5,178 research outputs found

    Faktor Nitrogen Bagian-Bagman Karkas Dan Non Karkas Ayam Kampung Jantan Umur Enam Dan Sembilan Bulan

    Get PDF
    INTISARI Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh umur terhadap faktor nitrogen bagianbagian karkas dan non karkas ayam kampung jantan sebagai pedoman kandungan dan sumber nitrogen produk daging. Dua puluh ekor ayam kampung jantan, masing-masing terdiri dan 10 ekor umur potong enam dan sembilan bulan digunakan dalant penelitian Mi. Ayam diperoleh dari suatu pemeliharaan semi komersial. Ayam dipotong dan diproses menjadi karkas, dan bagian-bagian karkas serta non karkas. Faktor nitrogen dihitung dari kandungan nitrogen setiap bagian karkas dan non karkas sebagai persentase daging atau non karkas bebas lemak. Bagian karkas yang diamati meliputi daging dada (D), paha gending (PG), paha drumstick (PD) dan kulit (K), dan non karkas yang diamati adalah giblet (G), yaitu jantunghati dan ampela. Data dianalisis dengan menggunakan analisis varians pola searah. Perbedaan rata-rata diuji Nest. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar nitrogen bagian karkas meliputi D, PG, PD dan K serta non karkas yaitu G berbeda tidak nyata antara umur 6 dan 9 bulan. Perbedaan yang tidak nyata juga ditunjukkan faktor nitrogen. Faktor nitrogen ayam kampung jantan umur 6 dan 9 bulan yang meliputi D, PG, PD, K serta G berkisar antara 3,302 sampai 3,470. Faktor nitrogen ayam kampung jantan hasil penelitian secara kuantitatif relatif lebih rendah daripada ayam broiler yang mempunyai faktor nitrogen rata-rata 4,075. (Kata Kunci : Faktor Nitrogen, Ayam Kampung, Umur, Karkas dan Non Karkas

    RESPON PETALA KAKAO (THEOBROMA CACAO L.) ADAPTIF ACEH BARAT DAYA AKIBAT JENIS DAN KONSENTRASI GULA DALAM MENGINDUKSI EMBRIO SOMATIK SECARA IN VITRO

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis dan konsentrasi gula, serta interaksi antara jenis dengan beberapa taraf konsentrasi gula dalam menginduksi embrio somatik secara in vitro. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 3x4 yang terdiri dari dua faktor yaitu faktor pertama adalah jenis gula (G) yang terdiri dari 3 taraf yakni glukosa (G1), sukrosa (G2), maltosa (G3) dan faktor kedua adalah konsentrasi gula (K) yang terdiri dari 4 taraf yakni 10 g/L (K1), 20 g/L (K2), 30 g/L (K3), dan 40 g/L (K4). Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji ANOVA dan uji perbandingan rata-rata perlakuan menggunakan uji DNMRT pada level 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis gula sukrosa memiliki rerata tertinggi terhadap pertumbuhan embrio somatik petala kakao. Konsentrasi gula 40 g/L terbaik terhadap pertumbuhan embrio somatik petala kakao. Kombinasi terbaik pada pertumbuhan embrio somatik terdapat pada jenis gula sukrosa dengan konsentrasi 40 g/L

    Pelabelan total tak teratur total pada graf helm dan gabungan

    Get PDF
    Suatu pelabelan total f∶V∪E→ {1,2,⋯,k} disebut pelabelan-k total tak teratur total dari G jika setiap dua titik yang berbeda x dan y di V(G) memenuhi ωt(x)≠ωt(y) dan setiap dua sisi yang berbeda x_1 x_2 dan y_1 y_2 di E(G) memenuhi ωt(x_1 x_2)≠ωt(y_1 y_2), dengan ωt(x)=f(x)+∑▒〖f(xz)〗 dan ωt(x_1 x_2 )=f(x_1 )+f(x_1 x_2 )+f(x_2). Nilai minimum k sehingga G memiliki pelabelan-k total tak teratur total dinamakan nilai total ketakteraturan total (total irregularity strength) dari G dan dinotasikan dengan ts(G). Pada skripsi ini ditentukan nilai ts(G) untuk G graf helm (H_n) dan gabungan saling lepas dari k buah graf roda W_3 yang dinotasikan dengan kW_3

