148 research outputs found

    Miss Veva Howell to Sir (1 October 1962)

    Get PDF
    https://egrove.olemiss.edu/mercorr_pro/1330/thumbnail.jp

    Identity construction among Facebook users

    Get PDF
    Identitas adalah sesuatu hal unik dari seseorang yang membuat orang tersebut berbeda dengan yang lainnya. Selain itu, identitas merupakan hal terpenting bagi seseorang yang dapat mengindikasikan siapa dia. Secara linguistik, identitas dapat diindeksikan melalui pemberian nama, cara berpendirian, implikatur, gaya dan seluruh bahasa dan macam-macamnya. Penelitian ini bertujuan untuk menguji sikap dan gaya pembentukan identitas pribadi pengguna Facebook melalui penggunaan bahasa. Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menerapkan prinsip Bucholz and Hall (2005) tentang konstruksi identitas dengan teori pendukung dari Du Bois (2007) tentang cara berpendirian yang meliputi (evaluasi, penentuan posisi dan keselarasan) dan Martin Joss (tentang gaya bahasa). Analisis Isi Kualitatif dipilih untuk mengidentifikasi, mengklasifikasikan dan menggambarkan ucapan pengguna Facebook. Sedangkan data pengumpulan dianalisis dengan mengamati aktivitas pengguna Facebook, kemudian memilih, mengidentifikasi ujaran, mengklasifikasi dan menggambarkan data dan menarik kesimpulan. Ada 276 stance yang diambil oleh pengguna Facebook. Persentase evaluasi adalah 18% (51), dan persentase penetuan posisi adalah 79% (218). Penentuan posisi dibagi menjadi dua jenis, yaitu penentuan posisi afektif dengan persentase 25% (68) dan posisi epistemis dengan persentase 54% (105). Sedangkan persentase keselarasan hanya 3% (7). Pengguna Facebook membangun identitas pribadi mereka dengan mengambil sikap untuk mengevaluasi objek, memposisikan skala afektif atau epistemik dan keselarasan dengan lawan bicara mereka. Pengguna Facebook juga membangun identitas pribadi mereka dengan menggunakan beberapa gaya yang terjadi dalam ujaran mereka. Jenis gaya bahasa yang dominan dalam ungkapan pengguna Facebook dalam pembaruan status mereka adalah gaya kasual. Dari analisis tersebut, gaya kasual tersebut didirikan 105 ujaran atau 38%. Sedangkan gaya intim adalah frekuensi kedua dengan persentase 29% (80). Pada frekuensi tengah, peneliti telah menemukan gaya formal dengan persentase 18% (50). Gaya konsultatif menjadi tingkat keempat frekuensi dengan persentase 9% (25). Dan frekuensi terakhir adalah gaya baku dengan persentase 6% (16)

    Where does selective laser trabeculoplasty stand now? A review

    Get PDF
    Background: Chronic treatment of glaucoma can present a challenge in patients who lack the means and/or the discipline to use daily glaucoma medication. We wondered if selective laser trabeculoplasty (SLT) could be a useful alternative. Methods: Inclusion criteria: controlled trials comparing efficacy of SLT in adult patients with any form of open angle glaucoma or ocular hypertension and case reports on side effects of SLT. Two recent meta-analyses identified eight randomized clinical trials (RCTs) comparing the effect of SLT with medication (prostaglandin analogs) and with argon laser trabeculoplasty (ALT). We took these eight RCTs as reference base and calculated their success rates where they were not given. Other articles were added to elaborate on technique and side effects. Results: Mean intraocular pressure (IOP) reduction after SLT was 3.8-8.0 mmHg after 6 months to 1 year. Mean success rate of SLT at 6 months to 1 year is 55-82 %. Higher IOP before laser predicts a higher IOP-lowering effect. In terms of mean IOP reduction, reduction in number of medications and treatment success, the effect of SLT was found to show no clinically relevant difference from that of contemporary medication (prostaglandin analogs) and from ALT. Conclusions: The evidence indicates that SLT is an efficacious primary or adjunctive therapy for treating glaucoma

    Production of T. gondii transgenic strains to characterize the tubulin cofactor B interactome

