13 research outputs found

    Re-Design Jembatan THP dengan Sistem Box Girder Segmental

    Get PDF
    Jembatan Surabaya atau yang lebih dikenal oleh warga Surabaya dengan jembatan THP Kenjeran, dibangun diatas laut atau pantai kenjeran dengan menghubungkan Jl. Raya Pantai Lama (sisi utara) dengan Jl. Sukolilo Lor (sisi selatan). Merupakan jembatan baru dan menjadi ikonik di Kota Surabaya, sehingga banyak didatangi pengunjung dari berbagai tempat. Didesain menggunakan struktur beton pratekan, dimana balok I-Girder menjadi gelagar utama, Pier Head sebagai tumpuan perletakan gelagar, pilar beton sebagai penyangga, dan tentunya pondasi tiang pancang sebagai pendukung struktur atas jembatan. Karena dengan bentang jembatan yang tidak panjang, yaitu 32 meter, dan membutuhkan banyak pilar, sehingga volume beton yang diperlukan untuk membangun Jembatan Surabaya menjadi besar dan kurang efisien. Maka penulis merencanakan penelitian ulang dengan memodifikasi jembatan menjadi sistem box girder segmental dengan bentang 48 meter guna mengoptimasi jumlah pier head dan pilar, dan diharapkan menjadi lebih efisien. Penelitian ini dimulai dengan pengumpulan data – data perencanaan dan literatur yang diperlukan seperti jurnal, buku referensi, dan sumber lainnya. Dalam penelitian ini akan mengacu pada SNI 1725-2016, SNI 2833-2016, dan RSNI T-02-2005 yang dikhususkan untuk merencanakan struktur jembatan. Hasil akhir dari penelitian ini adalah mendapatkan bentuk dan dimensi penampang box girder dengan tinggi 3,2 meter dan lebar 16 meter, jumlah tendon prtegang 18 tendon dengan masing-masing tendon memiliki 24 strand, dan jumlah pilar berkurang dari 7 pilar menjadi 5 pilar dengan jumlah atau kuantiti volume beton yang sama seperti perencanaan sebelumnya

    STUDI PENGARUH STRUKTUR BAWAH PADA FLYOVER JLLB SURABAYA TERHADAP PENGGUNAAN PRECAST CONCRETE-I GIRDER DAN PRECAST CONCRETE-U GIRDER

    Get PDF
    Volume kendaraan bermotor pada kota-kota besar, khususnya di Surabaya, semakin lama semakin meningkat yang akhirnya berdampak terhadap kemacetan lalu-lintas. Dalam mengatasi pertambahan volume kendaraan terutama di Surabaya bagian barat, pemerintah setempat membangun flyover Jalan Lingkar Luar Barat guna memberi solusi terhadap kemacetan di Surabaya. Pada penelitian ini diharapkan bisa mengetahui perbandingan penggunaan PC-I girder dengan PC-U girder. pada flyover JLLB Metode yang digunakan untuk perhitungan balok prategang adalah fully prestressed atau prategang penuh. Pada penelitian ini, perbandingan penggunaan PC-I girder dengan PC-U girder pada flyover JLLB yang dimana ditinjaui dari segi perilaku, reaksi dan juga dampak terhadap struktur jembatan secara keseluruhan dari sebuah struktur tersebut. Dalam Analisa perhitungan struktur menggunakan bantuan software SAP 2000 V.14.2.5. Berdasarkan hasil analisis perhitungan yang telah dilakukan terdapat perbedaan.

    Studi Perbandingan Letak Shear Wall terhadap Perilaku Struktur dengan menggunakan SNI 1726:2019 dan SNI 2847:2019