    Pengaruh Abu Sabut Kelapa Terhadap Ketersediaan K di Tanah dan Serapan K pada Pertumbuhan Bibit Kakao

    Get PDF
    INTISARIPeningkatkan produksi kakao dengan upaya ektensifikasi pada lahan marginal terus dilakukan, kegiatan pemupukan untuk meningkatkan kesuburan tanah guna peningkatan produksi kakao terkendala dengan harga pupuk yang mahal dan kelangkaan. Oleh karena itu diperlukan alternatif sebagai pengganti pupuk berupa pupuk organik yang berasal dari limbah tanaman. Alternatif untuk mengganti pupuk KCl adalah dengan abu sabut kelapa yang memiliki kandungan K yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian abu sabut kelapa terhadap ketersediaan K dalam tanah dan untuk mengetahui serapan K pada pertumbuhan bibit kakao.Penelitian dilaksanakan di Kebun Tridarma Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Banguntapan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan Februari – Juni 2012. Penelitian dilakukan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktor tunggal yang terdiri enam perlakuan dengan tiga ulangan. A01(kontrol 1) = KCl 100% rekomendasi, A02 (kontrol 2) = tanpa pupuk abu dan KCl, A1 = abu sabut kelapa setara 50% rekomendasi KCl, A2 = abu sabut kelapa setara 100% rekomendasi KCl, A3 = abu sabut kelapa setara 150% rekomendasi KCl, A4 = abu sabut kelapa setara 200% rekomendasi KCl. Keseluruhan terdapat 15 satuan percobaan. Dilakukan analisis awal pada tanah dan abu sabut kelapa. Parameter pengamatan meliputi kesuburan tanah setelah inkubasi (pH, BO, KPK dan K tersedia tanah), kesuburan tanah setelah tanam (K tersedia dan pH tanah), serapan K. analisis dilakukan dengan sidik ragam pada uji jarak ganda Duncan taraf 5%.Hasil penelitian menunjukkan perlakuan 200% abu sabut kelapa efektif meningkatkan K tersedia tanah hingga umur 4 bulan setelah tanam. tetapi tidak berbeda nyata dengan 150% abu sabut kelapa. Perlakuan 200% abu sabut kelapa (39,25 g ) memperlihatkan ketersediaan K dalam tanah tetap tinggi pada 4 bulan setelah tanam tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan 150% (29,44 g) dan 100% (19,64 g) abu sabut kelapa. Dosis 200% (39,25 g) abu sabut kelapa menunjukkan serapan K tertinggi namun tidak berbeda nyata dengan dosis 150% (29,44 g) dan 100% (19,64g) abu sabut kelapa.Kata Kunci : abu sabut kelapa, ketersedian, pertumbuhan, bibit kaka

    PENGARUH FUNGI MIKORIZA ARBUSKULAR (FMA) DAN PUPUK KANDANG TERHADAP PERTUMBUHAN, SERAPAN HARA DAN HASIL KEDELAI (GLICINE MAX(L) MERRIL) PADA LAHAN KRITIS

