Packaging of Herbal Medicine and its Connection to the Acceptance Rate of the Urban Population Viewed from a Biological, Agricultural, Economic, Business and Communication Perspective

Abstract: litis article discusses the packaging of traditional herbal medicine and its acceptance rate from a biological, agricultural, economic, business and communication perspective. With the many herbal medicines on market in Indonesia and across the global, many questions are emerging about the content, plant type, biological aspects, the economic value and the appropriate information necessary for public knowledge. All this requires a thorough discussion in this rapidly changing universe. Since, medicinal components are known to be of value but with many side effects, though advantages in most case out-weigh disadvantages [side effects]. For instance, the use of herbals can be found in "brotowair which cures fever, rheumatism, and itches. Further, herbal medicines can also help to facilitate a cure of appendicitis, typhoid, blood vomit, diabetes, cancer, leprosy, whooping cough, stone bladder, syphilis, skin infection. Wood feses, bloody and mucus excretion and many other such illnesses. Though in the previous, traditional herbal medicines were known for their being cheap, with limited chemical content and their easiness to find. Today, it is becoming the opposite. High concentration of chemical contents is now being discovered in many self-proclaimed traditional herbal medicines at times with high risks to life. The prices are no longer for all the masses but for a few who can afford. Modern industries have turned herbal products into expensive medicines especially for the middle and lower class urban population. From a communication perspective, though mtxiern industries have taken-up the job of transforming the herbal products, society .still has a negative perception that tradition herbs are but an extension of the paranormal/ or witch doctor. In this case, in the present paper we wish to explain from a multidi.scipline perspective the information surrounding herbal medicine more so from the packaging angle and the acceptance rate of the urban population

APLIKASI UDARA BUANG AC UNTUK PENGERING PAKAIAN

Proses pengeringan pakaian merupakan kegiatan rutin di rumah tangga. Pengeringan pakaian di sinar matahari tergantung pada cuaca sedangkan pengeringan dengan mesin pengering yang sudah ada  memerlukan energi yang akan menambah biaya.  Untuk menyelesaikan masalah tersebut maka dirancang alat pengering pakaian yang hemat energi. Alat pengering pakaian yang dibuat terdiri dari dua ruangan yaitu ruang pemanas dan ruang tempat pakaian basah. Sumber pemanas alat ini menggunakan udara panas dari buangan AC window 0,75 Hp. berkapasitas sekitar 5  kg pakaian basah. Proses pencucian pakaian secara manual kemudian diperas dan dikibaskan dan selanjutnya dikeringkan dalam alat ini. Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa :proses pengeringan 8 baju daster membutuhkan waktu 40 menit, 8 baju kaos membutuhkan waktu 45 menit dan 8 celana panjang butuh waktu 55 menit dan kebersihan pakaian terjamin karena udara panas tidak bersentuhan dengan pakaian

PENGARUH DRUMUS OIL SEBAGAI MEDIA PENDINGIN TERHADAP PENINGKATAN KEKERASAN DAN TRANFORMASI FASA PADA PROSES PENGERASAN BAJA AMUTIT

Engineering process technology is basically an effort to optimize the use of natural resources effectively and efficiently in order to provide maximum benefit for the benefit of human life. Amutit steel is one of the low alloy steel which is identical to AISI O1 standard. This steel hardness can be increased through a heat treatment process that allows used for industrial purposes as cold work tool steels as well as other purposes. In this research the process of hardening, the steel is heated to a temperature of 8200 C and then cooled rapidly using a coolant emulsion (dromus oil with water). To reduce brittle properties and improve the ductility, the steel is then heated again at a temperature of 4000 C and held for one hour and cooled slowly in the furnace. The results amutit hardening of steel using a coolant with a mixture ratio variations dromus oil with water, after tempering highest hardness is 590 HV, obtained using dromus oil emulsion with water 1:30 ratio while using oil as quenching media produced 544 HV hardness

