TINJAUAN TERHADAP POTENSI PENGGUNAAN UMBI YAKON (Smallanthus sonchifolius) SEBAGAI PEMANIS ALAMI DALAM PRODUK PANGAN

Yakon (Smallanthus sonchifolius) merupakan salah satu bahan pangan yang memiliki banyak manfaat kesehatan, namun masih sedikit masyarakat yang mengetahui tentang khasiat tanaman ini. Bagian umbi dari tanaman yakon dapat diolah menjadi pemanis alami sebagai alternatif pengganti gula dalam bentuk sirup karena adanya kandungan fruktooligosakarida (FOS) pada umbi yakon yang berperan sebagai senyawa utama yang memberi rasa manis. Pemanis alami ini cocok dikonsumsi oleh para penderita diabetes karena tidak mempengaruhi kadar glukosa darah. Hal ini tentu memberikan akses yang lebih luas kepada para penderita diabetes sehingga tetap dapat mengkonsumsi produk pangan dengan rasa manis tanpa adanya efek samping yang berbahaya. Oleh karena itu, pengulasan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui lebih lanjut mengenai potensi umbi yakon sebagai alternatif pemanis alami, metode pengolahan umbi yakon dalam pembuatan pemanis alami, serta potensi aplikasi pemanis yakon dalam berbagai produk pangan. Pengulasan ini diawali dengan analisis kesenjangan yang kemudian dilanjutkan dengan pembuatan diagram fishbone, pengumpulan dan penyaringan literatur, lalu diakhiri dengan analisis dan tabulasi data. Dari pengulasan ini diketahui bahwa senyawa FOS merupakan kandungan utama pada umbi yakon yang menghasilkan rasa manis sehingga umbi yakon memiliki potensi yang tinggi untuk dikembangkan menjadi alternatif pemanis alami pengganti gula. Metode pengolahan umbi yakon dalam pembuatan pemanis alami terdiri dari tahapan seleksi bahan baku dan pencucian, pengupasan kulit dan pemotongan, ekstraksi jus, penyaringan, evaporasi, pemekatan akhir, dan pengemasan ke dalam botol. Selain itu, berdasarkan ulasan ini, pemanis yakon juga memiliki potensi yang cukup tinggi untuk diaplikasikan ke berbagai produk pangan sebagai penambah cita rasa. Namun, penelitian mengenai proses pembuatan pemanis alami berbasis umbi yakon serta aplikasinya dalam produk pangan masih belum banyak ditemukan sehingga pengulasan hanya terbatas dari beberapa sumber. Oleh karena itu, dapat dilakukan penelitian yang lebih banyak lagi mengenai pembuatan pemanis alami berbasis umbi yakon serta aplikasinya dalam berbagai produk panga

Manajemen sarana dan prasarana pendidikan dalam meningkatkan kreativitas siswa di sekolah berbasis multiple intelligence SD Plus Al Kautsar

