2,055 research outputs found

    MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MEMAHAMI MATERI PERAN SERTA SISWA DALAM ORGANISASI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW: (Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Siswa Kelas V SD Negeri Cipancar Semester Genap Tahun Pelajaran 2021/2022)

    Get PDF
    Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas V  SD Negeri Cipancar semester genap tahun pelajaran 2021/2022 dalam memahami materi peran serta siswa dalam organisasi melalui penerapan model pembelajaran jigsaw. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan siswa dalam memahami materi peran serta siswa dalam organisasi dapat dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran jigsaw. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan hasil post test siswa dari siklus 1 ke siklus 2. Hasil post test siswa pada siklus 1 mencapai nilai rata-rata sebesar 69,69 pada kategori cukup dengan prosentase kelulusan 43,75% dan pada siklus 2 meningkat menjadi 83,75 pada kategori baik dengan tingkat prosentase kelulusan 93,75%. Jadi nilai post test siswa mengalami peningkatan sebesar 14,06

    LAPORAN KEGIATAN PRAKTEK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) DI SMA NEGERI 1 WONOSARI

    Get PDF
    Program PPL merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh Universitas Negeri Yogyakarta untuk memberikan pengalaman kepada mahasiswa dalam mengajar. Selain itu, juga sebagai wahana untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah didapat di bangku kuliah ke dalam kelas. Adapun tujuan PPL di sekolah ini di antaranya adalah untuk memberikan pembelajaran kepada mahasiswa agar mengenali lingkungan kerja nantinya. Di samping itu, untuk memberikan pembelajaran kepada mahasiswa tentang mekanisme pengajaran dan proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di sekolah. Pelaksanaan program PPL dimulai dari tanggal 1 Juli sampai 17 September 2014. Selama kegiatan, praktikan melaksanakan berbagai program kerja yang bertujuan untuk memfasilitasi pengajaran dan pengoptimalan potensi siswa. Pada realisasinya kegiatan berjalan sesuai dengan target yang sudah direncanakan. Kegiatan PPL ini dilaksanakan pada saat Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) berlangsung. Program yang diselenggarakan pada kegiatan PPL, disusun untuk meningkatkan proses pengajaran dan proses belajar siswa. Selain itu, juga untuk melatih praktikan sebelum terjun ke lapangan kerja nantinya. Dengan demikian, praktikan memiliki keterampilan dalam manajerial kelas dan sekolah sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan baik dan menghasilkan input dan output yang andal

    A Systematic Review on Travel Medicine Practice to Control Transmission of Communicable Diseases

    Full text link
    Background: The number of international travelers is estimated at 900 million per year and is projected to reach 1.6 billion per year in 2020. Travel medicine is devoted to the health of travelers who visit foreign countries. It is an interdisciplinary specialty con­cerned not only with prevention of communicable diseases during travel but also with the personal safety of travelers and the avoidance of environmental risks. This stu­dy aimed to review systematically the travel medicine practice to control trans­mi­sion of commu­ni­cable diseases. Subjects and Method: A systematic review was conducted by collecting several stu­dies that examin­ed travels medicine practice related to the spread of communicable di­sease. A total of 11 articles was selected for this study. The data were analyzed using nar­rative synthesis and a re­view of travel medicine practice. Results: Travel medicine practice was related to effective anticipation of com­mu­nicable di­sea­ses including pre-travel health advice service, guideline, vaccina­tion, and post-trip care. These practices could not be underestimated because virus and disease could easily spread when the tou­rists were not fit and exhausted during the trip. It was nece­s­sa­­ry for tourists to anticipate the spread of disease by knowing certain disease in the country and to have them vaccinated be­fore traveling. Conclusion: Travel medicine practice has a significant impact on disease transmiss­ion anti­ci­pa­tion among travellers/ tourists. Keywords: travel medicine practice, communicable disease spread, tourist

    Islam as the inborn religion of mankind: the concept of fiṭra in the works of Ibn Ḥazm

