22 research outputs found

    HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KEJADIAN SHIVERING PADA PASIEN SPINAL ANESTESI DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

    Get PDF
    Latar belakang: Shivering merupakan komplikasi yang sering terjadi pada teknik anestesi spinal. Faktor risiko terjadinya shivering intra anestesi antara lain umur, lama operasi, suhu lingkungan yang dingin dan indeks massa tubuh rendah. Indeks massa tubuh rendah lebih mudah kehilangan panas dimana tubuh berkompensasi terhadap penurunan suhu tubuh untuk meningkatkan produksi panas. Tujuan: Mengetahui hubungan indeks massa tubuh dengan kejadian shivering pada pasien spinal anestesi, mengetahui frekuensi indeks massa tubuh dan kejadian shivering¸ mengetahui tingkat keeratan hubungan serta mengetahui faktor risiko indeks massa tubuh dengan kejadian shivering. Metode penelitian: Observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling. Sampel penelitian sebanyak 40 responden dan menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian: Indeks massa tubuh kurus 21 responden(52,5%) dan Indeks massa tubuh tidak kurus 19 responden (47,5%). Kejadian shivering 21 responden (52,5%) tidak mengalami shivering 19 responden (47,5%). Diperoleh kejadian shivering intra anestesi lebih tinggi terjadi pada indeks massa tubuh kurus dibandingkan dengan indeks massa tubuh tidak kurus. Hasil uji statistik menggunakan uji Chi Square yaitu p value 0,005 (p < 0,05). Kesimpulan: Terdapat hubungan antara indeks massa tubuh dengan kejadian shivering pada pasien dengan spinal anestesi. Responden sebagian besar memiliki indeks massa tubuh kurus dan sebagian besar mengalami shivering. Tingkat keeratan hubungan sedang dikarenakan faktor lain yang dapat mempengaruhi kejadian shivering selain indeks massa tubuh seperti usia, lama operasi, jenis pembedahan, lama puasa dan suhu tubuh pre operasi. Responden dengan indeks massa tubuh kurus 8,9 kali lebih tinggi berisiko mengalami kejadian shivering

    DECISION SUPPORT SYSTEM PENENTUAN JENIS AYAM PETELUR MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALITYCAL HIERARCY PROCESS)

    Get PDF
    The development of laying chicken farming in Indonesia is very rapid, especially laying chicken that produces eggs brown. Determination of good quality chicken is needed to increase consumer satisfaction of laying chicken of Indonesia. Laying chickens to be reared should have good quality for optimal results. Laying hens are chickens whose purpose is to produce eggs. This type of laying hen is has characteristics that are nervous or easily surprised, lean body shape, white ears, and eggshell berabah putih white. Another characteristic is high egg production (200 grains / head / year), efficient in ration to form eggs, and does not have the nature of incubation. Based on the value of the purpose and economic value of the type of laying hens have a slim body or small size. Lightweight scales. From several stages of calculation or consideration of the criteria that have been determined in the research using the method Analitycal Hierarchy process then obtained the highest results on Chicken Race Chocolate alternative (Hybrid Chicken) as the type of laying hens considered suitable for cultivation

    THE CORRELATION OF BODY MASS INDEX WITH SHIVERING OF SPINAL ANESTHESIC PATIENTS IN RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

    Get PDF
    ABSTRACT Shivering is the most common complications of spinal anesthesia. Risk factors for intra-anesthetic shivering include age, duration of operation, cold environmental temperature, and low BMI. A low BMI is easier to lose heat since there is more chances that the body decreases the temperature to increase heat production. The objective is to finding out the correlation of BMI with shivering in spinal anesthesia patient, the frequency of BMI and shivering, the level of closeness of relationship and the risk factor of BMI with shivering. The method is observational analytic using cross sectional approach. The sampling technique is total sampling. The sample of research includes 40 respondents and using Chi Square test. The result of the research is BMI of underweight includes 21 respondents (52,5%) and respondents undergoing shivering equal to 21 respondents (52.5%). Shivering occurs more often in the body mass index of underweight compared with BMI of normal up to overweight. The statistical test of Chi Square results p value 0,005 (p <0,05). The conclusion is there is a correlation of BMI with shivering in spinal anesthesia patients. Respondents mostly had BMI of underweight and most shivering. The level of closeness of the correlation is moderate. Keywords: Spinal anesthesia, Body Mass Index, Shivering INTISARI Shivering merupakan komplikasi yang sering terjadi pada teknik anestesi spinal. Faktor risiko terjadinya shivering intra anestesi antara lain umur, lama operasi, suhu lingkungan yang dingin dan IMT rendah. IMT rendah lebih mudah kehilangan panas sehingga tubuh berkompensasi terhadap penurunan suhu tubuh untuk meningkatkan produksi panas. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan IMT dengan kejadian shivering pada pasien spinal anestesi, frekuensi IMT dan kejadian shivering dan tingkat keeratan hubungan. Metode yang digunakan observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling. Sampel penelitian sebanyak 40 responden dan menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian yaitu IMT kurus 21 responden (52,5%) dan kejadian shivering 21 responden (52,5%). Kejadian shivering intra anestesi lebih tinggi terjadi pada IMT kurus dibandingkan dengan IMT tidak kurus. Hasil uji statistik menggunakan uji Chi Square yaitu p value 0,005 (p < 0,05). Kesimpulan penelitian bahwa terdapat hubungan IMT dengan kejadian shivering pada pasien dengan spinal anestesi. Responden sebagian besar memiliki IMT kurus dan sebagian besar mengalami shivering. Tingkat keeratan hubungan sedang. Kata kunci: Anestesi spinal, IMT, Shiverin

    Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Kejadian Shivering Pada Pasien Spinal Anestesi di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

    Get PDF
    Shivering merupakan komplikasi yang sering terjadi pada teknik anestesi spinal. Faktor risiko terjadinya shivering intra anestesi antara lain umur, lama operasi, suhu lingkungan yang dingin dan IMT rendah. IMT rendah lebih mudah kehilangan panas sehingga tubuh berkompensasi terhadap penurunan suhu tubuh untuk meningkatkan produksi panas. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan IMT dengan kejadian shivering pada pasien spinal anestesi, frekuensi IMT dan kejadian shivering dan tingkat keeratan hubungan. Metode yang digunakan observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling. Sampel penelitian sebanyak 40 responden dan menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian yaitu IMT kurus 21 responden (52,5%) dan kejadian shivering 21 responden (52,5%). Kejadian shivering intra anestesi lebih tinggi terjadi pada IMT kurus dibandingkan dengan IMT tidak kurus. Hasil uji statistik menggunakan uji Chi Square yaitu p value 0,005 (p < 0,05). Kesimpulan penelitian bahwa terdapat hubungan IMT dengan kejadian shivering pada pasien dengan spinal anestesi. Responden sebagian besar memiliki IMT kurus dan sebagian besar mengalami shivering. Tingkat keeratan hubungan sedang. Kata kunci: Anestesi spinal, IMT, Shiverin

    STUDY OF THE IMPACT OF THE SWALLOW BIRD'S NEST BUSINESS ON THE ECONOMY OF THE BERLIAN MAKMUR VILLAGE COMMUNITY

    Get PDF
    Swallows are a very special type of bird. Swiftlet nests come from the saliva of birds of the Collocalia fuciphaga species which are used as a place to lay their eggs. This research was conducted in Berlian Makmur Village, Sungai Lilin District, Musi Regency in July 2020. The method used in this research was qualitative, namely collecting data by observation and interviews with resource persons, namely the people of Berlian Makmur Village who own a swallow business and the people who live around the owner. 30 people in the swallow's nest business. The research results obtained show that there is an influence of swallow's nests on changes in the community economy in Berlian Makmur Village, this can be seen from the results of the questions asked, interviews and observations carried out by researchers. The Berlian Makmur Village community has 17 white nest swallow bird nest entrepreneurs. The swallow's nests can be harvested every month by looking for nests that are ready to harvest in the swallow's nest building. Having a swallow business in Berlian Makmur Village can increase people's income and improve the community's economic level. The people of Berlian Makmur Village are included in the rich group or the equivalent of a rice exchange rate of >960 kg/capita/year after some of the people running the swallow business experienced economic changes

    Berkala arkeologi sangkhakala vol. 15 no. 2, November 2012

    Get PDF
    Adapun uraian dalam kajian dimaksud terbagi atas dua bagian yaitu bahasan yang merupakan hasil penelitian dan bahasan yang merupakan tinjauan. Adapun bahasan yang merupakan hasil penelitian diawali dengan bahasan Andri Restiyadi melalui pembacaan desain komunikasi visual pada relief cerita Kṛṣṇa di Candi Lara Jonggrang. Kajian aspek desain visual sangat jarang dijadikan topik bahasan pada relief candi secara umum. Kajian ini sangat penting dilakukan dalam kaitannya dengan pemahaman akan proses kreatif seniman. Selanjutnya Churmatin Nasoichah menguraikan verklaring dalam kaitannya dengan tanda bukti melakukan perpindahan atau mobilitas sosial yang berbeda pada awal abad ke-20. Dalam kajian etnoarkeologi, Dyah Hidayati membahas perihal ―Kotak Emas‖ yang dalam istilah lokal masyarakat Dairi, Sumatera Utara menyebut bangunan megalitik yang berkaitan dengan fungsinya dengan penguburan dalam tradisi megalitik. Selanjutnya Ketut Wiradnyana, membahas budaya hoabinh dalam kaitannya dengan hubungan sebaran sumatralith dengan sungai dan situs hunian, dimana diindikasikan adanya arah jelajah dari daratan rendah (Situs Bukit Kerang Percut) ke dataran tinggi Tanah Karo atau sebaliknya adanya arah jelajah dari dataran tinggi ke dataran rendah. Taufiqurrahman Setiawan menutup bahasan hasil penelitian melalui pemukiman gua di Sub-Cekungan Payakumbuh yang merupakan lokasi yang ideal digunakan sebagai pemukiman masa prasejarah melalui pola sebaran gua dan pemanfaatannya

