96 research outputs found

    Ekspresi Enzim Metabolisme Vitamin D Pada Sistem Reproduksi Pria

    Get PDF
    ABSTRACT Nowadays moleculer biology is developed. The scientist try to make a mapping of proteins that exist in male reproduction. It is supposed to know fertility factor for advance in moleculer way so that it can be used as the information to solve the infertility cases in male. One of the protein that is identificated in male reproduction system is enzyms that used in metabolism vitamin d. Those enzyms is known can be found in organ that is used in metabolism vitamin D, they are liver and kidney. On liver, enzym 25-d- hidroksilade exist and it is used to activate vitamin D. Meanwhile, on kidney enzym 24-hydroksilase exist, it is used to inactivate vitamin D. All of the enzyms are used in activate and inactivate vitamin D are also use in male reproduction tract and so do sprem with variation level of expression. It show that vitamin D is also take an important role in male fertility. The use of vitaminD specificly is not much revealed yet in male reproduction system. The use of vitaminD that has been revealed was sperm capacity, sperm motility and to increase the resistancy of sperm.   Keyword : enzym,vitamin D,male reproductio

    PERBEDAAN EFEK SEDUHAN KULIT DAN JUS BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus)TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL SERUM TIKUS Sprague dawley DISLIPIDEMIA

    Get PDF
    Background: Dyslipidemia is a condition where fat levels in the blood is not normal. Red dragon fruit (Hylocereus polyrhizus) contains polyphenols, antioxidants and fiber in high quantities. Polyphenols have the ability to lower LDL cholesterol levels in humans and rats. Aim : To determine the differences between effect of red dragon fruit’s peel steeping and flesh juice administration on serum cholesterol LDL levels of Sprague dawley rats with dyslipidemia. Methods: This research was experimental study using pre and posttest control group design. Samples were male Sprague Dawley rats with certain criteria, randomly divided into 4 groups: negative control group given only with the standard feed, the positive control given with standard feed and high cholesterol feed, two treatment groups was given with standard feed, high cholesterol feed, red dragon fruit peel steeping 9,08g/200gBW and flesh juice of red dragon fruit 1,53g/200gBW, red dragon fruit’s peel steeping and flesh juice intervention given for 14 days. Serum LDL levels were measured by CHOD-PAP and GPO-PAP methods respectively. Data then were being analyzed with paired t test and oneway ANOVA. Results: There wasn’t significant difference before and after the intervention in group K(-). However, there were significant difference before and after intervention in group K (+), P1 and P2. 14 days treatment of the red dragon fruit’s peel steeping and flesh juice can reduce levels of LDL 43.33mg/dl (43,33 ± 3,65) dan (27.56±8,01). After the intervention there were difference in cholesterol LDL levels mean value levels between groups (p = 0.000), except for K (-) with P1 (peel steeping) p = 0.640 Conclusion: 14 days treatment of red dragon fruit’s peel steeping and flesh juice with dose 9,08g/200gBW and 1,53g/200gBW were significantly decrease LDL levels (43,33 ± 3,65) and (27.56±8,01) on male sprague dawley rats with dyslipidemia. Key Words: red dragon fruit peel steeping, flesh juice of red dragon fruit, serum cholesterol LDL, dyslipidemi

    Perbedaan kadar glukosa darah puasa pasien diabetes melitus berdasarkan pengetahuan gizi, sikap dan tindakan di poli penyakit dalam rumah sakit islam jakarta

    Get PDF
    Latar belakang :Perilaku makan yang tidak tepat dapat menyebabkan meningkatnya kadar glukosa darah penderita diabetes. Perilaku dibagi menjadi tiga domain yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan. Tujuan penelitian :Melihat perbedaan kadar glukosa darah berdasarkan pengetahuan gizi, sikap dan tindakan pasien diabetes melitus tipe 2. Metode analisis : Jenis penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan crosssectional. Sampel sebanyak 50 responden, dalam penelitian ini adalah pasien diabetes melitus yang menjalani pemeriksaan kadar glukosa darah di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Islam Jakarta. Pengetahuan gizi diukur berdasarkan indikator pengertian penyakit diabetes, prinsip dan syarat diet, penukar bahan makanan dan aktivitas atau olahraga ; tingkat sikap diukur berdasarkan indicator pemeriksaan penyakit diabetes, aktifitas/olahraga, kesadaran diet, bahan makanan dan jumlah porsi ; tingkat tindakan diukur berdasarkan indikator pemilihan makanan/minuman, kebiasaan makan, jadwal makan, aktifitas/olahraga dan bahan makanan penukar. Pengujian One Way Anova digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Hasil :Sebanyak 12 responden (24%) memiliki pengetahuan gizi kurang, 14 responden (28%) memiliki sikap yang kurang baik, 8 responden (16%) memiliki tindakan kurang. Rata – rata glukosa darah berbeda menurut tingkat pengetahuan (F = 4,448 ; p = 0,017), sikap (F = 3,930 ; p = 0,026) dan tindakan (F = 3,427 ; p = 0,041). Simpulan :Ada perbedaan bermakna kadar glukosa darah berdasarkan pengetahuan gizi, sikap dan perilaku terhadap pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 di Rumah Sakit Islam Jakarta. Diperlukan penelitian tentang pengaruh konseling gizi terhadap perilaku pasien agar dapat mengetahui keberhasilan Dietisien

    Evaluasi Kromatin Sperma Sebagai Indikator Kualitas Sperma

    Get PDF
    ABSTRACT There are infertility cases that is founded on man, which can’t be explained. It encourages androlog and the researcher to find another examination besides men’s fertility examination as commonly use in clinic. Nowadays, sperm chomatin is not become a clinical parameter in deciding man fertility yet. According to some researchers, abnormality in sperm chromatin can influence infertility in men. Sperm chromatin’s examination that is commonly use is aniline blue and toluidine blue examination. Aniline blue examination is used to see chromatin’s sperm maturity and toluidine blue examination is used to see packaging of sperm chromatin. Some researchers told that aniline blue and toluidine blue examination is recomended to complete semen’s analysis in men’s fertility examination. Keywords: sperm chromatin, quality of sper

    PENGARUH PEMBERIAN PISANG ( Musa paradisiaca ) TERHADAP KELELAHAN OTOT ANAEROB PADA ATLET SEPAK TAKRAW

    Get PDF
    Latar Belakang: kelelahan otot anaerob dapat terjadi karena akumulasi asam laktat sehingga kontraksi otot menurun. Pisang merupakan buah sumber karbohidrat dan kalium. Karbohidrat digunakan sebagai sumber energi selama melakukan olahraga, dan kalium berfungsi menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit. Perubahan elektrolit dalam tubuh akan mempengaruhi kontraksi otot. Konsumsi buah pisang sebelum berolahraga dapat meningkatkan kadar glukosa darah dan kalium sehingga berpotensi mencegah kelelahan otot. Tujuan: mengetahui pengaruh pemberian buah pisang terhadap kelelahan otot anaerob pada atlet sepak takraw. Metode: penelitian true experiment dengan rancangan post test only with control group design. Subyek penelitan sebanyak 16 atlet sepak takraw yang dibagi secara acak menjadi 3 kelompok yaitu kelompok kontrol, kelompok perlakuan I 150 gram, dan kelompok perlakuan II 300 gram. Kelelahan otot anaerob pada atlet sepak takraw diukur dengan menggunakan Test Wingate dengan menghitung nilai Anaerobic Fatigue (AF). Data dianalisis menggunkan uji One Way Anova yang dilanjutkan dengan uji pos hoc Bonferroni. Hasil: Pada karakteristik subyek tidak ada perbedaan antara umur, berat badan, tinggi badan, IMT, dan rerata asupan makan. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok perlakuan yaitu rerata AF kelompok kontrol 68,72±1,59 persen, kelompok perlakuan I 48,42±3,20 persen, dan kelompok perlakuan II 27,00±3,00 persen. Simpulan: pemberian buah pisang sebelum olahraga secara bermakna untuk mencegah kelelahan otot pada fase anaerob

    AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN PENERIMAAN ORGANOLEPTIK YOGHURT SARI WORTEL (DAUCUS CARROTA L)

    Get PDF
    Latar Belakang: Aktivitas antioksidan dapat menetralisir radikal bebas dalam tubuh dan mencegah penyakit kronik degeneratif. Yoghurt merupakan pangan fungsional yang memiliki berbagai manfaat kesehatan. Untuk meningkatkan aktivitas antioksidan pada yoghurt, ditambahkan sari wortel sebagai sumber pangan tinggi aktivitas antioksidan. Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh penambahan sari wortel terhadap aktivitas antioksidan dan penerimaan organoleptik yoghurt. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian true eksperimental dengan randomisasi dan tiga perlakuan, yaitu penambahan sari wortel 0% (kontrol), 15%, dan 20% pada yoghurt dengan probiotik Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus. Data yang dikumpulkan adalah aktivitas antioksidan, β-karoten, MPN, pH, dan penerimaan organoleptik yoghurt. Analisis statistik menggunakan uji One-way ANOVA/Kruskal-Wallis dan uji post-hoc LSD/Mann-Whitney. Hasil: Penambahan sari wortel terbukti meningkatkan aktivitas antioksidan, β-karoten, dan MPN, serta menurunkan pH yoghurt. Penerimaan warna oleh panelis semakin meningkat dengan penambahan sari wortel, sedangkan penerimaan rasa sebaliknya. Penerimaan tekstur terbaik adalah yoghurt dengan penambahan sari wortel 15%. Penerimaan aroma tidak dipengaruhi oleh penambahan sari wortel. Simpulan: Yoghurt yang memiliki aktivitas antioksidan, kadar β-karoten, dan MPN tertinggi adalah yoghurt dengan penambahan sari wortel 20%. Sedangkan yoghurt yang paling disukai panelis secara keseluruhan adalah yoghurt dengan penambahan sari wortel 15%

