stres oksidatif, perubahan bio-fisika membran, deregulasi pensinyalan sel, dan kerusakan neurotransmisi. Peningkatan ROS menyebabkan kerusakan Deoxyribo Nucleic Acid (DNA), enzim, protein dan lipid. Hal ini menyebabkan penurunan antioksidan (superoksida dismutase, glutathione peroxidase dan glutathione reductase) dalam otak (hippocampus, korteks), menurunkan ekspresi SIRT1 (Sirtuin 1) dan meningkatkan apoptosis. Apoptosis dapat terjadi pada sel neuron motorik. yang mengganggu pada saat embriogenesis seperti malformasi, disfungsi organ dan pada tahap selanjutnya terjadi gangguan fungsi motorik selain itu apoptosis pada osteoblas dan osteosit juga dapat mempengaruhi osifikasi tulang. Centella asiatica memiliki potensi menurunkan produksi ROS, meningkatkan antioksidan endogen yang berperan penting dalam perlindungan dopamin dengan cara menurunkan apoptosis pada neuron dopaminergik, menghambat caspase-9 pada apoptosis. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh ekstrak etanol pegagan (Centella asiatica) terhadap gangguan lokomotor dan osifikasi tulang keras melalui peningkatan ekspresi SIRT 1 (Sirtuin 1) dan penurunan apoptosis pada larva zebrafish yang dipapar timbal (Pb). Jenis penelitian ini adalah eksperimen murni dengan desain post test only control group design. Sampel penelitian menggunakan zebrafish usia 0-6 dpf dengan 5 kelompok yaitu kontrol, timbal 2,5 ppm dan kelompok perlakuan (P1, P2, P3) yang diberikan timbal dan pegagan dengan konsentrasi 1,25 μg/mL, 2,5 μg/mL dan 5 μg/mL mulai 2 hpf–3 dpf. Lokomotor diperiksa pada saat larva zebrafish usia 4-6 dpf, osifikasi tulang keras usia 6 dpf dengan pewarnaan alizarin red dan diukur dengan Image J V1.50, ekspresi SIRT 1 dengan pemeriksaan Reverse Transcriptation PCR dan pemeriksaan apoptosis dengan pewarnaan acridine orange, difoto dengan mikroskop fluorescence FSX 100 kemudian dianalisa dengan Image J V1.50. Analisa statistik dengan one way ANOVA dan dilanjutkan uji Post Hoc Tukey HSD dan uji korelasi pearson. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan signifikan lokomotor zebrafish usia 4, 5 dan 6 dpf dengan semua kelompok (p=0,005, p=0,000, dan p=0,000), pemberian timbal dan pegagan dengan konsentrasi 1,25 μg/mL, 2,5 μg/mLdan 5 μg/mL dapat meningkatkan lokomotor dan terdapat hubungan positif dan kuat antara ekstrak etanol pegagan dengan lokomotor usia 6 dpf (0,706). Ekstrak etanol pegagan (Centella asiatica) meningkatkan Glutathion yang merupakan antioksidan dan menurunkan rasio Bcl 2/Bax sehingga mencegah apoptosis neuron dopaminergik, meningkatkan ekspresi tirosin hidroksilase melalui peningkatan Brain-Derived Neurotrophic Factor (BDNF). Terdapat perbedaan signifikan pada osifikasi tulang keras dengan semua kelompok (p=0,009) dan terdapat hubungan positif dan kuat antara ekstrak etanol pegagan dengan osifikasi tulang keras (0,685). Kelompok flavonoid dalam pegagan merangsang diferensiasi osteogenik osteoblas, menghambat resorpsi tulang dan apoptosis osteoklas. Asiaticoside menghambat pembentukan osteoklas yang diinduksi oleh