Forum Arkeologi
Not a member yet
    534 research outputs found

    APPENDIX FORUM ARKEOLOGI VOLUME 34, NOMOR 2, OKTOBER 2021

    No full text

    BACK COVER FORUM ARKEOLOGI VOLUME 34, NOMOR 1, APRIL 2021

    No full text

    COVER FORUM ARKEOLOGI VOLUME 34, NOMOR 2, OKTOBER 2021

    No full text

    GAMBARAN ORGANISASI RUANG PADA RUMAH LAKSMANA MAEDA DI MENTENG, JAKARTA, BERDASARKAN HOUSEHOLD ARCHAEOLOGY

    Get PDF
    Maeda’s house is one of colonial houses with layout and furnitures that are still remained and maintained today. Through Maeda’s house, we could still study its inhabitants social values that are reflected from their remains. This study seeks to reconstruct the social values that existed at that time, through the spatial arrangement of Maeda’s house using household archaeology. The method used in analysing this problem consists of data collection, analysis and interpretation. Based on the studies that have been carried out, it can be seen that the spatial arrangement in Maeda’s house is related to the social class of its residents. Spatial planning in this case also includes accessibility, room size and facilities. This study also provides an overview of the hierarchical figure of Maeda in managing his house, as well as showing examples of the arrangement of luxury houses in Menteng during his time. Rumah Laksamana Maeda merupakan rumah yang kaya akan sejarah dalam perjalanan Indonesia menjadi negara. Salah satu kelebihan yang dimiliki oleh Rumah Laksamana Maeda adalah tata ruang dan perabotannya yang masih terjaga hingga sekarang. Rumah Laksamana Maeda dapat dikatakan masih mencerminkan nilai sosial yang ada pada masa itu. Kajian ini berusaha untuk merekonstruksi nilai sosial yang ada pada masa itu, melalui penataan ruang rumah Maeda dengan menggunakan paradigma arkeologi rumah. Metode yang digunakan dalam menjawab masalah ini terdiri dari pengumpulan data, analisis dan interpretasi. Berdasarkan kajian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa penataan ruang di rumah Maeda berkaitan dengan kelas sosial para penghuninya. Penataan ruang dalam hal ini adalah juga termasuk aksesibiltas, ukuran ruang dan fasilitas. Kajian ini juga memberikan gambaran mengenai sosok Maeda yang bersifat hirarkis dalam menata rumahnya, sekaligus juga menunjukkan contoh pola penataan rumah mewah di Menteng pada masanya

    APPENDIX FORUM ARKEOLOGI VOLUME 34, NOMOR 1, APRIL 2021

    No full text

    PEMANFAATAN TINGGALAN KOLONIAL DI PULAU NEIRA, KEPULAUAN BANDA, KABUPATEN MALUKU TENGAH SEBAGAI UPAYA PRESERVASI CAGAR BUDAYA

    Get PDF
    This article written to explain about heritage preservation in Banda, especially how to made some management and utilization of cultural heritage in Banda Island. Banda actually is an important locality related to past civilization, where in this area there are many traces of colonial buildings that must be preserved in order to treat the historiographical pieces that exist in one of Indonesia regions. In the past, Neira Island was the center of trade and cultural activities for the various ethnic groups. This research aims to look at the various archaeological remains in Banda Neira and what kind of management form that use have been carried out by various stakeholders there. Are they use management and utilization based on significance value and conservation perspective. The methods applied in this research are surveys and interviews. The result showed that Neira which has aquite number of archaeological remains in the form of colonial buildings, has now changed its use to government offices, mini museums, and etc. The management of cultural heritage in Neira shows a situation where the function and use of colonial buildings has not been managed optimally. In other words, management that ignores significance value and not to tendention for conservation and preserved authentic value of archaeological remains, will ruined as cultural heritage meaning. Artikel ini ditulis untuk melihat bagaimana pengelolaan dan pemanfaatan warisan budaya yang ada di Pulau Banda. Pulau Banda sendiri menjadi lokalitas penting berkaitan dengan peradaban silam, dimana di wilayah ini banyak terdapat jejak tinggalan bangunan kolonial yang harus dipreservasi guna merawat kepingan historiografi yang ada di salah satu wilayah Indonesia. Pulau Neira di masa lalu menjadi pusat aktivitas perdagangan dan kultural dari berbagai suku bangsa yang pernah singgah di wilayah ini. Penelitian ini bertujuan melihat pelbagai tinggalan arkeologis di Banda Neira dan menilik bentuk pemanfaatan dan pengelolaan yang sudah dilakukan oleh berbagai pemangku kepentingan di sana. Apakah pengelolaan dan pemanfaatan jejak tinggalan arkeologis disana sudah berbasis nilai penting dan berwawasan pelestarian. Metode yang diterapkan dalam penelitian ini adalah survei dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Neira yang memiliki cukup banyak tinggalan arkeologis berupa bangunan kolonial, kini penggunaanya telah beralih fungsi menjadi kantor pemerintahan, museum mini, dan sebagainya. Pengelolaan warisan budaya di Neira menunjukkan situasi dimana alih fungsi pemanfaatan bangunan kolonial, belum dikelola secara maksimal. Dengan kata lain pengelolaan yang tidak mengindahkan manajemen berbasis nilai penting dan bertendensi pelestarian akan mengakibatkan tergerusnya nilai otentik dari tinggalan-tinggalan arkeologis tersebut sebagai cikal bakal cagar budaya. Kata kunci: Nilai penting; pelestarian; warisan budaya; manajemen sumberdaya budaya