    Get PDF
    Projeto "Characterization of the T. gondii TBCB interactome" (UID/CVT/00276/2019)Mestrado em Tecnologias Moleculares em SaúdeToxoplasma gondii é um parasita intracelular obrigatório que infeta a maioria dos animais, apresentando uma distribuição mundial. Este apresenta duas fases no seu ciclo de vida: uma fase assexual (que ocorre no interior do hospedeiro intermediário) e uma fase sexual (que ocorre no interior do hospedeiro definitivo). O parasita apresenta uma morfologia eucariótica clássica, sendo uma célula altamente polarizada. De entre as suas estruturas, o complexo apical é uma estrutura essencial para a patogenicidade e sobrevivência do parasita, uma vez que apresenta várias estruturas (como o conoide e os microtúbulos sub-peliculares) que apresentam uma elevada importância ao nível da invasão da célula do hospedeiro. O cofator B da tubulina (TBCB) é uma proteína envolvida nas vias de folding e degradação da tubulina, com mecanismos mal caracterizados em T. gondii, e em que a sua expressão pode estar relacionada com as taxas de invasão e saída da célula. Por este motivo, o grande objetivo é caracterizar o interactoma do TBCB e para isto iremos utilizar o sistema de BioID, que permite usar biotinilação por proximidade das proteínas, para determinar os mecanismos de ação do TBCB. Para isso, pretendemos com este trabalho produzir estirpes transgénicas de T. gondii que expressem BirA em fusão com TBCB (BirA_TBCB) e apenas BirA.ABSTRACT - Toxoplasma gondii is an obligate intracellular parasite infecting almost all warm-blooded animals, with a worldwide distribution. It presents two phases in its life cycle: an asexual phase (within the intermediate host) and a sexual phase (within the definitive host). The parasite exhibits a classic eukaryotic morphology, being a highly polarized cell. Among its structures, the apical complex is an essential structure for parasite pathogenicity and survival, as it presents several structures (as conoid and sub-pellicular microtubules) that play an important role in host cell invasion. Tubulin cofactor B (TBCB) is a protein involved in α-tubulin folding and degradation pathway, with a poorly characterized mechanism, that its expression might be related to invasion and egress levels. For this reason, we aim to characterize the TBCB interactome and with that objective we pretend to use the BioID method, which allows using proximity-dependent biotin identification of proteins, to determine TBCB mechanisms of action. For that, we aim to produce T. gondii transgenic strains expressing BirA in fusion with tubulin cofactor B and only BirA.N/

    KAJIAN SUHU PERMUKAAN LAUT BERDASARKAN DATA CITRA SATELIT NOAA-AVHRR DAN DATA ARGO FLOAT DI PERAIRAN SELATAN JAWA

    Get PDF
    Sea surface temperature is one of the important oceanographic parameters, sea surface temperature in the southern sea of Java, including one of the sea that get the influence of the monsoon system which causes sea surface temperatures in the southern sea of Java are always changing. The aim this study was to determined sea surface temperature in southern sea of Java based on NOAA-AVHRR image data analysis and Argo Float analysis, the difference in sea surface temperature from NOAA-AVHRR image data with Argo Float. This research was conducted with image processing method from 7 NOAA-AVHRR image data of type level 1B, processed sea surface temperature algorithm by McMillin & Crosby. Argo Float is processed with Ocean Data Software View Version 4.7.3. to get temperature profile and the top layer temperature is assumed be sea surface temperature from Argo Float. The results of this study indicate the value of sea surface temperature from NOAA-AVHRR image is lower than Argo Float data with a difference of 1.01 ° C to 1.41 ° C at 7 observation data

    EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TS-TS) DAN THREE STEP INTERVIEW (TSI) PADA MATERI RELASI DAN FUNGSI DITINJAU DARI KECERDASAN LOGIS MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI SE-KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2016/2017