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Fungi mikoriza Arbuskular dan pupuk kandang terhadap pertumbuhan dan serapan hara serta hasil kedelai pada lahan kritis. Penelitian dilaksanakan di desa Peunyerat Kecamatan Banda Raya Kota Banda Aceh. Penelitian dilakukan dalam percobaan dengan menggunakan polybag yang ditempatkan dilapangan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 2 faktor yaitu fungi mikoriza arbuskular yang terdiri 3 taraf yaitu tanpa mikoriza, mikoriza Gigaspora 10 g serta mikoriza Glomus 10 g dan pupuk kandang yang terdiri dari 3 taraf yaitu 0, 10 dan 20 ton ha-1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian mikoriza dan pupuk kandang berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman kedelai umur 30 dan 45 HST, diameter batang umur 30 dan 45 HST, berat berangkasan basah tanaman , berat berangkasan kering tanaman, jumlah polong berisi, jumlah polong hampa, berat buji pertanaman, serapan hara N, serapan hara P, serapan hara K serta berpengaruh nyata terhadap akar tanaman yang terkolonisasi fungi mikoriza arbuskula (FMA). Interaksi antara mikoriza gigaspora dan glomus terdapat pada perlakuan tinggi tanaman umur 30 HST, tinggi tanaman umur 45 HST, berat berangkasan basah, serapan hara P serta serapan hara K

    PENGARUH VARIASI JENIS KAMPUH PENGELASAN SMAW PADA SAMBUNGAN PENGELASAN LOGAM BAJA JIS G 3131 SPHC DENGAN BAJA AISI 201 TERHADAP SIFAT MEKANIK

    Get PDF
    Sambungan logam atau pengelasan yang tidak sejenis atau dissimilar welding merupakan salah satu kebutuhan yang penting bagi industri. Sambungan hasil pengelasan ini digunakan pada beberapa aplikasi yang memerlukan sifat sambungan khusus yang baik untuk menghemat biaya material. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan sambungan yang mempunyai kekuatan yang baik dengan variasi jenis kampuh las dan kuat arus yang digunakan. Pengelasan logam yang tak sejenis, Baja JISG 3131 SPHC dengan Stainlees Steel AISI SS 201 , dilakukan dengan Las Listrik SMAW dengan variasi kampuh dan elektroda menggunakan elektroda stainless steel NSN - 308 AWS A5.4 E308. Sambungan diuji dengan pengujian Tarik, pengujian Impak, pengujian kekerasan dan diamati dengan foto strukturmikro. Pengujian tarik sambungan logam tak sejenis diperoleh kekuatan tarik paling Berdasarkan kampuh V memiliki kekuatan Tarik sebesar 32,782 kgf/mm² . Pada pengelasan kampuh K memiliki kekuatan tarik Yang meningkat dengan nilai 33,492 kgf/mm². Dan Kampuh I yang mempunyai nilai 34,514 kgf/mm². Perbedaan laju pendinginan pada kampuh jenis V sehingga kemungkinan menyebabkan terbentuknya karbida pada hasil lasan dengan jenis kampuh V yang mana menurunkan kekuatan tariknya. Pengujian Impact spesimen kampuh V sebesar 7,976 N.m dan specimen Kampuh K sebesar 7,895 N.m dengan kampuh I sebesar nilai 7,393 N.m. nilai kekuatan sambungan kampuh I dan K lebih rendah dari kekuatan sambungan las dengan menggunakan kampuh V, hal ini disebabkan karena pada kampuh K Dan I mengalami dua kali sisi pengelasan yang menyebabkan siklus pemanasan didapat dikontrol sehingga retak panas terjadi pada sambungan las. Retak panas ini akan menjadi konsentrasi tegangan sehingga material tdak dapat menerima beban impak. Pengujian Kekerasan Untuk daerah las Kampuh V terdapat nilai tertinggi dengan nilai kekerasan 63,03 HRC. Pada kampuh K terdapat nilai terendah didaerah las dengan nilai kekerasan 61,198 HRC. Dan pada Kampuh I terdapat nilai kekerasan daerah las dengan nilai 59,13 HRC

    SIFAT-SIFAT K-ALJABAR

    Get PDF
    Struktur aljabar yang biasa dikenal adalah grup dan ring. Selain grup dan ring, juga terdapat struktur aljabar yang disebut K-aljabar. K-Aljabar pertama kali diperkenalkan oleh K.H. Dar dan M.Akram pada tahun 2006. K-Aljabar merupakan suatu struktur aljabar yang dibangun atas suatu grup G. K-Aljabar dinotasikan dengan (G; �;�; e). Seperti halnya pada grup dan ring, pada K-Aljabar juga dikenal adanya sifat-sifat K-Subaljabar dan K- Homomor�sma. Oleh karena itu pada tulisan ini akan dikaji sifat-sifat K- Aljabar meliputi K-Subaljabar dan K-Homomor�sma. Kata Kunci : K-Aljabar, K-Subaljabar dan K-Homomor�sma