    PEMULIAAN DEWI SRI DALAM AKTIVITAS DOMESTIKASI PADI DI BALI

    Get PDF
    The Balinese agricultural culture has existed since prehistoric times, with the advent of agriculture, especially rice domestication, as an important cultivation to date, gave rise to the myth of Dewi Sri. This study aims to studying the breeding of Dewi Sri in rice domestication activities in Bali, whose data sources were collected through field observations by observing archaeological remains in the form of worship media, lontar manuscripts and inscriptions. Besides being complemented by literature studies of various relevant journals, book and reports. This research has succeeded in revealing that the breeding of Dewi Sri in Bali is very unique, it can be seen from her mention of her local name, the worship media and its symbols are also influenced by Balinese local wisdom. Breeding is also carried out with prayers and ceremonies that are balanced with maintaining and caring for rice and rice field in order to achieve maximum results. Budaya agraris masyarakat Bali telah ada sejak masa prasejarah, dengan munculnya pertanian domestikasi padi sebagai budidaya penting hingga saat ini, memunculkan mitos Dewi Sri. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pemuliaan Dewi Sri dalam aktivitas domestikasi padi di Bali, yang sumber datanya dikumpulkan melalui observasi di lapangan dengan mengamati tinggalan arkeologi berupa media pemujaan, manuskrip lontar dan prasasti. Selain itu dilengkapi dengan studi pustaka terhadap berbagai jurnal, buku dan laporan yang relevan. Penelitian ini berhasil mengungkap bahwa pemuliaan Dewi Sri di Bali sangat unik dapat dilihat dari penyebutan Dewi Sri dengan nama lokal, media pemujaan dan simbol-simbolnya juga dipengaruhi oleh kearifan lokal Bali. Pemuliaan juga dilakukan dengan doa dan upacara, diseimbangkan dengan memelihara dan merawat padi dan lahan persawahan, agar dapat mencapai hasil yang maksimal.

    MELACAK JEJAK KEBERAGAMAN ETNIS MASYARAKAT JAWA KUNO BERDASARKAN DATA PRASASTI PADA ABAD KE-7 HINGGA ABAD KE-11 MASEHI

    Get PDF
    The Ancient Mataram Kingdom has various inscriptions contain information about society’s social life. Java Island was mentioned several times in foreign literature and in several sites were found artifacts from outside Java. This condition indicates the possibility foreign ethnic have a direct relationship with the Javanese community. This study’s objective is to obtain several inscriptions that mention foreign ethnic in the Ancient Mataram period in the 7th to 11th centuries. Data are collected from various secondary sources that contain information about the existence of foreign ethnic. The results of this study show that Java Island was visited by foreign ethnic from North India, South India, East Asia (China), and Southeast Asia. The emergence of foreign communities in Java was caused by the improvement of the trade and economy sector which was supported by local authorities. The presence of traders that provide economic benefits for the authorities and local communities can create a diverse society and live in harmony. Kerajaan Mataram Kuno memiliki bergaram tinggalan prasasti yang memuat informasi kehidupan sosial masyarakat. Pulau Jawa beberapa kali disebutkan dalam literatur asing dan beberapa situs ditemukan artefak dari luar Jawa. Kondisi demikian memberikan indikasi adanya kemungkinan etnis asing yang menjalin hubungan langsung dengan masyarakat Jawa. Tujuan kajian ini adalah mendapatkan berbagai prasasti yang menyebutkan keberagaman etnis masyarakat Mataram Kuno pada abad ke-7 hingga ke-11. Data dikumpulkan dari berbagai sumber sekunder yang memuat informasi mengenai adanya etnis asing yang tinggal di jawa. Hasil kajian menunjukkan bahwa Pulau Jawa pada masa Matram Kuno telah disinggahi oleh komunitas asing yang berasal dari India Utara, India Selatan, Asia Timur (Cina), dan Asia Tenggara. Latar belakang munculnya komunitas asing di Jawa adalah berkembangnya sektor ekonomi perdagangan yang mendapat dukungan dari penguasa lokal. Kehadiran para pedagang yang memberikan keuntungan ekonomi bagi penguasa dan masyarakat lokal mampu menciptakan masyarakat yang beragam dan hidup harmonis