RANKL dan resorpsi tulang melalui NFATc1 dan NFkB. Kalsium pada pegagan dapat merangsang proliferasi dan diferensiasi osteoblas.Pemberian pegagan dosis 1,25 μg/mL, 2,5 μg/mLdan 5 μg/mL secara signifikan meningkatkan ekspresi SIRT 1 (p=0,040) dan signifikan menurunkan apoptosis pada bagian badan (kepala samapai anus) zebrafish (p=0,001). Terdapat hubungan positif dan kuat antara ekstrak etanol pegagan dengan ekspresi SIRT 1 (0,605) dan hubungan negatif yang kuat antara ekstrak etanol pegagan dengan apoptosis (-0,607). Pegagan berperan sebagai stimulator SIRT 1 sehingga dengan peningkatan ekspresi SIRT 1 dapat menghambat apoptosis melalui deasetilasi p 53 dan induksi MnSOD. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah pemberian ekstrak etanol pegagan dapat meningkatkan lokomotor, osifikasi tulang keras, ekspresi SIRT 1 dan dapat menurunkan apoptosis pada larva zebrafish yang dipapar timbal (Pb)

    Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Kelor (Moringa oleifera) Terhadap Pertumbuhan Panjang Badan, Kadar IL-10, dan Kadar Caspase-3 pada Zebrafish (Danio rerio) Diinduksi Rotenone: Studi in vivo

    Get PDF
    Linear Growth Retardation (LGR) masih menjadi masalah global. Kurang lebih pada 2010 terhitung terdapat 171 juta populasi anak mengalami LGR, dimana sebagian besar (167 juta populasi) tersebar di negara – negara berkembang. Indonesia yang memiliki prevalensi LGR 37,6% merupakan negara dengan proporsi anak LGR terbanyak di Asia dan terbanyak ke-6 di dunia. Definisi LGR menurut WHO (2018) adalah tinggi badan kurang dari 2 standar deviasi tinggi badan normal pada usia tertentu (< 2 SD Height per Age z-score). Penyebab LGR adalah malnutrisi, infeksi berulang, higienitas yang buruk, dll. Seluruh hal tersebut dapat menimbulkan inflamasi, sehingga pertumbuhan menjadi terhambat karena energi yang seharusnya digunakan untuk tumbuh kembang, habis oleh proses inflamasi. Stress oksidatif baru – baru ini diketahui dapat juga menimbulkan LGR baik karena gangguan pertumbuhan tulang oleh aktivasi osteoklas berlebih maupun karena inflamasi yang ditimbulkan oleh stress oksidatif tersebut. Kondisi inflamasi diperankan oleh komunikasi yang kompleks dari sitokin pro-inflamasi dan anti-inflamasi. IL-10 merupakan salah satu sitokin yang bekerja sebagai sitokin anti-inflamasi dengan mekanisme supresi faktor transkripsi dalam persinyalan ekspresi sitokin pro-inflamasi, sehingga aktivitas inflamasi akan ditekan oleh ekspresi IL-10. Pertumbuhan tulang diperankan oleh keseimbangan osteoblas (formasi) dan osteoklas (resorpsi). Stress oksidatif yang tinggi diketahui dapat menyebabkan inflamasi kronis, sehingga memicu apoptosis osteoblas dan osteosit (sel – sel pengisi di dalam matriks tulang), yang dapat diketahui melalui peningkatan Caspase-3 (enzim eksekutor apoptosis). Hal ini dapat menghambat proses pertumbuhan tulang dan menyebabkan LGR. Penelitian ini menggunakan zebrafish, vertebrata yang memiliki homologi genetic sekitar 70% dan memiliki tulang dengan proses fisiologi tumbuh kembang tulang yang sama