INDONESIA: Manajemen sarana dan prasarana merupakan kegiatan melalui perencanaan, pengadaan, penginventarisasian, penggunaan, penyimpanan dan penghapusan. Kreativitas siswa merupakan suatu kemampuan peserta didik untuk menciptakan suatu inovasi dalam proses pengembangan diri. Sedangkan multiple intelligence adalah kecerdasan majemuk yang berorientasi untuk memecahkan permaslaahan. Penelitian ini membahas manajemen sarana dan prasarana pendidikan dalam meningkatkan kreativitas siswa di sekolah berbasis multiple intelligence SD Plus Al-Kautsar. Peneliti melakukan penelitian di SD Plus Al Kautsar dikarenakan ketertarikan peneliti terhadap manajemen sarana dan prasarana yang di implementasikan melalui nilai multiple intelligence dalam menunjang pembelajaran peserta didik. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Adapun pengumpulan data menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Sedangkan analisis data dilakukan melalui model analisis data Miles and Huberman yang terdiri dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menampilkan jawaban dari fokus penelitian terkait manajemen sarana dan prasarana pendidikan dalam meningkatkan kreativitas siswa di sekolah berbasis multiple intelligence SD Plus Al-Kautsar. Dari penelitian yang dilakukan. Hasil penelitian ini adalah: 1) Perencanaan sarana dan prasarana meliputi a) menampung analisis kebutuhan, b) penyusunan dalam jurnal untuk pendataan sarana dan prasarana, c) memadukan kebutuhan serta perlengkapan sebelumnya, d) memadukan kebutuhan dengan anggaran, e) penetapan rencana pengadaan, 2) pengadaan sarana dan rasarana meliputi a) analisa kebutuhan dan fungsi sarana dan prasarana, b) klasifikasi sarana dan prasarana sekolah, c) pembuatan proposal 3) inventarisasi sarana dan prasarana meliputi a) pendataan secara rutin dari tim sarana dan prasarana sekolah, b) pendataan berupa buku inventarisasi di setiap ruang prasarana,c) pemanfaatan media digital untuk catatan inventarisasi tiap bulan, dan 4) Implementasi sarana dan prasarana dalam menunjang multiple intelligence untuk kreativitas siswa berupa fasilitas pojok baca, perpustakaan, lab Komputer, lab IP, ruang seni, kolam renang, green house dan sebagainya. ENGLISH: Management of facilities and infrastructure is an activity through planning,procurement, inventory, use, storage and elimination. Student creativity is an ability of students to create an innovation in the process of self-development. While multiple intelligences are multiple intelligences that are oriented to solving problems. This study discusses the management of educational facilities and infrastructure in increasing student creativity in multiple intelligence-based schools at SD Plus Al-Kautsar. Researchers conducted research at SD Plus Al Kautsar due to the researchers' interest in the management of facilities and infrastructure which was implemented through the value of multiple intelligences in supporting student learning. This research uses descriptive qualitative method. The data collection used the interview, observation, and documentation methods. Meanwhile, data analysis was carried out through the Miles and Huberman data analysis model consisting of data collection, data reduction, data presentation, and drawing conclusions. The results of this study show answers from the focus of research related to the management of educational facilities and infrastructure in increasing student creativity in multiple intelligence-based schools at SD Plus Al-Kautsar. From the research conducted. The results of this study are: 1) Planning for facilities and infrastructure includes accommodating needs analysis, compilation in journals for data collection of facilities and infrastructure, integrating needs and previous equipment, integrating needs with budget, determining procurement plans, 2) Procurement of facilities and infrastructure includes needs analysis and function of facilities and infrastructure, classification of school facilities and infrastructure, making proposals 3) Inventory of facilities and infrastructure includes routine data collection from the school facilities and infrastructure team, data collection in the form of inventory books in each infrastructure room, use of digital media for inventory records every month, and 4 ) Implementation of facilities and infrastructure to support multiple intelligence for student creativity in the form of reading corner facilities, libraries, computer labs, science labs, art rooms, swimming pools, green houses and etc. ARABIC: إدارة المرافق والبنية التحتية هي نشاط من خالل التخطيط والمشتريات والجرد واالستخدام والتخزين والتخلص. إبداع الطالب هو قدرة الطالب على خلق ابتكار في عملية التطويالذاتي. في حين أن الذكاءات المتعددة هي ذكاءات متعددة موجهة لحل المشكالت. تناق الدراسة إدارة المرافق التعليمية والبنية التحتية في زيادة إبداع الطالب في مدارس ذكاء متعددة في مدرسة الكوتسار االبتدائية. أجرى الباحثون بحثا في مدرسة الكوتسار االبتدائية بسبب اهتمام الباحثين بإدارة المرافق والبنية التحتية التي تم تنفيذها من خالل قيمة الذكاء المتعدد في دعم تعلم الطالب. يستخدم هذا البحث المنهج الوصفي النوعي. استخدم جمع البيانات أساليب المقابلة والمالحظة والتوثيق. وفي الوقت نفسه ، تم إجراء والذي يتكون تحليل البيانات من خالل نموذج تحليل بياناتمن جمع البيانات وتقليل البيانات وعرض البيانات واستخالص النتائج. تظهر نتائج هذه الدراسة إجابات من تركيز البحث المتعلق بإدارة المرافق التعليم والبنية التحتية في زيادة إبداع الطالب في مدارس الذكاء المتعددة في مدرسة الكوتسر االبتدائية. من البحث الذي أجري. نتائج هذه الدراسة هي: ١ ) يشمل التخطيط للمرافق والبنية التحتية استيعاب تحليل االحتياجات ، والتجميع في المجالت لجمع بيانات المرافق والبنية التحتية ، ودمج االحتياجات والمعدات السابقة ، ودمج االحتياجات مالميزانية ، وتحديد خطط الشراء ، ٢ ) شراء المرافق والبنية التحتية تشمل تحليل االحتياجات ووظيفة المرافق والبنية التحتية ، وتصنيف مرافق المدرسة والبنية التحتية ، وتقدي مقترحات ٣ ) يشمل جرد المرافق والبنية التحتية جمع البيانات الروتينية من مرافق المدرسة وفريق البنية التحتية ، وجمع البيانات في شكل دفاتر جرد في كل منها غرفة البنية التحتية ، واستخدام الوسائط الرقمية لسجالت المخزون كل شهر ، و ٤ ) تنفيذ المرافق والبنية التحتية لدعم الذكاء المتعدد إلبداع الطالب في شكل مرافق ركن القراءة ، والمكتبات ، ومختبرات الكمبيوتر ، والمختبرات ، وغرف الفن ، وحمامات السباحة ، .واألخضر منازل وهلم جر

