105 research outputs found

    ANALISA PENGARUH RASIO SERAT DAN CANGKANG DENGAN UDARA BERLEBIH TERHADAP EMISI PROSES PEMBAKARAN PADA BOILER PABRIK KELAPA SAWIT

    Get PDF
    Pertumbuhan industri sawit yang tinggi dalam dua decade terakhir menempatkan Indonesia sebagai produsen minyak sawit terbesar dunia.  Industri sawit selain menghasilkan minyak nabati, juga menghasilkan limbah padat antara lain serat dan cangkang.  Sebagian dari limbah padat ini dimanfaatkan sebagai sumber bahan bakar di boiler untuk menghasilkan uap yang dimanfaatkan untuk pemrosesan dan menghasilkan energi listrik.   Paper ini melaporkan hasil kajian simulasi pengaruh rasio serat dan cangkang pada berbagai kondisi udara berlebih terhadap emisi gas hasil pembakaran yang dihasilkan. Penelitian ini menjadi penting mengingat pabrik minyak kelapa sawit ditengarai sebagai salah satu penghasil gas rumah kaca (GRK) dan pemerintah melalui Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 tahun 2010 bertekad mengurangi emisi GRK. Perangkat lunak ASPEN Plus (Versi 8.8) digunakan untuk memvariasikan rasio serat : cangkang berkisar 100:0; 30:70; 70:30; 50:50 dan 0:100 dengan udara berlebih 90, %, 120% dan 150% di atas kebutuhan stoikiometri. Bahan bakar dialirkan dengan laju tunak ke dalam proses sebesar 2700 kg/jam. Hasil simulasi menunjukkan bahwa kualitas emisi terbaik dihasilkan ketika rasio serat dan cangkang = 0 : 100 dengan udara berlebih sebesar 90%.  Pada kondisi seperti ini, gas  CO2 yang dihasilkan sebesar 719 kg/jam, NO 0,032 kg/jam dan laju abu sebesar 94 kg/jam. Heating value tertinggi juga diperoleh pada rasio serat dan cangkang = 0 : 100.  Hasil ini menunjukkan bahwa kehadiran serat di dalam bahan bakar memberikan kontribusi negatif terhadap emisi.  Kajian lebih mendalam masih diperlukan untuk meminimalisir limbah padat serat ini untuk digunakan sebagai sumber bahan bakar

    KESENIAN ANGKLUNG BADUD GRUP RUKUN SAWARGI PADA ACARA GUSARAN DI KABUPATEN PANGANDARAN

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pertunjukan kesenian angklung Badud grup Rukun Sawargi pada acara guram di kabupaten Pangandaran. selain itu juga untuk mengetahui gambaran secara umum struktur penyajian kesenian angklung Badud grup Rukun Sawargi pada acara gusaran. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian dilakukan dengan menggunakan dua prinsip kerja, yaitu penelitian studi kepustakaan dan studi lapangan berupa observasi, wawancara dan dokumentasi dalam bentuk video yang kemudian menjadi sumberdata untuk dianalisis. Hasil penelitian Penyajian kesenian angklung Badud pada upacara gusaran tidak hanya terdiri dari pemain angklung dan dogdog. Pertunjukan mencakup sajian musik dogdog, kolaborasi dogdog angklung dan vokal. Selain sajian musik tahapan pembukaan ada tari. Pada bagian inti terdapat pertunjukan semacam dram yang sifatnya aktraktif. Sementara itu pada tahap penutup sajian musik lengkap dimainkan dalam tempo yang lebih lambat dan dinamika yang lembut. Struktur pertunjukan diawali dengan sajian tatalu di arena terbuka (helaran) dilanjutkan dengan iring-iringan menuju lokasi turun mandi. Pertunjukan tidak dilakukan selama proses turun mandi. Setelah selesai turun mandi diarak kembali dengan kesenian angklung Badud menuju tempat hajatan. Tahap inti dilakukan di tempat hajat dengan sajian yang lebih bervariatif dan aktraktif. Pada bagian ini sifat aktraktif masih mengandung unsur magis, oleh karena itu pada bagian penutup disajikan musik yang bersifat tenang.;--This study aimed to describe art angklung performances Badud Rukun Sawargi group at the district gurasaran in Pangandaran. and also to know how to stage a general description angklung art display structure Badud Rukun Sawargi group gusaran event.This research was conducted using qualitative descriptive approach. The study was conducted using two working principles, namely the study of literature research and field studies such as observation, interviews and documentation in the form of a video that later became the datasource for analysis.Presentation of research results at a ceremony angklung art Badud gusaran not only consist of angklung players and dogdog. Performances include music offerings dogdog, collaboration dogdog angklung and vocals. Besides serving opening stage there is dance music. At the core there is a kind of performance that are attractive dram. Meanwhile, in the concluding phase of a complete musical offerings played in a slower tempo and dynamics are soft. The structure of the show begins with a dish tatalu in an open arena (helaran) followed by a convoy to the location down a shower. Performances are not carried out during down shower. When finished down shower paraded back with angklung art Badud toward the celebration. Core stage conducted in the lavatory with a dish that is more varied and attractive. In this section the attractive properties still contain elements of magic, therefore, on the part of the cover are presented with music that is quiet