dengan manusia. Zebrafish dipapar dengan rotenone, suatu senyawa yang menghambat kompleks-1 mitokondria, sehingga meningkatkan ROS (stress oksidatif) yang telah diteliti dengan konsentrasi 12,5 ppb dapat menyebabkan LGR pada zebrafish. Daun kelor (Moringa oleifera) memiliki berbagai senyawa bioaktif yang dapat berperan sebagai antioksidan dan anti-inflamasi. Moringa oleifera adalah tanaman yang tumbuh secara liar di Indonesia dan merupakan potensi besar untuk dikembangkan dalam kaitannya dengan penanganan LGR. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa paparan ekstrak etanol daun kelor pada zebrafish diinduksi rotenone dapat memperbaiki panjang badan melalui peningkatan kadar IL-10 dan penurunan kadar Caspase-3. Desain penelitian ini adalah true experimental post test only controlled groud design single blind. Larva zebrafish diperoleh dari embrio yang terbuahi dan menetas pada 3 day post fertilization (dpf). Panjang badan larva zebrafish diukur pada 3, 6, dan 9 dpf menggunakan mikroskop berkamera digital (Optilab) yang terintegrasi dengan komputer melalui software Image Raster. Larva zebrafish dikorbankan pada usia 6 dpf untuk diukur kadar IL-10 dan kadar Caspase-3 larva tersebut dengan metode ELISA. Pengolahan data dilakukan dengan analisis statistik, meliputi uji beda (one-way Anova untuk data normal dan homogen; Kruskal-Wallis jika data data tidak normal dan/ atau tidak homogen) dan uji korelasi (Pearson Correlation jika tipe data normal, Spearman Correlation jika data tidak normal). Penelitian ini membuktikan bahwa paparan ekstrak etanol daun kelor memperbaiki panjang badan larva zebrafish saat mencapai usia 6 dpf dan 9 dpf dengan pola dose-dependent yang dibuktikan dengan korelasi kuat positif antara panjang badan larva zebrafish dan konsentrasi paparan ekstrak etanol daun kelor. Hasil pengukuran kadar IL-10 menunjukkan pola yang menarik, dimana kelompok yang hanya dipapar rotenone memiliki kadar IL-10 tertinggi dan kelompok yang dipapar rotenone disertai terapi ekstrak etanol daun kelor memiliki kadar IL-10 yang lebih rendah dari kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas anti-inflamasi IL-10 dalam penelitian ini bersifat kompensasional, yaitu untuk menyeimbangkan aktivitas berlebih dari sitokin-sitokin pro-inflamasi. Kadar Caspase-3 larva zebrafish pada penelitian ini membuktikan bahwa paparan rotenone dapat meningkatkan Caspase-3 hingga lebih dari 2 kali nilai normal (kadar Caspase-3 kelompok kontrol) dan paparan ekstrak etanol daun kelor terhadap larva zebrafish yang diinduksi rotenone menghasilkan kadar Caspase-3 setara kelompok kontrol. Korelasi antara IL- 10 dan Caspase-3 adalah negatif dengan kekuatan hubungan yang sedang. Studi ini menyimpulkan bahwa paparan ekstrak etanol daun kelor terhadap larva zebrafish diinduksi rotenone dapat memperbaiki panjang badan; menurunkan kadar IL-10 pada 6 dpf; dan menurunkan kadar Caspase-3 pada 6 dpf

    Pengaruh Ekstrak Etanol Pegagan (Centella asiatica) terhadap Lama Penyembuhan Luka Sayat pada Tikus Putih (Rattus norvegicus).

