454 research outputs found
Pengaruh Jarak Dan Panjang Kolom Deep Soil Mixing (Dsm) Berpola Single Squarediameter 4,5 Cm Terhadap Daya Dukung Tanah Ekspansif
Lempung ekspansif memiliki sifat yang tidak mendukung struktur di atasnya, yaitu daya dukung yang rendah dan kembang susut yang tinggi. Oleh karena itu, diperlukan stabilisasi untuk memperbaiki sifat-sifat lempung ekspansif. Dari hasil sifat fisik, tanah di bojonegoro termasuk lempung ekspansif karena memiliki potensial pengembangan tinggi. Dalam penelitian kali ini digunakan metode Deep Soil Mixing (DSM). DSM dilakukan dengan membuat kolom-kolom campuran tanah asli dan 10% kapur dengan pola tertentu. Pengujian dilakukan dalam boks berukuran (30.30.30) cm dengan tinggi sampel 20 cm. Dan dilakukan uji beban (load test) pada tanah asli dan tanah stabilisasi. Pada penelitian kali ini digunakan pola single square dengan diameter kolom 4,5 cm. Variasi jarak (1D, 1,25D, dan 1,5D) dan panjang kolom(2B, 3B, dan 4B)digunakan untuk mengetahui pengaruh dalam peningkatan daya dukung tanah. Dari hasil uji beban, tanah asli memilki daya dukung batas (qu) sebesar 7,04 kg/cm2. Dari hasil pengujian, didapatkan hasil semakin rapat jarak kolom dan semakin panjang kolom DSM, daya dukung semakin meningkat.Berdasarkan analisis BCI(Bearing Capacity Improvement) daya dukung paling tinggi sebesar 20,02 kg/cm2 meningkat 184% dari tanah asliyang berada pada jarak 1D dan panjang kolom 4B. Selain itu, semakin besar prosentase volume stabilisasi nilai sweeling semakin menurun. Nilai swelling paling rendah sebesar 0,8% yang sebelumya 4,13%
Pengaruh Sudut Kemiringan Dan Jarak Pondasi Menerus Dari Tepi Lereng Pada Pemodelan Fisik Lereng Pasir Dengan Perkuatan Geogrid
Kelongsoran yang terjadi pada lereng merupakan salah satu permasalahan utama dalam lingkup geoteknik. Untuk mencegah terjadinya longsor, maka perlu dilakukan upaya perkuatan tanah. Konsep dari teknik perkuatan tanah pertama kali memakai lembaran metal sebagai perkuatan tanah. Seiring dengan perkembangan teknologi, penggunaan lembaran metal sebagai perkuatan tanah diganti material geosintetik seperti geotextile dan geogrid. Pada penelitian ini dilakukan uji model fisik lereng dengan perkuatan geogrid. Variasi yang diterapkan pada sampel lereng berupa sudut kemiringan lereng antara lain 46°, 51°, 56° dan jarak pondasi dari tepi lereng yaitu B, 2B, dan 3B. Berdasarkan penelitian ini semakin besar jarak pondasi maka rasio peningkatan daya dukung juga semakin besar. Sebaliknya, semakin besar sudut kemirngan lereng maka rasio peningkatan daya dukung pada lereng semakin kecil. Dari hasil analisis BCI menunjukkan rasio peningkatan daya dukung terbesar terletak pada sudut kemiringan terkecil yang diterapkan, yaitu 46° dan jarak pondasi terbesar, yaitu sejauh tiga kali lebar pondasi
Scorzonera sensu lato (Asteraceae, Cichorieae) – taxonomic reassessment in the light of new molecular phylogenetic and carpological analyses
Scorzonera comprises 180–190 species and belongs to the subtribe Scorzonerinae. Its circumscription has long been the subject of debate and available molecular phylogenetic analyses affirmed the polyphyly of Scorzonera in its wide sense. We provide a re-evaluation of Scorzonera and other related genera, based on carpological (including anatomical) and extended molecular phylogenetic analyses. We present, for the first time, a comprehensive sampling, including Scorzonera in its widest sense and all other genera recognised in the Scorzonerinae. We conducted phylogenetic analyses using Maximum Parsimony, Maximum Likelihood and Bayesian analyses, based on sequences of the nuclear ribosomal ITS and of two plastid markers (partial rbcL and matK) and Maximum Parsimony for reconstructing the carpological character states at ancestral nodes. Achene characters, especially related to pericarp anatomy, such as general topography of the tissue types, disposition of the mechanical tissue and direction of its fibres, presence or absence of air cavities, provide, in certain cases, support for the phylogenetic lineages revealed. Confirming the polyphyly of Scorzonera, we propose a revised classification of the subtribe, accepting the genera Scorzonera (including four major clades: Scorzonera s. str., S. purpurea, S. albicaulis and Podospermum), Gelasia, Lipschitzia gen. nov. (for the Scorzonera divaricata clade), Pseudopodospermum, Pterachaenia (also including Scorzonera codringtonii), Ramaliella gen. nov. (for the S. polyclada clade) and Takhtajaniantha. A key to the revised genera and a characterisation of the genera and major clades are provided
Perubahan Perilaku Tanah Ekspansif Akibat Stabilisasi Menggunakan Metode Deep Soil Mixing Pola Panels Dengan Kapur 8%
Tanah lempung ekspansif merupakan tanah yang memiliki sifat kembang susut yang tinggi. Hal ini dapat terjadi karena adanya Perubahan kadar air yang menyebabkan daya dukungnya rendah. Selain itu, tanah ini memiliki potensi mengembang yang tinggi. Volume tanah akan menyusut pada musim kemarau dan akan mengembang pada musim penghujan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Perubahan perilaku tanah akibat pengaruh variasi jarak dan kolom stabilisasi. Proses stabilisasi menggunakan metode deep soil mixing dengan kapur 8%. Pemodelan tanah dicetak di dalam box akrilik berukuran (30x30x30) cm di laboratorium. Pengujian yang dilakukan adalah uji beban (load test). Pada kolom DSM, dilakukan variasi jarak antar kolom (L) = 4,8 cm, 6 cm, 7,2 cm dan variasi kedalaman kolom (Df) = 10 cm, 15 cm, 20 cm. Sebelum dilakukan uji pembebanan, sampel uji dieramkan (curing) selama 3 hari. Setelah dilakukan stabilisasi menggunakan metode DSM berpola panels dengan kapur 8%, perilaku tanah ekpansif di Bojonegoro mengalami Perubahan yang signifikan. Daya dukung terbesar mencapai 38,4 kg/cm2 terjadi pada variasi kedalaman 20 cm dengan jarak kolom 4,8 cm dan nilai pengembangan terkecil mencapai 0,55% pada variasi kedalaman dengan jarak kolom yang sama, yaitu kedalaman 20 cm dengan jarak kolom 4,8 cm. Variasi jarak dan kedalaman kolom dengan pola panels berdiameter 4,8 cm memberikan nilai daya dukung yang memenuhi untuk struktur perkerasan jalan raya. Sedangkan variasi jarak kolom (L) = 4,8 cm dan (L) = 6 cm dengan variasi kedalaman kolom (Df) = 20 cm memberikan nilai izin swelling untuk struktur perkerasan jalan raya dengan nilai 0,55% dan 0,8%
- …