    Get PDF
    Perkembangan Gedung bertingkat pada era saat ini lebih ke arah vertikal. Hal ini dikarenakan keterbatasan lahan menjadi permasalahan utama, khususnya di daerah perkotaan, sehingga bangunan ke arah vertikal sudah menjadi kebutuhan pada Perkembangan Pembangunan. Rentannya struktur bangunan tingkat tinggi terhadap gaya lateral, salah satunya gaya gempa mengharuskan struktur bangunan tingkat tinggi mampu menahan gaya lateral yang terjadi. Terdapat beberapa sistem struktur dalam menahan gaya lateral, diantaranya merupakan sistem rangka pemikul momen dan sistem dinding geser (Shear Wall). Dalam penelitian ini menggunakan Sistem Ganda, yaitu Sistem Rangka Pemikul Momen dan Sistem Dinding Geser dengan lima model posisi dinding geser. Penelitian  ini  dibuat  untuk  mengetahui  permodelan  posisi  dinding  geser yang  efektif  pada  bangunan  bertingkat  tinggi  dengan  membandingkan  5  permodelan  posisi  dinding  geser  yang  bervariasi menggunakan   nilai  prosentase  sistem  ganda,  periode  struktur,    dan  simpangan  antar  lantai. Berdasarkan  nilai  prosentase  penyerapan  gaya  lateral  pada  Sistem  Rangka  Pemikul  Momen  (SRPM)  didapatkan  nilai  terkecil  arah  X  sebesar  30,27  %  dan  arah  Y  sebesar  29,58 %  pada  permodelan  ke  5. Dengan  nilai  prosentase  sistem  ganda,  periode  struktur  dan  simpangan  antar  lantai yang  kecil  dalam  menahan  gaya  lateral  dianggap  struktur  bangunan  tersebut  lebih  aman.  Karna  resiko  kerusakan  pada  struktur  bangunan  dianggap  lebih  kecil  ketika  terjadi  goncangan  atau  pergerakan  struktur  bangunan  akibat  beban  lateral  seperti  beban gempa  yang  terjadi.  Sehingga  sistem  rangka  pemikul  momen  dengan  dinging  geser  yang  terletak  di  inti  bangunan   seperti  pada  permodelan  ke  5  dianggap  paling  efektif  dalam  menahan  gaya  lateral  seperti  beban  gempa

    ANALISIS PERKUATAN STRUKTUR GEDUNG PASCA KEBAKARAN DENGAN PENAMBAHAN PROFIL SIKU SEBAGAI PERKUATAN STRUKTUR BALOK

    Get PDF
    Beton yang mengalami kebakaran pada suhu diatas 200°C dapat menyebabkan mutu beton mengalami penurunan, sehingga mengakibatkan penurunan kekuatan struktur. Masalah ini dapat diselesaikan dengan perkuatan struktur yaitu dengan penambahan profil untuk perkuatan struktur balok pasca kebakaran. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peningkatan kekuatan struktur balok pasca kebakaran dengan penambahan profil siku. Hasil analisis yang dilakukan bahwa nilai momen nominal balok pasca kebakaran pada suhu 900°C dengan durasi 3 jam pada beton dan 2 jam pada baja tulangan sebelum penambahan profil siku menunjukan nilai momen nominal Mn = 7161,7 Kg.m  Mu = 8231 kg.m pada balok 1 (ekterior) dan Mn = 7891,8Kg.m  Mu = 8096,41 kg.m pada balok 1 (interior). Setelah penambahan profil siku dengan dimensi profil L65x65x7 pada balok pasca kebakaran menunjukan nilai momen nominal mengalami kenaikan dengan Mn = 24927,03 kg.m  Mu = 8096,41.kg.m pada balok 1 (interior) dan Mn = 16449,5 kg.m   Mu = 8231 kg.m pada balok 1 (eksterior)

    Analisa Perbandingan Kolom Komposit Inside Steel dan Outside Steel terhadap Kapasitas Tahanan Aksial dan Momen