    ARCA TOKOH DEWA BERSORBAN DI MUSEUM NASIONAL INDONESIA

    Get PDF
    The National Museum of Indonesia has a unique statue of a god depicted wearing a turban. The museum manager named this statue Shiva Mahadeva based on the third eye’s presence on his forehead. Based on this uniqueness, a more in-depth study carried out by taking the question What is the meaning of the turban-shaped head covering the statue’s depiction? Is there a connection between the depiction and the arts and culture of the community? This study aims to know the meaning implied in depicting the turban and trying to find out the social picture of the statuemaking community. This study conducted using descriptive research methods with contextual analysis. This study indicates that the statue depicted is not a statue of Shiva Mahadeva but a combination of Shiva and Vishnu known as Hariharamurti. The turban’s meaning is similar to the crown carved on the statue, which shows the character’s dignity and majesty. The life of the community’s arts and culture influences the depiction of the Hariharamurti statue, which is synonymous with freedom without leaving religious rules. In general, the arts and cultural aspects of the community that affect the statue are indicated as a community environment closely related to the priest/rishi’s activities. Museum Nasional Indonesia memiliki arca tokoh dewa unik yang digambarkan mengenakan sorban. Pengelola museum memberi nama tokoh tersebut adalah Siwa Mahadewa berdasarkan pada keberadaan mata ketiga yang ada di dahinya. Atas dasar keunikan inilah maka dilakukan kajian lebih mendalam lagi dengan mengambil pertanyaan, apa makna penutup kepala berbentuk sorban dalam penggambaran arca tersebut? adakah keterkaitan penggambaran tersebut dengan kehidupan seni-budaya masyarakat? tujuan yang ingin dicapai dari kajian ini adalah mengetahui makna yang tersirat dalam penggambaran sorban dan mencoba untuk mengetahui gambaran sosial masyarakat pembuat arca. Untuk mencapai tujuan tersebut maka kajian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif dengan analisis secara kontekstual. Hasil dari kajian ini menunjukkan bahwa arca yang digambarkan bukanlah arca Siwa Mahadewa melainkan gabungan antara Siwa dengan Wisnu yang dikenal sebagai Hariharamurti. Pemaknaan sorban yang dikenakan oleh arca tersebut memiliki kesamaan dengan mahkota yang biasa dipahatkan pada arca yaitu menunjukkan kemuliaan dan keagungan dari tokoh tersebut. Kehidupan senibudaya masyarakat jelas mempengaruhi gaya penggambaran arca Hariharamurti tersebut yang identik dengan kebebasan tanpa meninggalkan aturan agama. Secara umum, aspek seni-budaya masyarakat yang mempengaruhi arca tersebut diindikasikan sebagai lingkungan masyarakat yang erat terkait dengan aktivitas pada pendeta/resi

    JALUR KERETA API PELABUHAN CIREBON: JEJAK ANGKUTAN KOMODITAS PERDAGANGAN PADA MASA KOLONIAL BELANDA 1897-1942

    Get PDF
    The high demand for various plantation commodities in the world market, especially sugar, encourages the construction and operation of railroad lines in the Cirebon region. The construction and operation of railroad lines in Cirebon are directed to facilitate commodity traffic to be sent through the Port of Cirebon. The problem raised in this paper is related to what archeological remains are markers of the existence of the Cirebon-Cirebon Port Railway. The method used to answer these problems is the descriptive analysis method. Data collection was carried out through literature study and field observations. Dutch colonial railroad relics on the track in the form of the railbed, signal pole structure, boundary stakes, bridge structure, level crossing pole structure, and rail rods that are still installed. The existence of the railroad remains is a proof of the activities of the train transportation mode to the Port of Cirebon. Tingginya permintaan berbagai komoditas perkebunan di pasaran dunia, terutama gula mendorong dibangun dan dioperasikannya jalur kereta api di wilayah Cirebon. Pembangunan dan pengoperasian jalur kereta api di Cirebon diarahkan untuk memperlancar lalu lintas komoditas yang akan dikirim melalui Pelabuhan Cirebon. Salah satu bagian dari jalur kereta api yang dibangun, adalah jalur Stasiun cirebon - Pelabuhan Cirebon. Permasalahan yang diangkat pada tulisan ini, adalah berkenaan dengan tinggalan arkeologi apa saja yang menjadi penanda keberadaan Jalur kereta api Cirebon - Pelabuhan Cirebon. Metode yang dipergunakan untuk menjawab permasalahan tersebut, adalah Metode deskriptif analisis. Pengumpulan data dilakukan melalui studi Pustaka, dan pengamatan lapangan. Saat ini, Jalur kereta Cirebon - Pelabuhan merupakan jalur tidak aktif di wilayah Cirebon. Tinggalan perkeretaapian masa Kolonial belanda di jalur tersebut berupa railbed, struktur tiang sinyal, patok batas, patok KM, struktur jembatan, struktur tiang perlintasan sebidang, dan batang rel yang masih terpasang. Keberadaan tinggalan perkeretaapian tersebut merupakan bukti aktifitas moda angkutan kereta api menuju Pelabuhan Cirebon

    140

    full texts

    534

    metadata records
    Updated in last 30 days.
    Forum Arkeologi
    Access Repository Dashboard
    Do you manage Open Research Online? Become a CORE Member to access insider analytics, issue reports and manage access to outputs from your repository in the CORE Repository Dashboard! 👇