    PENGARUH BUAH NANAS (ANANAS COMOSUS L. MERR) TERHADAP PENINGKATAN PH SALIVA YANGTERPAPAR MINUMAN BERKARBONASI

    Get PDF
    ABSTRAK Latar Belakang: Kebanyakan masalah rongga mulut di Indonesia adalah terkait karies gigi dan penyakit periodontal. Salah satu faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit tersebut adalah pH saliva. Stimulus mekanik dan kimiawi dari makanan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi pH saliva. Cuci mulut dengan mengkonsumsi buah adalah salah satu cara menjaga pH saliva agar dalam kondisi optimum dalam mencegah terjadinya penyakit gigi. Dari penelitian sebelumnya diketahui bahwa buah nanas dan buah belimbing efektif dalam meningkatkan laju aliran saliva. Namun belum ada penelitian yang membandingkan pengaruh buah tersebut terhadap pH saliva. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pH saliva setelah mengkonsumsi kedua buah tersebut. Metode Penelitian: Penelitian ini adalah penelitian experimental dengan menggunakan pretest and postest group design dan dilakukan di Laboratorium Biomedik FKIK UNJA. Populasi yang digunakan adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran FKIK UNJA angkatan 2017 dan 2018. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposif sampling sebanyak 36 orang yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok perlakuan mengkonsumsi buah nanas dan kelompok perlakuan mengkonsumsi buah belimbing. Hasil pemeriksaan pH saliva kedua kelompok dianalisis menggunakan program komputer. Hasil: Uji statistik meunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok buah nanas dengan kelompok buah belimbing dalam meningkatkan pH saliva dengan nilai P 0,855. Kesimpulan: Konsumsi buah nanas dan belimbing dapat meningkatkan pH saliva, namun tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok buah nanas dengan kelompok buah belimbing. Kata kunci :  pH, Saliva, Nanas, Belimbing   ABSTRACT ackground: Most oral problems in Indonesia are related to dental caries and periodontal disease. One of the factors that influence the onset of the disease is the pH of saliva. Mechanical and chemical stimuli from food are one of the factors that influence the pH of saliva. Washing the mouth with fruit is one way to maintain the pH of the saliva so that it is in optimum condition to prevent dental disease. From previous research it was found that pineapple and star fruit were effective in increasing the salivary flow rate. However, no studies have compared the effect of these fruits on salivary pH. This study aims to compare the pH of saliva after consuming the two fruits. Research Methods: This study was an experimental study using a pretest and postest group design and was carried out in the Biomedical Laboratory of FKIK UNJA. The population used was students of the Faculty of Medicine FKIK UNJA class of 2017 and 2018. Sampling was carried out by purposive sampling method of 36 people who were divided into two groups, namely the treatment group consuming pineapple fruit and the treatment group consuming star fruit. The results of the saliva pH examination of the two groups were analyzed using a computer program. Results: The statistical test showed that there was no significant difference between the pineapple and star fruit groups in increasing the pH of saliva with a P value of 0.855. Conclusion: The consumption of pineapple and star fruit can increase the pH of saliva, but there is no significant difference between the pineapple and star fruit groups. Keywords: pH, Saliva, Pineapple, Star frui