    No full text
    Latar Bekalang : Pegagan (Centella asiatica) merupakan tanaman tropis yang menjadi salah satu bahan obat tradisional sebagai alternatif dalam pengobatan luka. Pegagan (Centella asiatica) memiliki kandungan asiaticoside yang berperan dalam pembentukan kolagen, Asiatic acid yang berperan untuk memperkuat lapisan kulit, dan madecassic acid yang berperan untuk mempercepat proses penyembuhan jaringan kulit. Sehingga, Pegagan (Centella asiatica) dipercaya oleh penduduk Indonesia sebagai bahan obat tradisional untuk menyembuhkan luka. Oleh karena itu, dibutuhkan eksplorasi lebih untuk mengetahui peran atau kemampuan Pegagan (Centella asiatica) dalam pengobatan atau penyembuhan luka. Tujuan : Mengetahui pengaruh Pegagan (Centella asiatica) terhadap penyembuhan luka dengan melalui pemberian terapi ekstrak etanol Pegagan (Centella asiatica) pada tikus putih (Rattus norvegicus). Metode : Eksperimental dengan menggunakan post test only control group design. Hasil dan Pembahasan : Penelitian menunjukkan bahwa povidone iodine 10%, Vaseline, ekstrak etanol pegagan 10%, ekstrak etanol pegagan 15%, dan ekstrak etanol pegagan 25% memiliki pengaruh yang sama terhadap pemyembuhan luka sayat pada tikus putih (Rattus norvegicus). Intervensi dengan Povidone iodine 10% memiliki rerata penyembuhan 12 hari, intervensi dengan vaseline memiliki rerata penyembuhan 12,75 hari, intervensi dengan salep ekstrak etanol pegagan 10% memiliki rerata penyembuhan 10 hari, intervensi dengan salep ekstrak etanol pegagan 15% memiliki rerata penyembuhan 8,75 hari, dan intervensi dengan salep ekstrak etanol pegagan 25% memiliki rerata penyembuhan 12,75 hari. Uji ANOVA memperlihatkan signifikansi p = 0,152 (nilai p > 0,05) sehingga dapat diartikan bahwa tidak ada perbedaan bermakna antar kelompok. Penelitian menunjukkan terdapat perbedaan bermakna pada fase proliferasi untuk kelompok dengan intervensi salep esktrak etanol pegagan. Hasil uji Kruskal-Wallis memperlihatkan terdapat perbedaan bermakna dengan nilai p = 0,022 (p < 0,05) sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan bermakna antar kelompok. Uji Post Hoc dengan Tukey HSD dilanjutkan, memperlihatkan terdapat perbedaan bermakna antara kelompok dengan intervensi salep ekstrak etanol pegagan 10% dan 25% (p = 0,021), juga terdapat perbedaan bermakna antara kelompok dengan intervensi salep ekstrak etanol pegagan 15% dan 25% (p = 0,002). Kesimpulan : Hasil penelitian ini dapat dibuktikan bahwa pemberian salep ekstrak etanol Pegagan (Centella asiatica) dalam pengobatan luka sayat memiliki pengaruh yang sama baiknya dengan pemberian povidone iodine 10% maupun vaseline. Salep ekstrak etanol Pegagan (Centella asiatica) dapat digunakan sebagai alternatif dalam perawatan luka sayat seperti pada perawatan luka insisi pemasangan dan pelepasan KB implan

    Pengaruh Ekstrak Kayu Manis (Cinnamomum Burmannii) Terhadap Ekspresi Bax Dan Jumlah Apoptosis Sel Mata Embrio Zebrafish (Danio rerio) Yang Dipapar Glukosa Tinggi

    No full text