    IMPROVING THE ABILITY TO UNDERSTAND MATHEMATICS LEARNING FOR MI THROUGH DISCOVERY LEARNING MODEL FOR PGMI STUDENTS

    Get PDF
    The problem in this research was that PGMI students at UMSB found it difficult to understand Mathematics learning for MI. It was observed that the students did not participate actively  and think creatively. This was indicated by the low participation in learning. This research objective was to improve the ability to understand mathematics learning at PGMI with Discovery Learning model. This research utilized qualitative and quantitative research methods with a type of Classroom Action Research. The research was conducted in 2 cycles for 2 meetings in each cycle. Data were collectedthrough pretest, posttest, observation, and interviews related to the learning process  before and after implementing discovry learning model. The results of pretest revealed that 45% of students thought quite creatively while 50% of students thought less creatively, and only 5% of students thought  very creatively. The first meeting in Cycle I was conducted through online discovery learning model with Zoom application and it was seen that 12.5% of students had a very high activeness level, 25% of students had high level of activeness, and 62.5% of students had moderate activeness. Then, the percentage of creative thinking was 67% and for less creative thinking was 25%, while 8% of students think very creatively. In Cycle II it was found that the level of students’ activeness increased to 17% for very high activeness; 67% of students had high level of activeness, and 16% of students had moderate activeness. Then, it was also found that 80% of students thought creatively and 20% of them thought very creatively. The increase in the average score and the average percentage of completeness indicated that the implementation of discovery learning model improved PGMI students’ understanding about  mathematics learning for M

    Conditional moment closure modelling of soot formation in turbulent, non-premixed methane and propane flames

    Get PDF
    Presented are results obtained from the incorporation of a semi-empirical soot model into a first-order conditional moment closure (CMC) approach to modelling turbulent, non-premixed methane–air and propane–air flames. Soot formation is determined via the solution of two transport equations for soot mass fraction and particle number density, with acetylene and benzene employed as the incipient species responsible for soot nucleation, and the concentrations of these calculated using a detailed gas-phase kinetic scheme involving 70 species. The study focuses on the influence of differential diffusion of soot particles on soot volume fraction predictions. The results of calculations are compared with experimental data for atmospheric and 3 atm methane flames, and propane flames with air preheated to 323 K and 773 K. Overall, the study demonstrates that the model, when used in conjunction with a representation of differential diffusion effects, is capable of accurately predicting soot formation in the turbulent non-premixed flames considered

    Pengujian Tugas Akhir Berskala Pikohidro dengan Ukuran Diameter Roda Gerak 17 cm, 19 cm dan 21,5 cm pada Head Konstan

