5 research outputs found

    HISTOLOGY SLIDE QUALITY COMPARATIVE STUDY; IMPREGNATION AND EMBEDDING USING BEESWAX AND PARAFFIN

    Get PDF
    ABSTRACT Background: Paraffin is the most popular infiltration and embedding medium in histopathology laboratories to date. It is a white or colorless soft solid derived from petroleum, coal or oil shale. Its limitations and calls to return to nature for better sustainability and safety, prompting the search for alternative materials to replace paraffin. The aim of this study is to compare paraffin that is used as routine embedding media and beeswax as alternative in impregnation and embedding of various tissues. Methods: Ten tissue specimens were impregnated and embedded in beeswax and parafiin. After manual processing, all sections were stained with Hematoxylin Eosin to compare the effect of beeswax and paraffin based on the features of the integrity of the section, uniformity of the staining which includes nuclear details, cytoplasmic details, and background staining. Result: Beeswax showed well impregnation and embedding of the tissues as well as the preservation of the nuclear details, good cytoplasmic appearance, good tissue architecture and no bad effect on staining characteristics of the tissue. Conclusion: Beeswax could be an alternative to paraffin. Further research on the resistance of the block during storage and whether it affects other tests such as immunohistochemistry needs to be done. Keywords: Beeswax, Embedding, Impregnation, Paraffin   ABSTRAK Pendahuluan: Parafin merupakan media infiltrasi dan embedding yang paling populer digunakan laboratorium histopatologi hingga saat ini dalam membuat preparat histologi. Parafin merupakan lilin putih tidak berwarna yang berasal dari minyak bumi atau batu bara. Keterbatasannya dan seruan untuk kembali ke alam demi keberlanjutan dan keamanan yang lebih baik, mendorong pencarian bahan alternatif untuk menggantikan parafin. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan parafin yang digunakan sebagai media tanam rutin dan lilin lebah sebagai alternatif dalam impregnasi dan embedding berbagai jaringan. Metode: Sepuluh spesimen jaringan dibuat menjadi preparat histologi, ditanam dalam lilin lebah dan parafiin. Setelah proses manual, semua preparat diwarnai dengan Hematoxylin Eosin untuk membandingkan efek lilin lebah dan parafin berdasarkan fitur integritas bagian, keseragaman pewarnaan yang meliputi detail inti, detail sitoplasma, dan pewarnaan latar belakang preparat. Hasil: Beeswax menunjukkan impregnasi dan embedding jaringan yang baik serta pelestarian detail inti, penampilan sitoplasma yang baik, arsitektur jaringan yang baik dan tidak ada efek buruk pada karakteristik pewarnaan jaringan. Kesimpulan: Lilin lebah bisa menjadi alternatif pengganti parafin. Penelitian lebih lanjut tentang ketahanan blok selama penyimpanan dan apakah itu mempengaruhi tes lain seperti imunohistokimia perlu dilakukan. Kata kunci: Beeswax, Embedding, Impregnasi, Parafi

    UNSUR SÉMIOTIK DINA KASENIAN BANGKONG RÉANG DI KAMPUNG CIJAURA DÉSA LEBAKMUNCANG KACAMATAN CIWIDÉY KABUPATÉN BANDUNG PIKEUN BAHAN PANGAJARAN MACA ARTIKEL DI SMA

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1) sejarah kesenian bangkong reang di Desa Lebakmuncang; 2) prosesinya; 3) unsur semiotik yang terdapat dalam kesenian tersebut; dan 4) penerapan hasil penelitian untuk dijadikan alternatif bahan pembelajaran membaca teks artikel budaya di SMA. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, dengan menggunakan tekhnik telaah pustaka, observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa kesenian bangkong reang sudah ada dari tahun 1967-an sebagai kesenian khas dari Desa Lebakmuncang. Adapun prosesi kesenian ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu gerakan pembuka, lagu, kemudian gerakan yang diiringi lagu penutup. Alat musik yang digunakan dalam kesenian ini ada dua jenis, yaitu alat musik dari bambu dan alat musik gembyung. Dari hasil penelitian dan analisis unsur semiotik Pierce, terungkap bahwa dalam kesenian ini terdapat tiga ikon, dua indeks, dan 20 simbol. Selain itu, hasil dari penelitian ini pun bisa dijadikan sebagai alternatif bahan pembelajaran membaca artikel tentang kesenian tradisional di SMA kelas XII. Penelitian ini diharapkan bisa menjadi media untuk mengenalkan budaya Sunda kepada masyarakat, dan melestarikan kebudayaan yang terdapat di Jawa Barat, khususnya kesenian bangkong reang. Kata Kunci: Kesenian Bangkong Reang, Semiotik, dan Bahan Pembelajaran The aim of the research is to describe the history, procession, semiotic element in bangkong reang art in Lebakmuncang village. The implementation of the researchis used as the alternative of learning materials to reading article at senior high school. This research employs descriptive method by using literature review, observation, interview, and documentation techniques. The result of the research shows that bangkong reang art have existed from 1967’s as the special art from Lebakmuncang village. Furthermore, there are three processions of this art. They are opening movement, song, and closing movementwhich is accompanied by closing song. The instruments which are used in this art are the instrument from bamboo and gembyung instrument. Based on the result of the research and the analysis of semiotics elements of Pierce, show that bangkong reang art has three icons, two index, and twenty symbols. In addition, the result of the research can be used as the alternative of learning materials to reading article about traditional art at senior high school class XII. It is also expected to become a media in introducing Sundanese culture to society and to preserve cultureswhich exist in West Java, especially bangkong reang art. The suggestion of the research is intended for art institutions, people, teachers, and students. Keywords: Bangkong Reang Art, Semiotic, Learning Material