    Menurut American Diabetes Association tahun 2003, lebih dari 200 ribu kasus setiap tahunnya atau sekitar 7% kehamilan mengalami kondisi diabetes gestational. Diabetes mellitus gestational merupakan kondisi hiperglikemia yang diderita selama kehamilan dan didiagnosis pada trimester kedua dan ketiga akibat gangguan toleransi glukosa yang kemudian dapat memberikan efek samping pada ibu, janin yang dikandung maupun neonatus yang telah lahir. Risiko efek samping tersebut semakin meningkat apabila hiperglikemia mulai dari usia kehamilan 24-28 minggu. Hiperglikemia dapat menyebabkan apoptosis sel karena peningkatkan faktor pro-apoptosis dan menurunnya faktor anti-apoptosis. Bcl-2 associated X (Bax) merupakan faktor pro apoptosis kelompok B-cell lymphoma 2 (Bcl-2). Bax akan meningkatkan permeabilitas mitokondria dan menyebabkan pelepasan dari sitokrom C dari mitokondria ke sitoplasma sel. Sitokrom C ini akan menyebabkan aktivasi kaspase sehingga menginduksi apoptosis. Diabetes gestational dapat menyebabkan kelainan kongenital seperti malformasi organ seperti mata. Hiperglikemia dapat menyebabkan apoptosis pada jaringan seperti pada mata yang menyebabkan hilangnya sel endotel, sel saraf dan lapisan pada retina. Apoptosis jalur intrinsik secara bertahap dapat menyebabkan penurunan fungsi blood-retinal-barrier dan gangguan penglihatan. Hiperglikemia dapat menyebabkan apoptosis dengan meningkatkan ROS dan stress oksidatif serta akumulasi metabolik glikolitik. Kayu manis mengandung beberapa senyawa seperti eugenol, apicatechin, polifenol, cinnamaldehyde. Ekstrak kayu manis jenis Cinnamomum burmannii mempunyai kemampuan sebagai anti-diabetes, antioksidan dan anti-inflamasi. Kayu manis dapat meningkatkan enzim yang berperan dalam antioksidan seperti superoksida dismutase, katalase, dan glutation. Kayu manis juga dapat meningkatkan sensitivitas dan translokasi GLUT4. Penelitian ini menggunakan embrio zebrafish hingga usia 72 hpf karena mempunyai sifat transparan dan kemiripan dengan mamalia terutama metabolisme glukosa. Penelitian ini dibagi menjadi 5 kelompok yaitu kelompok kontrol negatif, kontrol positif glukosa 4%, glukosa 4%+ekstrak kayu manis Cinnamomum burmannii dosis 1,25μg/mL; 5 μg/mL; 10 μg/mL. Kondisi hiperglikemia setelah paparan glukosa 4% ini dapat dikonfirmasi dengan pemeriksaan ekspresi PEPCK yaitu enzim yang berperan dalam glukoneogenesis dengan RT-PCR. Untuk mengevaluasi apoptosis dilakukan pemeriksaan ekspresi Bax dengan RT-PCR. Selain itu, pemeriksaan jumlah apoptosis pada mata embrio zebrafish yang dipapar glukosa tinggi menggunakan pewarnaan acridin orange dan mikroskop fluorescence yang selanjutnya dilakukan kuantifikasi dengan imageJ dengan perhitungan Corrected Total Cell Fluorescence (CTCF). Hasil menunjukkan bahwa densitas ekspresi PEPCK meningkat pada embrio zebrafish yang diberikan paparan glukosa tinggi. Pemberian ekstrak Cinnamomum burmannii pada embrio zebrafish yang dipapar glukosa tinggi dapat menurunkan ekspresi PEPCK secara signifikan pada semua dosis (p=0.003 (p<0.05). Ekspresi Bax meningkat setelah pemberian glukosa dan menurun setelah pemberian ekstrak Cinnamomum burmannii pada embrio zebrafish yang dipapar glukosa 4% secara signifikan yaitu nilai p=0.017 (p<0.05). Secara signifikan, kelompok embrio zebrafish yang dipapar glukosa tinggi menunjukkan fluoresensi pendaran warna hijau dan jumlah apoptosis sel mata yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya. Fluoresensi berwarna hijau dan jumlah apoptosis pada mata secara signifikan menurun setelah pemberian ekstrak Cinnamomum burmannii pada embrio