    Get PDF
    Jangkauan PLN dalam mengalirkan listrik pada setiap daerah tentunya memiliki keterbatasan, seperti pemasangan instalasi pada daerah yang sulit dijangkau tentunya mengeluarkan biaya yang sangat besar. Air sebagai sumber energi mempunyai potensi besar untuk mengatasi krisis energi listrik tersebut. Namun pemanfaatan potensi air ini masih belum sepenuhnya terealisasi dari total keseluruhan potensi air di indonesia. Untuk mengatasi masalah tersebut digunakan pembangkit listrik skala pikohidro, karena pembangkit listrik ini dapat digunakan pada aliran dengan head rendah dan debit yang kecil. Pembangkit listrik pikohidro ini menggunakan turbin sebagai penggerak utama. Untuk mendapatkan hasil yang optimal maka dilakukan pengujian pada turbin modifikasi dengan ukuran yang berbeda pada head tertentu. Pengujian turbin air ini dilakukan dengan mengatur head turbin pada titik tertentu yang akan dilakukan pengujian, dimana head turbin ini dijaga agar tetap konstan dengan memberikan beban yang berbeda-beda, sehingga didapatkan karakteristik turbin tersebut Untuk mendapatkan efisiensi maksimum pada head tertentu maka dilakukan pengujian pada beberapa turbin. Pengujian dilakukan pada instalasi turbin Francis yang berada di Laboratorium Konversi Energi Jurusan Teknik Mesin Universitas Andalas Dari hasil pengujian tersebut turbin air dengan diameter roda gerak 21,5 cm mampu memanfaatkan sumber daya air lebih optimal pada head 4m dibandingkan dengan turbin diameter roda gerak 19 cm dan 17 cm, dengan efisiensi maksimum yaitu sebesar 39,3% saat putaran poros 963,2 rp

    Kualitas Produk Investment Casting Aluminium LM6 Menggunakan Material Cetakan Rice Husk Ash (RHA) dan Bentonite Clays

    Get PDF
    Proses pengecoran adalah serangkaian proses yang terdiri dari penyiapan cetakan, pencairan logam, penuangan logam cair ke dalam cetakan, solidifikasi, pembongkaran cetakan dan finishing jika diperlukan. Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas produk pengecoran itu sendiri adalah cetakan yang digunakan. Industri pengecoran Sungai Puar menggunakan bahan cetakan tradisional yaitu rice husk ash (RHA) dan white bentonite clays. Cetakan inilah yang akan dianalisa, apakah mampu menghasilkan produk yang sama dengan cetakan yang digunakan dalam industri – industri pengecoran internasional. Variasi cetakan yang digunakan terdiri dari 3 yaitu conventional mold (yang menggunakan zircon, colloidal silica dan aluminosilicates stucco), alternative mold (yang menggunakan rice husk ash (RHA) dan white bentonite clays dengan perbandingan 7:3) tanpa dan dengan aluminosilicates stucco. Material yang digunakan dalam proses pengecoran adalah aluminium LM6 (AlSi12). Dari hasil pengamatan struktur mikro dapat dilihat persentase perbandingan fasa Si dan fasa α+Al-Si 3 variasi cetakan adalah sebesar 50,72% menggunakan conventional mold, alternative mold tanpa stucco sebesar 47,43%, alternative mold dengan stucco sebesar 47,56%, aluminium murni sebesar 51,83%. Hasil pengujian kekerasan Brinell rata – rata yang menggunakan conventional mold adalah 66,71 BHN, alternative mold tanpa stucco 55,82 BHN, alternative mold dengan stucco 57,99 BHN. Nilai kekerasan rata – rata aluminium LM6 sebelum dicor sebesar 65,90 BHN. Hasil pengujian komposisi kimia produk didapatkan 81,121% Al dan 17,293% Si. Kata Kunci: Pengecoran, aluminium LM6, rice husk ash (RHA), bentonite clays, struktur mikro, kekerasan, komposisi kimi
    • …
    corecore