    KAJIAN PEMBUATAN SIRUP AIR KELAPA (COCUS NUCIFERA) DENGAN PENAMBAHAN GULA FRUKTOSA SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI GULA SUKROSA

    Get PDF
    T. Zaldiansyah. 1305105010014. Kajian Pembuatan Sirup Air Kelapa (Cocus nucifera)Dengan Penambahan Gula Fruktosa Sebagai Alternatif Pengganti Gula Sukrosa. di bawahbimbingan Fahrizal sebagai ketua dan Martunis sebagai anggota. RINGKASAN Sirup adalah bahan cair yang merupakan larutan gula dalam air. Sirupdibedakan atas konsentrasinya dan jenis rasanya. Konsentrasi sirup menunjukkanjumlah konsentrasi gula yang terlarut didalamnya. Berdasarkan jenis rasanya,sirup dibedakan atas kandungan zat terlarut yang dapat menghasilkan rasatersebut. Dalam penelitian ini dilakukan pembuatan Sirup air kelapa dengandilakukan penambahan gula fruktosa dengan konsentrasi gula yang berbeda.Kelebihan fruktosa sendiri memiliki kemanisan lebih manis dan juga memilikiindeks glikemik yang rendah dari pada sukrosa, sehingga menjadikan fruktosasebagai kandidat yang cocok untuk menggantikan sukrosa. Penelitian inibertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan jenis dan persentase gulafruktosa terhadap mutu sirup air kelapa. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorialdengan dua faktor yang diteliti yaitu jenis gula [G] yang terdiri dari 2 taraf danfaktor konsentrasi gula [K] yang terdiri dari 3 taraf. Faktor jenis gula [G] terdiridari 2 taraf yaitu G1= fruktosa jagung dan G2= fruktosa singkong. Faktorkonsentrasi gula [K] terdiri dari 3 taraf yaitu K1= 35%, K2=45%, K3=55%.Kombinasi perlakuan dalam penelitian ini adalah 3 x 2= 6 (enam) kombinasiperlakuan, dengan menggunakan 3 (tiga) kali ulangan (U), sehingga diperoleh 18satuan percobaan. Selanjutnya sirup air kelapa diuji pH, total padatan terlarut,total mikroorganisme, total gula, dan organoleptik hedonik (warna, aroma, rasa). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi gula (K)berpengaruh sangat nyata (

    Pelabelan Total Tak Teratur Total Pada Graf Hasil Kali Comb antara Graf Lingkaran dan Graf Lintasan

    Get PDF
    Misalkan G adalah suatu graf dengan himpunan titik V dan himpunan sisi E. Suatu pelabelan total f:V∪E →{1,2,…,k} disebut pelabelan-k total tak teratur total jika setiap dua titik yang berbeda x dan y di V memenuhi wt(x)≠wt(y) dan setiap dua sisi yang berbeda x_1 x_2 dan y_1 y_2 di E memenuhi wt(x_1 x_2)≠wt(y_1 y_2), dengan wt(x)=f(x)+∑▒〖f(xz)〗 dan wt(x_1 x_2 )=f(x_1 )+f(x_1 x_2 )+f(x_2). Nilai minimum k sehingga G memiliki pelabelan-k total tak teratur total dinamakan nilai total ketakteraturan total dari G dan dinotasikan dengan ts(G). Pada skripsi ini akan ditentukan nilai ts(G) untuk G graf hasil kali comb antara graf lingkaran C_n dan graf lintasan P_3 yang dinotasikan dengan C_n⊳P_
    • …
    corecore