zebrafish yang dipapar glukosa 4% (p=0.0001). Hasil korelasi pearson menunjukkan bahwa pada ekspresi Bax embrio zebrafish mempunyai tidak mempunyai korelasi terhadap jumlah apoptosis sel mata dan sebaliknya (p=0,991). Enzim katalisator yang terlibat pertama kali dalam proses glukoneogenesis adalah PEPCK, yaitu mengonversi oksaloasetat menjadi phosphoenolpyruvate. Paparan glukosa 4% atau setara dengan 200 mmol/L dapat menyebabkan hyperglikemia pada zebrafish baik embrio dan dewasa. Salah satu kandungan senyawa ekstrak Cinnamomum burmannii adalah asam sinamat mempunyai efek dalam kondisi diabetes berupa mengontrol glukoneogenesis melalui enzim PEPCK, glikolisis, dan proses glikogenesis. Hiperglikemia akan meningkatkan ROS yang kemudian meningkatkan ekspresi Bax sehingga terjadi perubahan potensial membran mitokondria sehingga pori-pori transisi mitokondria atau mitochondrial permeability transition pores (mPTP) dan pelepasan sitokrom C. Hiperglikemia juga memicu reaksi proinflamasi sehingga terjadi kerusakan blood-retinal barrier dan menyebabkan kematian berbagai sel pada mata. Permeabilitas mitokondria ini dapat dihambat oleh pemberian ekstrak kayu manis. Ekstrak kayu manis dapat mengembalikan fungsi dan menormalkan ekspresi mRNA Bax dan Bcl-2 yang berperan dalam apoptosis. Kayu manis dapat menghambat pembentukan AGEs yang dihasilkan akibat kondisi hiperglikemia sehingga menurunkan apoptosis. Hal ini menunjukkan bahwa Cinnamomum burmanni memiliki potensi sebagai agen anti-apoptosis akibat kondisi hiperglikemia dan mencegah kerusakan lebih lanjut akibat hiperglikemia

    Hubungan MicroRNA-451a dan Interleukin-8 pada Kelainan Ginjal Pasien Lupus Eritematosus Sistemik

    No full text
    Penyakit autoimun kronis yaitu lupus eritematosus sistemik (LES) merupakan penyakit yang dapat menyerang berbagai organ, salah satunya ginjal. Kelainan ginjal pada LES meningkatkan morbiditas dan mortilitas pasien. Kesulitan dalam diagnosis dan manajemen LES dipengaruhi oleh variasi manifestasi klinis dan patogenesis penyakit yang belum jelas. Dalam beberapa tahun terakhir telah ditemukan relevansi klinis microRNA (miRNA) pada patogenesis LES. MicroRNA yang diduga berperan pada derajat keparahan ginjal dan patogenesisnya adalah miRNA-451a, sehingga menarik untuk diteliti karena masih sedikit penelitiannya dan terdapat kontroversi. miRNA-451a diduga mempengaruhi Interleukin 8 (IL-8) yang merupakan sitokin kemotaktil yang berfungsi sebagai kemotaksis untuk merekruit sel imun ke lokasi inflamasi sehingga terjadi kerusakan ginjal lebih lanjut. Tujuan penelitian ini untuk membuktikan perbedaan keberadaan miRNA-451a dan kadar Interleukin-8 pada pasien LES yang mengalami kelainan ginjal yaitu UPCR ≥ 500mg/g dengan kelompok pasien LES dengan UPCR < 500mg/g. Penelitian dilakukan dengan desain cross-sectional observasional analitik menggunakan sampel plasma dan urin. Ekspresi microRNA 451a plasma diperiksa dengan metode rt-qPCR. Kadar IL-8 urin diperiksa dengan metode ELISA. LES ditentukan dengan kriteria SLICC 2012, kelainan ginjal pada LES ditentukan berdasarkan kriteria ACR 1997. Sejumlah 45 sampel yang terdiri dari 23 pasien LES dengan UPCR < 500mg/g dan 22 pasien LES dengan kelainan ginjal berhasil dikumpulkan. Analisis statistik menggunakan uji Mann Whitney, t-test tidak