13 research outputs found

    Variation of Handedness and Creativity in Bogor Primary and Secondary School Students

    Get PDF
    Left-handed individual’s minority has been ubiquitous in human population which leads them to be adaptable in right-handed world. As a preference, daily hand used must be consistentacross individuals and tasks, known as handedness. Handedness needs to be assessed with specific tasks using tools due to consistency of using either hand. There is a different adaptation that leads to creativity in left-handed individuals. The aim of this study is to assess left-handed individuals and measure their creativity. Handedness was examined by self-declared and 10 specific tasks of 493 both primary and secondary school students in Bogor, Indonesia. The total frequency of left-handed individuals was 7.3%. It seems that there are special adaptations that may signal creative behavior for left-handed individuals. The result showed that the left-handed females had higher creativity score than the males on Adjective Check List. Age and sex influence on creativity are discussed

    Keanekaragaman Arthropoda Di Sekitar Laboratorium Teknik II ITERA Menggunakan Berlese Funnel

    Get PDF
    Arthropoda tanah merupakan salah satu organisme penghuni tanah yang hidup dipermukaan tanah dan di dalam tanah. Arthropoda berperan sebagai predator bagi mangsanya baik nematoda, protozoa, bahkan sesama serangga lain. Arthropoda memiliki kerugian dalam tanah yaitu semakin beragamnya keanekaragaman predator pada suatu ekosistem, maka semakin menekan kerugian hasil akibat serangan hama. Sehingga, tujuan pengamatan ini dilakukan untuk mengetahui keragaman Arthropoda permukaan tanah di sekitar Laboratorium Teknik II Institut Teknologi Sumatera. Metode yang digunakan dalam pengamatan ini adalah Berlese Funnel (alat untuk mengekstrak organisme hidup dari sampel tanah). Dari hasil yang sudah didapatkan dari pengamatan bahwa ditemukan 10 spesies Arthropoda, yaitu Ceratophysella denticulate, Folsomia, Oecophylla, Charidotella sexpunctata, Geophilus flavus, Isotomurus nebulosus, Leptotrombidium pallidum, Nerilla cf. antennata, Cryptophagus lemonchei, larva Ctenocephalides felis. Kesimpulan dari pengamatan ini adalah  ditemukan spesies Arthropoda yang beragam. Hal ini menjadi hama bagi tanah, karena semakin banyak jumlah spesies yang ditemukan maka akan semakin besar kerugian yang terjadi pada tanah

    Pengaruh Status Gizi terhadap Jangka Reproduksi Perempuan pada Tiga Kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan: The Influence of Nutritional Status on the Reproductive Period of Females in Three Sub-Districts South Lampung Regency

    Get PDF
    The maturity of women's reproductive organs can be characterized by the onset of the first menstruation, known as menarche, while the concluding phase is referred to as menopause. The time frame spanning from menarche to menopause is known as the reproductive period. One crucial factor influencing the reproductive period is nutritional status. Optimal body fat reserves tend to extend the reproductive period, whereas inadequate reserves can have the opposite effect. Notably, women residing in urban areas often experience a more extended reproductive period compared to their rural counterparts. The aim of this study was to assess the reproductive period of women in three sub-districts in South Lampung and to analyze the potential impact of nutritional status on the individual reproductive period. The study was conducted between January and April 2023 in the sub-districts of Jati Agung, Natar, and Kalianda. Data was gathered from a total of 57 respondents through interviews and physical measurements. Nevertheless, only 18 respondents met the criteria and were further analyzed. Nutritional status was evaluated using the body mass index (BMI) and percent body fat (PBF). The findings revealed that the average reproductive period for women in the three South Lampung sub-districts was 37.06 years. The average age for menarche was 14.22 years, while the average age for menopause was 51.28 years. However, the study did not find a significant correlation between nutritional status and the reproductive period of women in the three examined sub-districts of South Lampung

    Are right- and left-handedness relevant as general categories in a non-industrialized country?