    PERBEDAAN ANTARA pH SALIVA DAN AKTIVITAS ENZIM AMILASE MAHASISWA YANG MEROKOK DENGAN MAHASISWA YANG TIDAK MEROKOK

    Get PDF
    ABSTRACT Introduction: Cigarettes can cause disturbances in the oral cavity. From previous research it is known that the daily consumption of cigarettes increases the decrease of salivary secretion and the content of bicarbonate. This will have an effect on the decrease of pH saliva. Low salivary pH also has an impact on decreased amylase enzyme activity. Departing from the basic theory, the researchers wanted to see if there are differences in salivary pH and amylase enzyme activity in students who smoke with non-smokers at the Faculty of Medicine and Health Sciences Jambi University. Methods This study is a case control study that compares two groups consisting of case groups ie students who smoke and control groups ie students who do not smoke with the number of research samples compared to 1: 1. For the case group, the samples were taken in total sampling from the Jambi University medical students who smoked 39 people while the control group was taken from the non-smoking students of 39 persons who chose proportional random sampling. Performed salivary pH examination and measurement of ptialin enzyme activity on respondents. The research data were tested statistically using Independent t-test to see the difference of salivary pH and amylase enzyme activity in students who smoked with non-smokers. Results Mean pH saliva of students who smoke is 6.64 ± 0.25. The mean pH of non-smoking student saliva was 7.04 ± 0.28. The average of enzyme activity of amylase student who smoke is 16,33 ± 7,51 second. The average activity of non-smoking student amylase enzyme was 4.28 ± 2.68 seconds. The P value for the Independent t test of saliva pH and amylase enzyme activity among students who smoked with non-smokers was 0.00. Conclusions: There was a significant difference between salivary pH and amylase enzyme activity among smoking students with non-smokers.   Keywords: smoking, salivary pH, amylase   ABSTRAK Pendahuluan: Rokok dapat menyebabkan gangguan pada rongga mulut. Dari penelitian sebelumnya diketahui bahwa konsumsi rokok harian yang meningkat berdampak terhadap penurunan sekresi saliva dan kandungan  bikarbonat. Hal ini akan berdampak pada terjadinya penurunan pH saliva. pH saliva yang rendah juga berdampak pada penurunan aktivitas enzim amilase. Berangkat dari dasar teori tersebut, peneliti ingin melihat apakah ada perbedaan pH saliva dan aktivitas enzim amilase pada mahasiswa yang merokok dengan mahasiswa yang tidak merokok di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan universitas Jambi. Metode  Penelitian ini merupakan penelitian case control yang membandingkan 2 kelompok yang terdiri atas kelompok kasus yaitu mahasiswa yang merokok dan kelompok kontrol yaitu mahasiswa yang tidak merokok dengan jumlah sampel penelitian berbanding 1:1. Untuk kelompok kasus, sampel diambil secara total sampling dari mahasiswa kedokteran Universitas Jambi yang merokok sejumlah 39 orang sedangkan kelompok kontrol diambil dari mahasiswa yang tidak merokok sejumlah 39 orang yang pilih secara proporsional random sampling. Dilakukan pemeriksaan pH saliva dan pengukuran aktivitas enzim ptialin pada responden. Data penelitian yang didapat diuji secara statistik menggunakan Independent t-test untuk melihat perbedaan pH saliva dan aktivitas enzim amilase pada mahasiswa yang merokok dengan mahasiswa yang tidak merokok. Hasil  Rerata pH saliva mahasiswa yang merokok adalah 6,64±0,25. Rerata pH saliva mahasiswa yang tidak  merokok adalah 7,04±0,28. Rerata aktivitas enzim amilase mahasiswa yang merokok adalah 16,33±7,51 detik. Rerata aktivitas enzim amilase mahasiswa yang tidak merokok adalah 4,28±2,68 detik. Nilai P untuk Independent t test dari pH saliva dan aktivitas enzim amilase antara mahasiswa yang merokok dengan mahasiswa yang tidak merokok adalah 0,00. Kesimpulan: Terdapat perbedaan yang bermakna antara pH saliva dan aktivitas enzim amilase antara mahasiswa yang merokok dengan mahasiswa yang tidak merokok.   Kata Kunci: merokok, pH saliva, amilas

    HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KEBUGARAN JASMANI MAHASISWA PRODI KEDOKTERAN UNJA

    Get PDF
    Abstrak Gaya hidup masyarakat yang lebih senang mengkonsumsi makanan siap saji, tidak ada waktu untuk berolah raga, dan kurangnya waktu istirahat akan berdampak pada kesehatan secara personal dan juga berdampak pada indeks massa tubuh serta kebugaran seseorang. Ada penelitian yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara status gizi dengan tingkat kebugaran jasmani seseorang namun ada juga penelitian yang menunjukkan hasil sebaliknya. Kesenjangan ini mendorong peneliti untuk mengetahui hubungan indeks massa tubuh dengan tingkat kebugaran jasmani khusunya pada mahasiswa Program Studi Kedokteran Universitas Jambi yang umumnya kurang memperhatikan kebugaran jasmani akibat kesibukan mengikuti kegiatan akademik. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional terhadap 83 mahasiswa Program Studi Kedokteran Universitas Jambi tahun 2017. Metode yang digunakan untuk mengukur tingkat kebugaran jasmani adalah Harvard Step test untuk mengetahui tingkat VO2max yang kemudian dikonversikan kedalam bentuk tingkat kebugaran jasmani menggunakan tingkat kebugaran jasmani Astrand. Berdasarkan uji chi-square untuk hubungan indeks massa tubuh dengan tingkat kebugaran jasmani didapatkan nilai p-value 0,007. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara indeks massa tubuh dengan tingkat kebugaran jasmani pada mahasiswa Program Studi kedokteran Universitas jambi tahun 2017. Kata Kunci : Mahasiswa, Indeks  Massa Tubuh, Tingkat Kebugaran Jasman
    • …
    corecore