berpasangan dan korelasi Spearman. Hasil penelitian menunjukkan keberadaan microRNA 451a pada kelompok LES dengan kelainan ginjal (median 0,31, rentang 0,06-7,21) lebih rendah dibandingkan kelompok LES dengan UPCR <500mg/g (median 1,31 rentang 0,07-13,26) dengan perbedaan yang signifikan (p= 0,041). Kadar IL 8 urin tidak berbeda bermakna antara kelompok LES dengan kelainan ginjal (mean 111,27 dan SD 59,03) dibandingkan LES dengan UPCR < 500mg/g (mean 125,76 dan SD 66,62) dengan nilai p=0,67. Hasil uji korelasi antara keberadaan miRNA-451a dengan kadar IL-8 tidak menunjukan korelasi yang bermakna (p=0,531, r= -0,096). Simpulan hasil penelitian ini yaitu keberadaan miRNA-451a memiliki hubungan dengan kelainan ginjal pasien LES

    Pengaruh Pemberian Ekstrak Kayu Manis (Cinnamomum burmannii) Terhadap SOD (Superoxide Dismutase) dan Apoptosis Sel Otak Embrio Zebrafish (Danio rerio) yang Dipapar Glukosa Tinggi

    No full text
    Diabetes Mellitus (DM) gestasional merupakan kondisi hiperglikemia yang terdeteksi pada ibu hamil. Hiperglikemia pada ibu dapat berdampak pada kesehatan ibu dan janin dengan mempengaruhi beberapa jalur molekuler yang diperlukan untuk organogenesis dan berisiko terjadi komplikasi akibat apoptosis serta kerusakan sel pada tubuh. Apoptosis otak terjadi akibat tubuh dengan kondisi hamil menjadi rentan terhadap peningkatan radikal bebas akibat hiperglikemia pada ibu. Respon tubuh dalam mengimbangi peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS) adalah meningkatkan produksi antioksidan. Superoxide dismutase (SOD) dalam tubuh berperan sebagai pertahanan pertama dalam menghadapi radikal bebas. Namun, radikal bebas berjumlah berlebihan sehingga ketersediaan antioksidan dalam tubuh akan menurun. Ekstrak kayu manis (Cinnamomum burmanii) sebagai bahan alternatif memiliki bahan aktif cinnamaldehyde sebagai antioksidan eksogen. Pada penelitian ini menggunakan embrio zebrafish yang dipapar glukosa tinggi. Zebrafish usia 0-72 hpf (hours post-fertilization) setara dengan janin didalam kandungan sehingga dapat dijadikan model hewan untuk menyelidiki respon janin terhadap hiperglikemia. Phosphoenolpyruvate carboxy-kinase (PEPCK) merupakan enzim yang terlibat pada glukoneogenesis di hati yang digunakan sebagai penanda hiperglikemia pada embrio zebrafish. DaIam penelitian ini, peneIiti ingin mengetahui pengaruh pemberian ekstrak C.burmannii berpengaruh terhadap SOD dan apoptosis otak pada embrio zebrafish (Danio rerio) yang dipapar glukosa tinggi. Terdapat 5 kelompok penelitian menggunakan zebrafish 2-72hpf. Setiap kelompok diberikan medium embrionik yang terbuat dari CaCI 0,25 gr, KCI 0,15 gr, NaCI 5 gr, MgSO4 0,815 gr dilarutkan hingga 500 mL akuades dan diencerkan 1:9. Kontrol negatif tidak diberikan paparan glukosa 4% dan kelompok lainnya dipapar glukosa 4%. Kelompok K1, K2, K3 diberikan ekstrak C. burmannii dengan dengan dosis 1,25 μg/ml; 5μg/ml; 10μg/ml. Pengukuran PEPCK dan SOD menggunakan metode semikuantitatif Reverse Transcriptase PCR. Gel fluorescense dengan Gel Doc 2000 (Bio-Rad, USA) digunakan untuk memperoleh data kuantitatif. Pengukuran apoptosis otak dilakukan pewarnaan acridine orange dan mikroskop fluorescence dalam posisi dorsal tidak bergerak. Hasil pengamatan dengan mikroskop dianalisis menggunakan software ImageJ untuk mendapatkan data kuantitatif. Analisa data menggunakan software SPSS IBM 22 dengan menggunakan uji normalitas menggunakan Shapiro-wilk (n<50) dan dilanjutkan uji homogenitas. Selanjutnya uji One Way ANOVA dengan nilai p<0,05 maka dianggap berbeda signifikan dan dilanjutkan uji post hoc. Uji korelasi Pearson dilakukan untuk mengetahui hubungan antar variabel. Zebrafish yang dipapar glukosa 4% menunjukkan peningkatan kadar PEPCK pada kelompok KP dibandingkan dengan kelompok KN. PEPCK pada kelompok K1, K2 dan K3 secara signifikan mengalami penurunan dan K3 memiliki kadar PEPCK paling rendah. Kadar SOD secara signifikan lebih tinggi pada kelompok K2 dan K3 dibandingkan KP. Ekstrak C.burmannii dengan dosis 5 dan 10 mengakibatkan peningkatan kadar SOD. Hasil apoptosis otak memiliki warna kehijauan yang paling berpendar pada kelompok KP dan semakin kecil dosis memiliki pendaran warna kehijauan yang semakin menurun. Analisis ImageJ menunjukkan terdapat penurunan signifikan pada dosis 10 terhadap KP. Dosis ekstrak C.burmannii 10 adalah dosis efektif dalam menurunkan apoptosis pada otak. Uji korelasi Pearson dilakukan untuk mengetahui hubungan antara SOD dengan apoptosis otak. Uji korelasi Pearson menunjukkan hasil signifikan dengan nilai p yaitu 0.049 dan nilai Pearson correlations adalah -0.880. Koefisien korelasi tersebut menunjukkan adanya korelasi negatif yang kuat antara SOD dan apoptosis otak. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa penurunan SOD dapat meningkatkan apoptosis otak dan begitu pula sebaliknya

    Efektivitas Pemberian Ekstrak Bidara (Ziziphus mauritiana) terhadap Lama Penyembuhan Luka Sayat pada Tikus Putih (Rattus Norvegicus)

    No full text
    Latar Belakang: Prevalensi luka di Indonesia yang tercatat dalam data Riskesdas (2018) sebesar 64,1% adalah persentase luka lecet. Bidara memiliki ragam sen-yawa aktif seperti alkaloid, flavonoid, fenol, saponin, dan memiliki efek antivirus, antibakteri dan antiseptik dimana hal ini berpengaruh dalam meregenerasi dan perbaikan lapisan epidermis kulit. Tujuan: Mengkaji manfaat dari bidara (Ziziphus mauritiana) terutama dosis tertentu membantu proses pemulihan luka insisi pada tikus putih (Rattus Norvegicus). Metode: Desain penelitian eksperimen sejati dengan Post Test Only Control Group Design. Sampel berupa 25 ekor tikus terbagi dalam kelompok berbeda. Penilaian yang dilakukan adalah lama penyembuhan luka dalam hari dan indikator kesembuhan luka. Hasil: Rerata waktu penyem-buhan luka berdistribusi normal dan bersifat homogen dengan p>0,05. One Way ANOVA menghasilkan nilai p=0,16 dengan p0,05 yang bermakna berdistribusi normal dan bersifat homo-gen. One Way ANOVA memberikan nilai p=0,00 yang p<0,05, menunjukkan ada perbedaan nyata setiap kelompok dan dilanjutkan dengan Post Hoc. Pembaha-san: Perbedaan signifikan pada indikator penyembuhan luka menurut skala Na-gaoka, namun tidak ada perbandingan yang signifikan pada rerata waktu penyem-buhan luka antar kelompok. Perbandingan rerata lama penyembuhan luka sayat pada kelompok dengan intervensi salep ekstrak bidara 8%, 16%, dan 25% dapat dipengaruhi oleh keragaman konsentrasi ekstrak. Kesimpulan: Pemberian salep ekstrak bidara dapat digunakan sebagai alternatif dalam perawatan luka pasca in-sisi dalam lingkup kebidana
    corecore