APLIKASI QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) DALAM PENYESUAIAN SILABUS TERHADAP SKKNI GAMBAR TEKNIK

Mengutip Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor : KEP. 240/MEN/X/2004 pada poin pertama , Memutuskan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor  Logam dan Mesin yang didalamnya terdapat Drawing, Design and Drafting, poin kedua yaitu Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) sebagaimana dimaksud dalam AMAR PERTAMA berlaku secara nasional dan menjadi acuan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan profesi. Politeknik Negeri Sriwijaya Jurusan Teknik Mesin adalah penyelenggara pendidikan yang di dalam kurikulumnya terdapat sejumlah matakuliah antara lain adalah Gambar yang dibagi menjadi tiga yaitu: Gambar Teknik diberikan pada semester 1, Gambar Mesin 1 diberikan pada semester 2 dan Gambar Mesin 2 (Berbasis Komputer) diberikan pada semester3. Silabus dan materi berdasarkan Referensi Menggambar Mesin dengan Standar ISO dan refrensi lain yang terkait.Untuk mengetahui apakah topik atau silabus Mata Kuliah Gambar pada Jurusan Teknik Mesin telah mencakup materi yang dibutuhkan pada Standar Kompetensi Gambar pada SKKNI, maka dilakukan penelitian tentang tingkat hubungan antara materi silabus sebagai objek dan SKKNI Gambar sebagai patokan kebutuhan konsumen dengan menggunakan metode Quality Function Deployment (QFD)dan hasilnya ditampilkan dalam matrik House Of Quality (HOQ). Hasil analisa terhadap kesesuaian kompetensi silabus dengan SKKNI Gambar terdapat aspek kritis sebagai hasil penelitian yang perlu ditindak lanjuti antara lain adalah belum adamya kejelasan tentang bagaimana mengorganisasi pemilihan, penggunaan alat gambar, simbol, suaian dan toleransi maupun Gambar Detail dari komponen permesinan. Untuk penyempurnaan materin silabus maka disarankan adalah perlunya tambahan materi terkait dengan SOP proses penggambaran mulai awal sampai selesai lengkap dengan sistim filing, order maupun perubahannya, perlunya pengenalan dan penekanan penggunaan Alat Gambar manual maupun komputerisasi secara utuh, serta diperbanyak latihan gambar assembling yang berkaitan dengan fungsi komponen dan proses pengerjaan permesinan.

Analisa Pengaruh Variasi Sudut Kemiringan Baffle Pada Alat Penukar Kalor 202-C Terhadap Aliran Fluida dan Perpindahan Panas

Dalam proses pembuatan Pupuk Urea, banyak menggunakan alat penukar kalor, sehingga alat penukar kalor ini mempunyai peran yang  penting dalam suatu proses produksi atau operasi. Unit penukar kalor adalah suatu alat untuk memindahkan panas dari suatu fluida ke fluida yang lain. Kegagalan operasi alat ini dari segi mekanikal maupun opersional dapat menyebabkan berhentinya operasi unit. Penelitian terhadap desain alat penukar kalor yang paling efektif masih terus dilakukan untuk mencari kinerja dari heat exchangcher yang paling optimal. Secara khusus bagian baffle inclination menjadi salah satu cara untuk mengoptimalkan kinerja alat penukar kalor. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka dilakukan penelitian terhadap kinerja heat exchanger tipe shell and tube dengan memvariasikan sudut kemiringan baffle (baffle inclination) dengan mengambil objek alat penukar kalor 202-C di salah satu perusahaan pupuk di Indonesia. Penelitian ini dilakukan secara numerik dengan perangkat lunak Fluent 6.3.26 dengan model solver steady. Besar baffle inclination yang telah ditentukan adalah 0o, 10o,20 o, 25o , dan 30o. Hasil analisa penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat  pengaruh baffle inclination pada alat penukar kalor 202-C tipe shell and tube terhadap aliran fluida dan perpindahan panas. Peningkatan laju aliran massa dapat meningkatkan pressure drop secara cepat, alat penukar kalor shell and tube dengan baffle inclination 20o memiliki unjuk kerja yang terbaik dibandingkan dengan baffle inclination 0o, 10o, 25o, dan  30o