    No full text
    International audienceWhether right- and left-handedness are defined as a function of individual tasks or represent general categories across tasks has been long debated. However, the literature on handedness primarily concerns industrialized societies in which manual work has been extensively automated, and the majority of individuals in those countries do not use their arms and hands intensively for highly specialized tasks on an everyday basis. Thus, the question remains whether results from those countries regarding handedness are transferable to countries where the majority of individuals are still exploiting their lateralized skills. Here, we sampled 506 individuals from 143 locations on the islands of Flores and Adonara, Indonesia, to assess their hand preference for and hand performance on several tasks in order to evaluate, in a non-industrialized country, the level of manual specialization and the relevance of right- or left-handedness as general categories. Generalized-declared handedness was consistent with task-declared handedness across 10 specific tasks and with a measure of strength and a measure of skilfulness, suggesting that general handedness is a valid concept. This hand specialization for tasks is discussed in the context of intense and daily tool use in this agricultural society

    Keanekaragaman Atrhropoda Nokturnal di Jalan Urip Sumoharjo Way Halim Bandar Lampung Menggunakan Light Trap

    No full text
    Arthropoda merupakan filum terbesar dari animal kingdom dengan salah satu kelas arthropoda yang sering ditemui adalah serangga (insekta) yang dibagi menjadi 2 yaitu diurnal dan nokturnal. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menghitung keanekaragaman arthropoda nokturnal di daerah perkotaan. Penelitian ini menggunakan alat berupa light trap sederhana dan bahan yang digunakan yaitu air. Metode yang digunakan yaitu metode survey deskriptif dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap arthropoda nokturnal yang terperangkap. Jenis- jenis arthropoda nokturnal yang terperangkap diantaranya yaitu dari famili Culicidae, famili Rhinotermitidae, famili Zygoptera, famili Pholcidae, dan famili Noctuidae dengan nilai Keanekaragaman Shannon yang didapat yaitu H' = 1,339. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa keanekaragaman pada lokasi pengamatan tergolong ke dalam kategori sedang yaitu 1,339

    Arthropod Species Diversity in the Arboretum of Institut Teknologi Sumatera

    No full text
    Arthropoda termasuk salah satu filum hewan dengan anggota paling banyak di antara filum hewan lainnya. Arthropoda mempunyai fungsi ekologi sebagai detritivor, dekomposer, herbivor, dan predator yang berguna untuk penyeimbang ekosistem serta dapat menjadi indikator kesehatan lingkungan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui indeks keanekaragaman Shannon-Wiener (H’) Arthropoda yang terdapat di arboretum Institut Teknologi Sumatera (ITERA). Metode penelitian ini dilakukan dengan pengambilan sampel secara road sampling dengan menggunakan alat sweep net pada pagi dan sore hari selama empat hari dalam empat minggu. Sampel Arthropoda yang tertangkap diawetkan dalam alkohol 70% lalu diidentifikasi di Laboratorium Zoologi ITERA. Pada hasil penelitian diperoleh indeks keanekaragaman Shannon Arthropoda keseluruhan dengan nilai H’ = 3,619. Indeks ini termasuk tinggi karena sudah lebih dari tiga. Untuk di pagi hari, nilai indeks keanekaragaman yang diperoleh lebih tinggi dibandingkan di sore hari (H’ = 3,226 dan H’ = 3,000). Spesies Arthropoda yang paling dominan adalah Acrididae sp. Dengan nilai indeks dominansi 13,26%. Arthropoda yang paling dominan saat pagi hari adalah Conocephalus (10,53%) dan sore hari adalah Acrididae sp. (16,42%). Berdasarkan hasil penelitian, keanekaragaman jenis Arthropoda di Arboretum ITERA tergolong tinggi sehingga menandakan daya dukung di lingkungan arboretum ITERA masih cukup baik

    Biofermentasi Limbah Pertanian dengan Teknologi Fermentor dan Biocomposter untuk Mewujudkan Pertanian Organik di Desa Rawa Selapan