    Agrikultur Dalam Arkeologi

    Get PDF
    Sejarah panjang budidaya tetumbuhan dan hewan oleh manusia itulah yang diulas oleh beberapa penulis dalam kesempatan ini. Kajian yang mengulas budidaya tetumbuhan dan hewan serta penanganan pasca produksinya merupakan kajian agrikultur. Oleh karena objek agrikultur yang diulas oleh para penulis adalah data arkeologis, maka buku yang terlahir dari kompilasi tulisan-tulisan mereka diberi judul agrikultur dalam arkeologi, yang boleh juga disebut sebagai arkeologi agrikultur (agriculture archaeology

    KONTEKS PENGUBURAN KOMPLEKS MAKAM KUNO SUTAN NASINOK HARAHAP

    Get PDF
    The form of burial in the ancient tomb complex of Sutan Nasinok Harahap is in the form of a mound of land bordered by flat stones. The problem is what the burial context and the characteristics of the tomb in the Sutan Nasinok Harahap Ancient Tomb Complex?. The purpose of this study is to determine the context of burial and recognize the complex characteristics of the tomb. This study uses an inductive reasoning model. Judging from the characteristics, the characteristics of the tomb have not yet been seen, only the orientation of the tomb indicates the absence of Islamic influence. Related to the burial context, the tomb is located far from the river, on a high place (dolok) and is in the banua partoru zone while Lobu Gunung Tua Batang Onang is in banua tonga which is adjacent to the banua parginjang zone (close to the river). Bentuk penguburan di Kompleks Makam Kuno Sutan Nasinok Harahap berupa gundukan tanah yang pada bagian tepiannya dibatasi oleh batu-batu pipih. Permasalahannya adalah bagaimanakah konteks penguburan serta karakteristik makam di Kompleks Makam Kuno Sutan Nasinok Harahap?. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui konteks penguburan dan mengenali karakteristik kompleks makam tersebut. Penelitian ini menggunakan model penalaran induktif. Dilihat dari karakteristiknya, belum terlihat karakteristik makamnya, hanya orientasi makam yang menunjukkan belum adanya pengaruh Islam. Terkait konteks penguburannya, makam berada di lokasi yang jauh dari sungai, tinggi (dolok) dan berada dalam zona banua partoru sedangkan Lobu Gunung Tua Batang Onang berada di banua tonga yang berdekatan dengan zona banua parginjang (dekat dengan sungai)

    Berkala Arkeologi Sangkhakala : Vol. 20 No. 1, Mei 2017

    Get PDF
    Sangkhakala terdiri dari dua kata yaitu Sangkha dan Kala. Sangkha adalah sebutan dalam Bahasa Sansekerta untuk jenis kerang atau siput laut. Sangkha dalam mitologi Hindhu digunakan sebagai atribut dewa dalam sekte Siwa dan Wisnu. Sedangkan Kala berarti waktu, ketika atau masa. Jadi Sangkhakala merupakan alat dari kerang laut yang mengeluarkan suara sebagai tanda bahwa waktu telah tiba untuk memulai suatu tugas atau pekerjaan. Berkenaan dengan itu, BERKALA ARKEOLOGI SANGKHAKALA merupakan istilah yang dikiaskan sebagai terompet ilmuwan arkeologi dalam menyebarluaskan arti dan makna ilmu arkeologi sehingga dapat dinikmati oleh kalangan ilmuwan khususnya dan masyarakat luas umumnya. Selain itu juga merupakan wadah informasi bidang arkeologi yang ditujukan untuk memajukan arkeologi maupun kajian ilmu lain yang terkait. Muatannya adalah hasil penelitian, tinjauan arkeologi dan ilmu terkait. Dalam kaitannya dengan penyebarluasan informasi dimaksud, redaksi menerima sumbangan artikel dalam Bahasa Indonesia maupun asing yang dianggap berguna bagi perkembangan ilmu arkeologi. Berkala Arkeologi ini diterbitkan dua kali dalam setahun yaitu pada bulan Mei dan November
    corecore