9 research outputs found

    Single-male paternity in coelacanths

    Get PDF
    Latimeria chalumnae, a ‘living fossil,’ is of great scientific interest, as it is closely related to the aquatic ancestors of land-living tetrapods. Latimeria show internal fertilization and bear live young, but their reproductive behaviour is poorly known. Here we present for the first time a paternity analysis of the only available material from gravid females and their offspring. We genotype two L. chalumnae females and their unborn brood for 14 microsatellite loci. We find that the embryos are closely related to each other and never show more than three different alleles per locus, providing evidence for a single father siring all of the offspring. We reconstruct the father’s genotype but cannot identify it in the population. These data suggest that coelacanths have a monogamous mating system and that individual relatedness is not important for mate choice

    Studi Pemahaman Masyarakat tentang Tindakan Korupsi

    Get PDF
    Kata kunci : Pengetahuan, Sikap, Kesadaran, Respon, Tindak Korupsi Tahun 2008 hasil survey Transparancy International (STI) memposisikan Indonesia dalam 10 besar kelompok Negara terkorup di dunia (IPK : 2,6). Perilaku korupsi telah berkembang luas dan dilakukan oleh seluruh unsur masyarakat termasuk para pejabat public (Djulianto, 2009). Tindak korupsi merugikan masyarakat dan negara, masyarakat tidak menginginkan terjadinya tindakan itu. Namun realitasnya terjadi di masyarakat Indonesia. Pertanyaan penelitian : “bagaimana pengetahuan, sikap, kesadaran dan respon masyarakat terhadap tindak korupsi ?” Penelitian ini menggunakan metode gabungan kuantitatif dan kualitatif dengan strategi ’gabungan paralel’. Lokasi penelitian di Kabupaten Klaten, Kabupaten Sragen dan Kota Surakarta. Sampel wilayah kabupaten/kota terpilih desa sampel : Kedungan, Kecamatan Pedan di Kabupaten Klaten, desa Gabugan, Kecamatan Tanon, Kabupaten Sragen, dan Kelurahan Kerten, Kecamatan Laweyan, di Kota Surakarta. Sampel renponden dari desa/kelurahan ditentukan secara sistematik proporsional random, masing-masing desa terpilih 100 orang. Pengumpulan data digunakan teknik wawancara terstruktur oleh petugas lapangan. Analisis data kuantitatif dilakukan secara deskriptif dan penghitungan korelasi variabel penelitian. Data kualitatif dikumpulkan dengan teknik FGD pada nara sumber. Hasil analisis data kuantitatif dan kualitatif dibahas bersama untuk saling melengkapi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat desa di Kabupaten Klaten, Sragen serta kota Surakarta memiliki pengetahuan, sikap dan kesadaran yang tinggi tentang tindak korupsi yang merugikan negara dan masyarakat. Ciri-ciri tindak korupsi, sumber dan akibatnya dipahami dengan baik dan lengkap. Hasil uji X2 sebesar 19, 115 dan sigifikan pada taraf kepercayaan 99% (alpha 0,01). Hubungan sikap dengan tanggapan terhadap tindak korupsi dengan koefisien kontingensi 0,247, signifikan pada alpha 0,01.Artinya, hubungan sikap dengan respon terhadap tindak korupsi memiliki koefisien korelasi (rs) 0,301 dan signifikan pada tingkat kepercayaan 99% (alpha 0,01). Korupsi sebagai perbuatan tidak benar, semakin masyarakat menentangnya semakin mendukung upaya pemerintah untuk memberantas korupsi. Angka R sebesar 0,552 menunjukkan bahwa korelasi antara respon masyarakat dengan tingkat pengetahuan, sikap, dan tingkat kesadaran adalah kuat. Artinya, secara umum dinyatakan bahwa masyarakat memiliki pengetahuan mengenai korupsi, sikapdan kesadaran yang besar serta memiliki respon positif untuk mendukung upaya (pemerintah) menanggulangi korupsi. Hal ini merupakan landasan yang proporsional bagi upaya menyusunan rancangan model ‘Gerakan masyarakat Anti Korupsi’. Tanggapan masyarakat terhadap tindak korupsi cenderung konsisten dengan tingkat pengetahuan, sikap dan kesadaran. Dalam usaha pemberantasan korupsi oleh pemerintah, masyarakat bersedia membantu dengan jaminan keselamatan

    Penggunaan Garam Berkualitas untuk Peningkatan Mutu Kulit Wetblue Kambing dan Sapi

    Full text link
    Garam memiliki peran yang sangat penting dalam proses penyamakan kulit. Selain memudahkan masuknya bahan penyamak ke dalam kulit, garam juga berperan dalam menentukan sifat mekanik dan estetika kulit. Selama ini, industri hanya menggunakan garam krosok dengan kadar NaCl rendah, berwarna putih kusam, dan cenderung mengandung kotoran lebih banyak sehingga mutu kulit yang dihasilkan juga rendah. Oleh karena itu dilakukan penelitian ini dengan tujuan memanfaatkan garam berkualitas untuk meningkatkan mutu kulit wetblue kambing dan sapi. Penelitian ini menggunakan kulit kambing dan sapi yang dipikel dengan garam A, B, dan C (kontrol) pada konsentrasi 7 % dan kemudian disamak dengan penyamak krom dimana semua perlakuan diulang sebanyak 3 (tiga) kali. Kulit samak yang diperoleh selanjutnya di uji suhu kerut, pH dan kadar airnya. Data hasil pengujian kemudian dianalisa secara deskriptif dan dibandingkan dengan SNI 1796:2010 dan SNI 3538:2011 serta garam kontrol. Dari penelitian diperoleh kesimpulan bahwa garam A dan B mampu meningkatkan mutu kulit wetblue kambing dan sapi serta memiliki suhu kerut dan penampang melintang kulit yang lebih baik dibandingkan garam C, kecuali untuk pH, dan kadar air yang cenderung sama

    Gotong Royong in The Millennial Era

    No full text
    corecore