    No full text
    ABSTRAK Pengelolaan limbah organik sisa pertanian maupun limbah rumah tangga menjadi hal yang perlu diperhatikan, karena akan berdampak negatif bagi lingkungan. Desa Rawa Selapan merupakan salah satu desa dengan luas sawah terbesar di Lampung Selatan. Selama ini, limbah pertanian di desa tidak dimanfaatkan dengan baik. Selain itu, sistem pertanian dengan penggunaan pupuk kimia dapat mengubah ketersediaan hara dan mikroorganisme tanah sehingga tanah mengalami penurunan tingkat kesuburan. Salah satu upaya untuk memanfaatkan limbah organik dan meningkatkan kesuburan tanah yaitu mengolah limbah organik menjadi pupuk organik/kompos. Kegiatan ini bertujuan untuk memanfaatkan limbah organik pertanian di Desa Rawa Selapan, serta melatih masyarakat desa membuat pupuk kompos menggunakan alat fermentor dan  rotary biocomposter. Kegiatan dilakukan dengan tahapan persiapan, pembuatan alat fermentor dan rotary biocomposter, pelaksanaan kegiatan dengan pemaparan materi dan pelatihan pembuatan kompos, serta hasil kegiatan dievaluasi dengan kuisioner. Terdapat peningkatan pemahaman peserta mengenai pembuatan pupuk menggunakan fermentor dan rotary biocomposter, yang semula hanya 39% menjadi 83% peserta yang memahami hal ini. Selain itu, berdasarkan post-test, sebanyak 91% peserta menjawab akan melanjutkan pembuatan pupuk organik menggunakan fermentor dan biocomposter. Kegiatan ini berhasil meningkatkan pengetahuan peserta mengenai dampak negatif penumpukan limbah organik dan penggunaan pupuk kimia berkepanjangan. Selain itu, peserta kegiatan juga telah menguasai teknik pembuatan pupuk kompos dan bioaktivator berbasis fermentasi menggunakan alat fermentor dan rotary biocomposter. Kata Kunci: Fermentor, Bioaktivator, Kompos, Limbah Organik, Rotary Biocomposter  ABSTRACT Management of organic waste from agricultural residues and household waste needs attention due to its potential negative impact on the environment. Rawa Selapan Village is one of the villages with the largest rice field area in South Lampung. So far, agricultural waste in the village has not been utilized properly. In addition, agricultural systems using chemical fertilizers can alter the availability of soil nutrients and microorganisms, resulting in decreased soil fertility. One approach to utilizing organic waste and increasing soil fertility is the conversion of organic waste into organic fertilizer/compost. Objective: This activity aims to utilize organic agricultural waste in Rawa Selapan Village and provide training to village communities on compost production using fermenters and rotary biocomposters. This activity aims to utilize organic agricultural waste in Rawa Selapan Village, as well as train village communities to make compost using fermenters and rotary biocomposters. The activity was carried out in several stages, including preparation stages, building a fermenter and rotary biocomposter, explanation of materials, training in compost production, and the evaluation of the program using a questionnaire. Participants' understanding of compost production using fermenters and rotary biocomposters increased from an initial 39% to 83%. Furthermore, 91% of participants indicated their intention to continue producing organic fertilizer using fermenters and biocomposters based on the post-test result. This activity succeeded in increasing participants' knowledge regarding the negative impacts of organic waste accumulation and prolonged use of chemical fertilizers. Additionally, activity participants have acquired proficiency in fermentation-based compost fertilizer production and the use of bioactivators with fermenters and rotary biocomposters. Keywords: Fermentor, Bioactivator, Compost, Organic Waste, Rotary Biocomposte

    Pengaruh Preferensi Penggunaan Tangan Terhadap Kemampuan Visuospasial di Provinsi Lampung

    No full text
    The preference for using the right or left hand for different uni-manual tasks is known as handedness. Handedness as functional asymmetry has a correlation with the asymmetric brain. Most types of tools have been developed for right-handed use, leading to different adaptations between left-handed and right-handed individuals. Visuospatial, as one of the cognitive processes, is the ability to visualize two- and or three-dimensional objects. This function allows individuals to remember, plan for the future, navigate, and make decisions, thus visuospatial is one of the primary mental aspects in humans. The aim of this study was to assess whether being left-handed was associated with visuospatial ability. Respondents in this study were 148 adult individuals who lived in Lampung Province. Handedness was assessed based on a questionnaire of self-confessed and hand preference of 10 daily activities. Hand grip performance was measured by using a hand dynamometer. The ability of visuospatial was assessed by using the Right-Left Discrimination method. The results of the visuospatial ability test showed that left-handed individuals had a better average score of visuospatial than right-handed ones (44.00 > 40.86). Males had better visuospatial ability than females (estimate = -0.0768; p-value: 0.0481). The influence of handedness on visuospatial ability was discussedPreferensi untuk menggunakan tangan kanan atau pada berbagai kegiatan yang dilakukan dengan satu tangan untuk setiap hari dikenal sebagai handedness. Handedness sebagai asimetri fungsional memiliki korelasi dengan asimetri otak . Sebagian besar jenis alat telah dikembangkan untuk penggunaan tangan kanan, sehingga mengarah pada adaptasi yang berbeda antara individu kidal (left-handed) dan non kidal (right-handed). Visuospasial, sebagai salah satu proses kognitif, adalah kemampuan untuk memahami objek baik dua maupun tiga dimensi. Fungsi ini memungkinkan seseorang untuk mengingat, merencanakan masa depan, melakukan navigasi, dan membuat keputusan, sehingga visuospasial merupakan salah satu aspek mental utama pada manusia. Penelitian ini bertujuan untuk menilai apakah left- handed berkaitan dengan kemampuan visuospasial. Responden dalam penelitian ini berjumlah 148 orang dan berasal Provinsi Lampung. Handedness diukur dengan wawancara menggunakan kuesioner pengakuan diri dan preferensi pada 10 kegiatan sehari-hari dalam menggunakan tangan, pengukuran kekuatan tangan dengan alat dinamometer. Pengukuran kemampuan visuospasial menggunakan metode Right-Left Discrimination. Studi ini menunjukkan menunjukkan left-handed memiliki rata- rata skor visuospasial lebih baik dibandingkan right-handed (44,00 > 40,86). Laki-laki memiliki kemampuan visuospasial lebih baik dibandingkan perempuan (estimate = -0,076; p- value: 0,0481). Semakin tinggi umur maka akan semakin baik kemampuan visuospatial (estimate = 0,6431; p-value: 0,0462). Pengaruh handedness terhadap visuospasial dibahas