    Get PDF
    ABSTRAK Penggunaan kolom komposit telah banyak digunakan di berbagai bangunan bangunan tinggi. Dan pada umumnya, Kolom komposit dibagi menjadi 2 macam, yaitu kolom komposit inside steel dan outside steel dengan struktur baja terbungkus oleh beton disebut dengan kolom inside steel atau bisa saja disebut Concrete Encased Column. Sedangkan untuk baja yang berisi beton disebut dengan kolom outside steel atau juga disebut Concrete Filled Column. Penggunaan struktur kolom komposit outside steel sebagai kolom utama dalam mendukung beban lateral pada struktur rangka bangunan belum lazim digunakan dalam perkembangan konstruksi saat ini. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisa kekuatan dari 2 macam kolom komposit agar diketahui jenis kolom komposit yang paling efektif dan memiliki kekuatan paling tinggi. Perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan perhitungan manual pada kolom komposit inside steel dan outside steel yang berbentuk kotak, sedangkan untuk perhitungan dengan menggunakan program CSICOL dilakukan pada seluruh kolom komposit. Hasil nilai ØPn dan ØMn kemudian dibandingkan antara perhitungan manual dengan program CSICOL. Hasil perhitungan menunjukan bahwa kemampuan kolom komposit outside steel lebih baik dibandingkan kolom komposit inside steel dengan menggunakan standar volume dari ukuran kolom komposit inside steel kotak 400x400 mm. Kolom komposit outside steel berbentuk bundar dengan diameter 431 mm lebih unggul sebesar 17 % dalam menahan gaya aksial nominal (ØPn) dibandingkan semua tipe kolom komposit yang lain. Sedangkan kolom komposit outside steel berbentuk kotak dengan ukuran 405.70x405.70 mm lebih unggul menahan momen nominal (ØMn) sebesar 10,5 % dibandingkan semua tipe kolom komposit yang lain.Kata kunci : kolom komposit; inside steel (concrete- encased column); outside steel (concrete-filled column)ABSTRACT The use of composite columns has been widely used in various high-rise buildings. Composite columns are generally divided into two types: composite columns inside steel and outside steel columns with a steel structure wrapped in concrete called an inside steel column (concrete encased column), while steel containing concrete is called an outside steel column (concrete-filled column). The use of a composite column structure outside steel as the main column in supporting lateral loads in the building frame structure is not yet commonly used in current construction developments. Therefore, it is necessary to consider the strengths of 2 types of composite columns to know which type of composite column is the most effective and has the highest strength. Calculations are performed using manual calculations on composite columns inside steel and outside steel in the form of a box, while calculations using the CSiCOL program are carried out on all composite columns. The results of the ØPn and ØMn values are then compared between manual calculations and the CSiCOL program. The calculation results show that the composite outside steel column's ability is better than the inside steel composite column by using a standard volume from the size of the composite column inside steel box 400x400 mm. The round composite outside steel column with a 431 mm diameter is 17% superior in withstanding nominal axial force (ØPn) than all other composite column types. While the outside steel composite column in the form of a box with a size of 405.70x405.70 mm is superior to withstand the little moment (ØMn) by 10.5% compared to all other types of composite columns.

    Analysis of Retrofit Building Behavior with Base Isolation System Using Nonlinear Time History Analysis

    Get PDF
            Now,  procedures of design for the earthquake resistance of buildings and non-building structures SNI 1726: 2012 has been approved the procedures for seismic design for buildings SNI 1726-2002.  SNI 1726: 2012 refers to the development  of  modern seismic regulations are due to changes in tectonic plates located on the active track on the path of circum-Pacific and the Indian track - the Himalayas. With the enactment of the new  SNI earthquake,  namely SNI 1726: 2012, then all existing buildings and designed with old  SNI earthquake, that  is SNI - 1726-2002 should be evaluated against for the new regulations. Handling scheme for existing buildings should be made to determine and improve safety. Analysis and solutions are required to improve the safety of buildings. Retrofitting Seismic Isolation is one of  the effective and practical methode to increase safety of buildings against earthquakes, because  this methode can reduce the earthquake acceleration response. Retrofitting seismic isolation can not only improve the safety and functionality seismic, but also to maintain the original design. Without the need to demolish and rebuild the building, the building will remain intact. So that historic buildings and cultural heritage can still be preserved. The concept of base isolation is to decouple the upper structure from its foundation and inserting isolator which has a small horizontal stiffness. This techniques can reducing the seismic impact from the soil vibration which could be from seismic motion. This study will compare the ratio building safety for old structural design that uses SNI-1726-2002 (old) vs SNI 1726: 2012 (new). The results shows that retrofitting seismic isolation building have better performance in terms of ductility demand, natural period, and lower internal forces due to earthquake

    Analysis of Retrofit Building Behavior with Base Isolation System Using Nonlinear TIME History Analysis

    Full text link
    Now, procedures of design for the earthquake resistance of buildings and non-building structures SNI 1726: 2012 has been approved the procedures for seismic design for buildings SNI 1726-2002. SNI 1726: 2012 refers to the development of modern seismic regulations are due to changes in tectonic plates located on the active track on the path of circum-Pacific and the Indian track - the Himalayas. With the enactment of the new SNI earthquake, namely SNI 1726: 2012, then all existing buildings and designed with old SNI earthquake, that is SNI - 1726-2002 should be evaluated against for the new regulations. Handling scheme for existing buildings should be made to determine and improve safety. Analysis and solutions are required to improve the safety of buildings. Retrofitting Seismic Isolation is one of the effective and practical methode to increase safety of buildings against earthquakes, because this methode can reduce the earthquake acceleration response. Retrofitting seismic isolation can not only improve the safety and functionality seismic, but also to maintain the original design. Without the need to demolish and rebuild the building, the building will remain intact. So that historic buildings and cultural heritage can still be preserved. The concept of base isolation is to decouple the upper structure from its foundation and inserting isolator which has a small horizontal stiffness. This techniques can reducing the seismic impact from the soil vibration which could be from seismic motion. This study will compare the ratio building safety for old structural design that uses SNI-1726-2002 (old) vs SNI 1726: 2012 (new). The results shows that retrofitting seismic isolation building have better performance in terms of ductility demand, natural period, and lower internal forces due to earthquake