    Get PDF
    Ervina Yulias Veva. 2017. Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TS-TS) dan Three Step Interview (TSI) pada Materi Relasi dan Fungsi Ditinjau dari Kecerdasan Logis Matematis Siswa Kelas VIII SMP Negeri se-Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2016/2017. TESIS. Pembimbing: Prof. Dr. Budiyono, M.Sc. Kopembimbing: Dr. Riyadi, M.Si. Program Studi Magister Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan: 1) manakah yang memberikan prestasi belajar matematika lebih baik antara siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS, model pembelajaran kooperatif tipe TSI, atau model pembelajaran langsung; 2) manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik antara siswa yang memiliki kecerdasan logis matematis tinggi, sedang, atau rendah; 3) pada masing-masing tingkat kecerdasan logis matematis (tinggi, sedang, atau rendah), manakah yang memberikan prestasi belajar matematika lebih baik antara siswa yang diberi pembelajaran dengan model pembelajaran TS-TS, model pembelajaran TSI, atau model pembelajaran langsung; 4) pada masing-masing model pembelajaran (TS-TS, TSI, dan pembelajaran langsung), manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika lebih baik antara siswa yang mempunyai kecerdasan logis matematis tinggi, sedang, atau rendah. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu dengan desain faktorial 3×3. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri se-Kabupaten Karanganyar tahun pelajaran 2016/2017. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik stratified cluster random sampling. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah tes prestasi belajar matematika dan tes kecerdasan logis matematis. Sebelum digunakan untuk pengumpulan data, instrumen tes telah diujicobakan terlebih dahulu. Penilaian validitas isi dilakukan oleh validator. Uji reliabilitas instrumen tes menggunakan rumus KR-20 dan daya pembeda menggunakan rumus korelasi momen produk dari Karl Pearson. Uji keseimbangan menggunakan uji ANAVA satu jalan. Uji prasyarat meliputi uji normalitas menggunakan metode Lilliefors dan uji homogenitas menggunakan metode Bartlett. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji ANAVA dua jalan dengan sel tak sama dan dilanjutkan uji komparasi rerata dengan metode Scheffe’ jika hipotesis nol ditolak. Berdasarkan uji hipotesis diperoleh kesimpulan sebagai berikut. 1) Model pembelajaran TS-TS sama efektifnya dengan model pembelajaran TSI pada prestasi belajar matematika siswa, sedangkan prestasi belajar matematika siswa yang dikenai model pembelajaran TS-TS dan TSI lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa yang dikenai model pembelajaran langsung pada materi relasi dan fungsi. 2) Prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai kecerdasan logis matematis tinggi lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai kecerdasan logis matematis sedang dan rendah, dan prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai kecerdasan logis matematis sedang lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai kecerdasan logis matematis rendah pada materi relasi dan fungsi. 3) Pada siswa yang mempunyai kecerdasan logis matematis tinggi, model pembelajaran TS-TS sama efektifnya dengan model pembelajaran TSI pada prestasi belajar matematika siswa, dan siswa yang dikenai model pembelajaran TS-TS dan TSI lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa yang dikenai model pembelajaran langsung pada materi relasi dan fungsi. Pada siswa yang mempunyai kecerdasan logis matematis sedang, model pembelajaran TS-TS, TSI, dan pembelajaran langsung memberikan efek yang sama terhadap prestasi belajar matematika pada materi relasi dan fungsi. Pada siswa yang mempunyai kecerdasan logis matematis rendah, model pembelajaran TS-TS, TSI, dan pembelajaran langsung memberikan efek yang sama terhadap prestasi belajar matematika pada materi relasi dan fungsi. 4) Pada model pembelajaran TS-TS, prestasi belajar matematika siswa dengan kecerdasan logis matematis tinggi lebih baik daripada siswa dengan kecerdasan logis matematis rendah. Prestasi belajar matematika siswa dengan kecerdasan logis matematis tinggi dan sedang mendapatkan prestasi yang sama, serta prestasi belajar matematika siswa dengan kecerdasan logis matematis sedang dan rendah mendapatkan prestasi yang sama. Pada model pembelajaran TSI, prestasi belajar matematika siswa dengan kecerdasan logis matematis tinggi lebih baik daripada siswa dengan kecerdasan logis matematis rendah. Prestasi belajar matematika siswa dengan kecerdasan logis matematis tinggi dan sedang mendapatkan prestasi yang sama, serta prestasi belajar matematika siswa dengan kecerdasan logis matematis sedang dan rendah mendapatkan prestasi yang sama. Pada model pembelajaran langsung, prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai kecerdasan logis matematis tinggi, sedang, dan rendah mendapatkan prestasi yang sama. Kata Kunci: Two Stay Two Stray (TS-TS), Three Step Interview (TSI), Model Pembelajaran Langsung, Kecerdasan Logis Matemati
    corecore