    HISTOLOGY SLIDE QUALITY COMPARATIVE STUDY; IMPREGNATION AND EMBEDDING USING BEESWAX AND PARAFFIN

    Get PDF
    ABSTRACT Background: Paraffin is the most popular infiltration and embedding medium in histopathology laboratories to date. It is a white or colorless soft solid derived from petroleum, coal or oil shale. Its limitations and calls to return to nature for better sustainability and safety, prompting the search for alternative materials to replace paraffin. The aim of this study is to compare paraffin that is used as routine embedding media and beeswax as alternative in impregnation and embedding of various tissues. Methods: Ten tissue specimens were impregnated and embedded in beeswax and parafiin. After manual processing, all sections were stained with Hematoxylin Eosin to compare the effect of beeswax and paraffin based on the features of the integrity of the section, uniformity of the staining which includes nuclear details, cytoplasmic details, and background staining. Result: Beeswax showed well impregnation and embedding of the tissues as well as the preservation of the nuclear details, good cytoplasmic appearance, good tissue architecture and no bad effect on staining characteristics of the tissue. Conclusion: Beeswax could be an alternative to paraffin. Further research on the resistance of the block during storage and whether it affects other tests such as immunohistochemistry needs to be done. Keywords: Beeswax, Embedding, Impregnation, Paraffin   ABSTRAK Pendahuluan: Parafin merupakan media infiltrasi dan embedding yang paling populer digunakan laboratorium histopatologi hingga saat ini dalam membuat preparat histologi. Parafin merupakan lilin putih tidak berwarna yang berasal dari minyak bumi atau batu bara. Keterbatasannya dan seruan untuk kembali ke alam demi keberlanjutan dan keamanan yang lebih baik, mendorong pencarian bahan alternatif untuk menggantikan parafin. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan parafin yang digunakan sebagai media tanam rutin dan lilin lebah sebagai alternatif dalam impregnasi dan embedding berbagai jaringan. Metode: Sepuluh spesimen jaringan dibuat menjadi preparat histologi, ditanam dalam lilin lebah dan parafiin. Setelah proses manual, semua preparat diwarnai dengan Hematoxylin Eosin untuk membandingkan efek lilin lebah dan parafin berdasarkan fitur integritas bagian, keseragaman pewarnaan yang meliputi detail inti, detail sitoplasma, dan pewarnaan latar belakang preparat. Hasil: Beeswax menunjukkan impregnasi dan embedding jaringan yang baik serta pelestarian detail inti, penampilan sitoplasma yang baik, arsitektur jaringan yang baik dan tidak ada efek buruk pada karakteristik pewarnaan jaringan. Kesimpulan: Lilin lebah bisa menjadi alternatif pengganti parafin. Penelitian lebih lanjut tentang ketahanan blok selama penyimpanan dan apakah itu mempengaruhi tes lain seperti imunohistokimia perlu dilakukan. Kata kunci: Beeswax, Embedding, Impregnasi, Parafi

    TINJAUAN TERKAIT BIDANG AKUNTANSI DI SEKTOR PRIVAT DAN SEKTOR PUBLIK

    Full text link
    Tinjauan Terkait Bidang Akuntansi di Sektor Privat dan Sektor Publik merupakan book chapter terkait materi kuliah di jurusan akuntansi dengan implementasinya pada sektor privat dan sektor publik. Book chapter ini dapat memberikan tinjauan umum bagaimana Sistem Informasi Akuntansi, Perpajakan, Auditing, dan Akuntansi Keuangan tidak hanya di organisasi swasta tapi juga di pemerintahan. Book chapter ini merupakan tulisan ilmiah terapan yang ditulis oleh mahasiswa dengan bimbingan dosen di UPN Veteran Jakarta yang mana mengacu pada permasalahan di berbagai bidang akuntansi yang terjadi di organisasi dan disusun berdasarkan kaidah penulisan artikel ilmiah
    corecore