CREATIVE INDUSTRY DEVELOPMENT BASED ON ENTREPRENEURSHIP TRAINING IN DEVELOPING LOCAL ECONOMY IN PAREPARE CITY

ABSTRACT This study aims to determine the development of creative industries, the usefulness of the implementation of entrepreneurship training, the factors that support and inhibit, and formulate a creative industry development strategy based on entrepreneurship training in an effort to develop local economic areas in the city of Parepare. This research is a type of evaluation research using a qualitative approach. This research was conducted in Parepare Town of South Sulawesi. The subjects of the study were the participants of entrepreneurship training in Kota Parepare, and the Department of Manpower of Parepare City as the manager and implementer of training through UPTD BLK Kota Parepare. Data collection techniques used are Document study, observation, and interview. Data analysis techniques include: (a) Data processing, which consists of categorization and data reduction, (b) data presentation, (c) data interpretation, and (d) drawing conclusions/verifications. The results show that (1) The development of creative industries through entrepreneurship training includes: Information and Communication Technology, Garment Apparel, Beauty, Building, Electrical Engineering, Electronic Engineering, Refrigeration, Manufacturing Engineering, and Welding Technique; (2) The usefulness of the implementation of entrepreneurship training that can shorten the learning period, improve business performance, establish attitudes, help solve business operational problems, prepare entrepreneurs to acquire expertise in certain fields, and produce output that has the ability and knowledge that qualified (3) There are several factors that support and hinder the development of creative industries through entrepreneurship training in developing creative industries, both internal and external factors, and (4) development strategy based creative industry entrepreneurship in an effort to develop the local economy of recruitment and selection of trainees, selection of training instructors, the provision of facilities and infrastructure, curriculum development, and the provision of funds or training budgets

STRATEGI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT NELAYAN BERBASIS KOMUNITAS IBU RUMAH TANGGA DALAM PENGOLAHAN KERUPUK RUMPUT LAUT (STUDI DI DESA SALEMBA KECAMATAN UJUNG LOE KABUPATEN BULUKUMBA)

Tujuan Penelitian ini untuk menjelaskan tingkat partisipasi ibu rumah tangga dalam pemberdayaan pengolahan rumput laut., menjelaskan faktor-faktor internal dan eksternal pemberdayaan ibu rumah tangga dalam pengolahan kerupuk rumput laut, menjelaskan rumusan strategi yang digunakan dalam pemberdayaan masyarakat nelayan berbasis ibu rumah tangga di Desa Salemba Kec.Ujung Loe Kab. Bulukumba, serta menentukan prioritas strategi yang digunakan. Metode yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif, cara pengumpulan data yaitu melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi terhadap objek penelitian kemudian dianalisis menggunakan analisis SWOT. Hasil penelitian didapatkan tingkat partisipasi ibu rumah tangga dalam mengikuti pelatihan dan bergabung dalam kelompok Mekar masih dianggap kurang, dikarenakan beberapa factor yang menjadi hambatan yaitu perbedaan waktu luang yang dimiliki ibu rumah tangga dan kurangnya minat bergabung dalam kelompok Mekar, dalam penelitian ini didapatkan factor internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi pemberdayaan masyarakat nelayan berbasis komunitas ibu rumah tangga dalam pengolahan rumput laut, sehingga didapatkan beberapa strategi yaitu Pertama, strategi membuat deiversifikasi produk rumput laut, mengembangkan usaha kelompok pengolahan rumput laut. Kedua, melakukan kerjasama dengan perusahaan, mengadakan studi banding pada usaha pengolahan rumput laut lainnya. Ketiga, memberikan pemahaman kepada ibu rumah tangga akan pentingnnya pengolahan rumput laut. Keempat, merancang pelatihan yang variatif. Kata Kunci : Strategi Pemberdayaan, Masyarakat Nelayan, Komunitas Ibu Rumah Tangg