    Get PDF
    This article deals with the views of Ibn Ḥazm of Cordoba (d. 456/1064) on the concept of fiṭra, which occurs in the Koran (Sura 30:30) and in a number of exegetical traditions. Ibn Ḥazm takes these texts to mean that literally everyone is born as a Muslim, including polytheists and other unbelievers, and that they will be considered believers until they come of age. It is at this point that they have to choose between reaffirming their covenant with God, or —if they are of non-Muslim descent— to renounce their inborn religion and stick to that of their parents. This choice will, of course, affect their fate in the afterlife. Ibn Ḥazm's belief that all children up till the age of discernment must be considered believers —and are therefore entitled to paradise should they die before that age— had certain legal implications as well, and here we can see his Ẓāhirī principles at play. Ibn Ḥazm shows a tendency to award custody of non-Muslim children to Muslims so as to avoid that they are disconnected from their inborn Islam. We see this in the case of foundlings and children of doubtful paternity. Although in general he does not require that the bodies of deceased non-Muslim children (who are after all considered believers) be handed over for Muslim burial, he does rule that a child of non-Muslim parents that has fallen into captivity be given a Muslim burial. Although at first glance, these rulings seem to confirm Goldziher's statements about Ibn Ḥazm's «personal fanaticism against followers of other religions», we also see that in his view, the damages to be paid for the miscarried foetus of a non-Muslim woman are equal to those to be awarded a Muslim woman who loses her child in this way.Este artículo estudia la visión que Ibn Ḥazm de Córdoba (m. 456/1064) tenía del concepto de fiṭra, que aparece en el Corán (azora XXX, aleya 30) y en algunas tradiciones exegéticas. Basándose en este texto, Ibn Ḥazm afirma que todos los seres humanos nacen musulmanes, incluso los idólatras y otras clases de infieles, y que todos han de ser considerados musulmanes hasta que alcancen la mayoría de edad. En ese momento de sus vidas han de elegir entre reafirmar su fe y, si no son hijos de musulmanes, de elegir entre la religión en la que han nacido o renunciar a ella. Su decisión afectará a su destino en el Más Allá. La creencia de Ibn Ḥazm de que todos los niños son musulmanes hasta la edad en que puedan discernir y, por tanto, de que en caso de que mueran niños irán al Paraíso, tiene también implicaciones legales y, a través de ellas, se puede observar cómo actúan los principios Ẓāhiríes. Ibn Ḥazm muestra una tendencia a otorgar a los musulmanes la custodia de niños no musulmanes, así como a evitar que los nacidos musulmanes queden desvinculados de su religión. Ese es el caso de los niños expósitos o cuya paternidad es dudosa. Aunque, en general, no requiere que los niños no musulmanes fallecidos, que en el fondo son considerados creyentes, sean enterrados de acuerdo con el rito islámico, ordena que un niño, cuyos padres no sean musulmanes y hayan sido hechos cautivos, reciba un entierro musulmán. Aunque, a primera vista, estas normas parezcan confirmar las afirmaciones de Goldziher sobre «el fanatismo personal contra los seguidores de otras religiones» de Ibn Ḥazm, se observa también que, según su punto de vista, la indemnización que se debía pagar por la lesión del feto de una mujer no musulmana era igual al que le correspondía a una musulmana que hubiese perdido su hijo en las mismas circunstancias

    PERANAN KYAYI DALAM MEMBINA KEIMANAN DAN KETAQWAAN SANTRI: Penelitian di Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Garut

    Get PDF
    Pendidikan Umum harus dikembangkan dengan mempertimbangkan segala aspek yang ada di masyarakat kita yang landasan Negaranya digali dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia, terutama sila pertama dalam Pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Pondok Pesantren adalah lembaga Pendidikan Islam yang tumbuh danberkembang dari budaya dan bangsa kita sendiri, untuk itu perlu di pertimbangkan dalam pengembangan kepribadian BangsaIndonesia. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Peranan Kyai di Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Garut dalam membina kemandirian santri sebagai bagian dari keimanan dan ketaqwaan dan situasi seperti apa yang diciptakan oleh Kyai untuk mempengaruhinya. Penelitian ini bertolak dari pemikiran bahwa kemandirian adalah salah satu bagian dari pembinaan kepribadian santri yang beriman dan bertaqwa. Tujuan tersebut bisa tercapai, jika perananKyai betul-betul dalam menciptakan situasi di pondok Pesantren, baik situasi fisik maupun non fisik di upayakan semaksimal mungkin. Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif dan pendekatan inkuiri naturalistik. Dan literatur yang digunakan adalah pandangan para ahli yang berhubungan dengan masalah penelitian. Data yang ditemukan menunjukan bahwa kyai di pondok pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Garut yang syarat dengan pengalaman memimpin organisasi Muhammadiyah mampu menciptakan situasi pesantren yang kondusip untuk tumbuh dan berkembangnya situasi pendidikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peran kyai dalam membina kemandirian santri yang beriman dan bertaqwa, sangat berpengaruh dengan menciptakan situasi pesantren baik situasi fisik seperti penataan bangunan, maupun situasinon fisikseperti santrimengurus keperluan rutin dirinya sendiri
    corecore