    Upaya Peningkatan Pengetahuan Dalam Pengelolaan Sampah Skala Rumah Tangga Pada Guru Sma Global Madani Bandar Lampung

    No full text
    ABSTRAK Sampah skala rumah tangga yang berasal dari aktivitas harian masyarakat menjadi salah satu faktor yang berkontribusi pada perubahan iklim karena menghasilkan gas metana dan karbon dioksida sehingga menyebabkan efek rumah kaca pada lapisan atmosfer. Berdasarkan hasil survei dan diskusi, pengelolaan sampah rumah tangga pada Sekolah Global Madani berada pada tahap awal untuk dilakukan secara tepat dan berkelanjutan. Pengelolaan sampah berkelanjutan berbasis reuse, reduce, recycle (3R) dapat diterapkan pada sampah rumah tangga berupa sisa-sisa makanan, pembungkus, kulit buah, daun serta ranting. Kegiatan pengabdian di Sekolah Global Madani dilakukan secara interaktif dengan penyuluhan dan demonstrasi yang melibatkan partisipasi aktif peserta. Penyampaian informasi mengenai cara pemisahan sampah organik dan anorganik, kegunaan sampah organik, daur ulang dan pengurangan jumlah sampah yang dihasilkan individu dilakukan dalam rangkaian penyuluhan. Sosialisasi tata cara bertransaksi di bank sampah serta cara pembuatan eco-enzyme juga dilakukan untuk memunculkan antusiasme dan partisipasi peserta dalam memilih serta memisahkan sampah karena akan menghasilkan keuntungan secara ekonomi. Hal ini merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mulai menanggulangi berbagai permasalahan terkait perubahan iklim. Penyuluhan berhasil meningkatkan pengetahuan peserta mengenai durasi degradasi sampah anorganik, jenis-jenis sampah yang dapat ditukar ke bank sampah, sampah yang dapat dijadikan eco-enzyme, dan langkah nyata untuk mengurangi sampah. Selanjutnya perlu diadakan workshop agar peserta dapat praktek langsung mengenai pengelolaan sampah. Kata Kunci:    Bandar Lampung, Guru Sekolah Global Madani, Krisis Iklim, Pengabdian, Pengelolaan Sampah ABSTRACT Household waste originating from people's daily activities is one of the contributing factors to climate change because it produces methane and carbon dioxide, causing the greenhouse effect in the atmosphere. Based on the survey and discussion by the team, household waste management in Global Madani School was at an early stage yet has the potency to be sustainable. Sustainable waste management based on reuse, reduce, and recycle (3R) can be applied to household waste in the form of food scraps, wrappers, fruit peels, leaves, and twigs. Counseling at the Global Madani School was interactive with counseling and demonstrations involving active participation from participants. Information is well provided in counseling such as how to separate organic and inorganic waste, the use of organic waste, recycling, and reducing the amount of waste produced by individuals. Socialization of transaction procedures in the waste bank and the method of producing eco-enzymes were also well demonstrated to raise the enthusiasm and participation of participants in selecting and separating waste as it would generate economic benefits. This was one of the efforts to start tackling various problems related to climate change. The counseling succeeded in increasing participants' knowledge about the duration of inorganic waste degradation, the types of waste that can be exchanged for waste banks, waste that can be used as eco-enzymes, and concrete steps to reduce waste individually. Furthermore, it is necessary to hold a workshop, thus participants have hands-on practice on waste management. Keywords:     Bandar Lampung, Climate Crisis, Community Service, Global Madani School Teacher, Waste Managemen
    corecore