DETERMINANTS OF ENTREPRENEURSHIP MOTIVATION FOR STUDENTS AT EDUCATIONAL INSTITUTION AND EDUCATION PERSONNEL IN INDONESIA

ABSTRACT The main problem of entrepreneurship education in Indonesia is that most young generation thinks that they continue to pursue an education in universities, including in Educational Institutions Teaching Personnel (LPTKs), that they aspire to become civil servants/civilian government officials, not to become entrepreneurs. Furthermore, it is argued that entrepreneurial learning in universities not be able to change the mind-set of college graduates from job seekers to job inventors. Therefore, this study assumes that the factors that cause alumni of educational institutions to engage in entrepreneurial activities are because of the strong desire or motivation for entrepreneurs who have been instilled or "formed" since those who are students or when pursuing learning at college, including at the State University of Makassar (Universitas Negeri Makassar/UNM). This study aims to determine the effect of entrepreneurship learning on student entrepreneurship motivation at UNM. This research is Explanatory Research with Survey approach. Number of the student population as many as 654 students of UNM who proposed Student Creativity Program (PKM), with 242 samples obtained by proportional random sampling technique. Data collection techniques used observation, questionnaires and documentation. The results of the study found that there is a significant positive effect of the entrepreneurial pursuit of student entrepreneur motivation of UNM. Based on the focus and locus of this study it is clear that UNM's vision of "education and entrepreneurship" has "coloured" the preparation of mission, objectives, policies and curriculum content in each study program. Similarly, its output and impact (effects), both the instructional effect and the nurturent effect can foster attitudes and entrepreneurial motivation for students. Thus, the results of this study are expected to contribute to the formation of creative, innovative and educated young entrepreneurs in the future

THE INFLUENCE OF INNOVATIVE LEARNING, SCHOOL INDURTRIAL/BUSINESS PARTNESRHIP AND A FAMILY’S SOCIAL STATUS ON THE STUDENT’S READINESS TO WORK

Abstract: In Indonesia today, vocational school, that aim to produce work-ready rgaduates, face great challenges in terms of student’s readiness to perform in the market. Considering this phenomenon, this study is conducted to discover the factors influencing studen’s readiness to work. The studied factors include innovative learning, school-business partnership and parent’s social status. This study is an explanatory research which uses cross sectional servey approach and structural equation model (SEM) for sampling. The object of this study were Government Business and Management Vocational Schools in south Sulawesi; and the population of study were all third-year students of Business Administration, Accounting, and Commerce Programs who have undergone an internship training program in the 2010/2011 Academic Year. The findings of the study indicate that innovative learning, schools partnership whit the industry of business, and parents social-economic status are of significant impact on students readiness to work

KEWIRAUSAHAAN DALAM PEMBANGUNAN SOSIAL EKONOMI DI ERA KOMPETISI GLOBAL (Suatu Kajian Tentang Peran PT Sebagai Kunci Untuk mencetak wirausaha)

Abstrak: Keterpurukan ekonomi yang melanda Negara kita dengan sebutan krisis ekonomi pada tahun 1997 adalah pengalaman pahit yang berharga, sehingga selalu terasa segar dalam ingatan kita, bahkan sampai sekarang ini mempegaruhi kita dalam pengambilan keputusan. Bagi pemerintah, krisis tersebur memang menyadarkan untuk menata kembali sistem ekonomi yang dijalankan selama ini dengan keberpihakan pada dunia usaha dan industri berskala besar dengan peran pengendali adalah konglomerat. Dunia usaha/industri yang berskala besar terbukti tidak rentan terhadap daya tahan akan perubahan dan gejolak, sehinggan menghancurkan sendi perekonomian, sosial, politik, dan dunia usaha. Bagi perguruan tinggi, berperan strategis membantu pemerintah dalam meningkatkan kemandirian dan daya saing bangsa, melalui pendidikan kewirausahaan yakni menanamkan virus kewirausahaan, dan mencetak wirausaha ayau enterpreneur secara berkelanjutan. Begitu banyaknya perguruan Tinggi di Indonesia dan ratusan ribu lulusan yang segera terjun kedalam masyarakat setiap tahun. Mestinya ratusan ribu lulusan Perguruan Tinggi tersebut tidak menambah masalah baru dalam masyarakat, sebaliknya dengan pengalaman krisis ekonomi tersebut, luaran perguruan tinggi memiliki kompetensi dalam memecahkan persoalan nyata dalam masyarakat. Sarjan sebagai luaran PT benar-benar berperan sebagai agent of change di dalam masyaraktat demi masa depan bangsa