    Modifikasi Struktur Jembatan Sumber Sari, Kalimantan Timur dengan menggunakan Sistem Busur

    Get PDF
    Indonesia merupakan negara kepulauan, serta dilewati oleh sungai-sungai di setiap pulaunya. Jembatan memiliki peranan yang penting di Indonesia, jembatan bentang panjang maupun bentang pendek yang menghubungkan antar pulau maupun dengan hambatan sungai telah banyak dibangun di Indonesia. Penelitian ini fokus pada Perencanaan Jembataan dengan menggunakan sistem busur baja yang mengandung nilai seni, selain memiliki struktur yang kuat, jembatan ini juga memiliki nilai estetika yang tinggi. Jembatan Sumber Sari, yang terletak di Kutai Barat, Kalimantan Timur memiliki bentang 82 m dengan 2 lajur kendaraan masing-masing selebar 4 m. Jembatan ini merupakan Jembatan bentang Panjang. Tahap awal perencanaan adalah perencanaan bangunan atas yang terdiri dari lantai kendaraan dan trotoar, gelagar memanjang dan gelagar melintang, kemudian konstruksi pemikul utama. Analisa dengan menggunakan program SAP 2000 dilakukan setelah dketahui beban – beban yang bekerja pada konstruksi tersebut untuk mendapatkan gaya – gaya dalam yang bekerja, khususnya untuk konstruksi pemikul utama dan konstruksi sekundernya. Setelah gaya – gaya tersebut diketahui besarnya maka dilakukan perhitungan kontrol tegangan dan perhitungan sambungan. Untuk struktur bangunan bawah direncanakan abutment (kepala jembatan) dengan pondasi tiang pancang

    Penambahan Stressing Bar Pada Perencanaan Struktur Baja Gedung Parkir di Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

    Get PDF
    Perencanaan pada gedung parkir terpusat di Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya dengan acuan data survey SRP volume puncak kendaraan oleh made dkk (2017) jumlah kendaraan yang parkir 1299 motor, angka ini akan meningkat pada kondisi tertentu hingga mencapai 2000 kendaraan. Gedung parkir terpusat direncanakan dengan menggunakan metode strukrur baja konvensional, dalam perencanaan ini dilakukan peninjauan salah satu girder-nya yang direncanakan dengan penambahan stressing bar (baja pratengang) pada sayap bawah girder. Berdasarkan hasil perbandingan dalam perencanaan dengan menggunakan metode strukrur baja konvensional profil girder menggunakan WF350x175x7x11 dengan ratio momen 0.8, metode ini mendapatkan profil yang lebih besar dibandingkan dengan cara penambahan stressing bar (baja pratengan) yang menggunakan profil girder WF300x150x6.5x7 didapatkan ratio momen 0.87 dengan strand mutu G270 diameter 9.5 mm dan tarikan sebesar 9272.81 kg. Dalam penggunaan profil WF300x150x6.5x9 dengan penambahan stressing bar dapat mengefisiensi berat tiap balok utamanya hingga ±25%. Tetapi dengan penambahan stressing bar pada balok utama akan menambah waktu dalam pelaksanaannya di lapangan

    EVALUATION OF STRUCTURE USING VARIETY OF SLAB TYPE UNDER PERFORMANCE-BASED DESIGN: CASE STUDY COMMON WORKING SPACE IN SURABAYA

    Get PDF
    Improvement of the current construction of midrise to high-rise building in Surabaya relatively needs to be evaluated, especially for compact office building area, it is very challenging to have an optimal space to the structural system with facilitate a satisfactory capacity performance. This paper makes a comparative study of the effectivity of structural plate structure in the compact office building between conventional slab (M1), waffle slab (M2) and flat slab (M3). A typical 5-story reinforced concrete building structure is selected as a case study within 6 m symmetrically span for each model. The proposed method used in this study is based on empirical analysis followed by numerical evaluation using SAP2000. The step initiated by deriving an optimal alternative of various type of slab. This study aims to emphasize the benefits to the functionality of the structural system which more efficient in term of structural capacity and its performance. As the result, M1 and M3 offer a similar behaviour due to the reinforcement and design performance with high slab deformation compared to the M2. M2 present a lower slab deflection under the supported of waffle element with the result almost twice smaller than M1 and M3
    corecore