Amphibole: A major carrier of helium isotopes in crustal rocks

The first evidence for a specific role of amphiboles in He isotope balance of crustal rocks was presented in early contributions by Gerling et al. (1971, 1976). Since then it was shown that 4He and 3He concentrations in amphiboles generally exceed those in the host rock samples. Recently amphibole was considered as an important carrier of noble gases and other volatiles components in the course of their subduction into the mantle. This paper presents new data on the balance and mobility of noble gas isotopes and major gas constituents in amphibole separates in order to understand sources and evolution of volatile components of 2666 Ma old alkaline granites from Ponoy massif (Kola Peninsula), which underwent metamorphism 1802 Ma ago.In the amphiboles 3He, 4He and 40Ar* were dominantly produced in situ due to radioactive decay of the parent isotopes and associated nuclear reactions. A small fraction of He (≈ 3% of the total) is liberated by crushing and shows 3He/4He ratio indistinguishable from that found by total extraction. The fraction of trapped 40Ar* amounts to ≈ 40%; both these fractions presumably occupy fluid inclusions and show rather low 4He/40Ar* ≈ 0.1, a factor of ≈ 150 below the production ratio (calculated assuming no loss / gain of the species has happened since the time of metamorphism).3He has been better preserved in amphiboles compared with 4He: the retention parameter (measured amount of He / totally produced amount) for 3He (≈ 0.4) exceeds that for 4He (≈ 0.15).He extraction by fast and slow linear heating of amphiboles resulted in different release patterns. The fast heating (within 12 to 40 °C min− 1) revealed a superposition of two peaks. When heating with slower heating rate (below 8 °C min− 1) was applied, the high-temperature peak disappeared (the “disappearing site”). Extractions of He atoms from grain and powder samples at different heating rates have shown that: (1) the “disappearing site” is revealed by the fast heating analyses of different amphibole samples but not only those from the Ponoy massif; (2) amount of He liberated from the “disappearing site” is variable and generally much less than the total amount of He in the sample; (3) analysis of the powder produced in the crushing experiments never reveals the “disappearing site”; the temperature of He release from the powder is lower than that from the mm grain size sample by ≈ 50 °C. Possible explanations of the nature of the “disappearing site” are discussed. However, independently on nature of this effect, repeated gas extractions by heating at different rates would give additional information about structure and its transformation during heating of amphiboles.The simplest explanation of the observed abundances of noble gas isotopes in the amphibole separates from Ponoy granites suggests local production, redistribution and partial loss of noble gases during evolution of the massif

Bimbingan Belajar Kepada Siswa/Siswi SMAS Dharma Karya Beringin

Meningkatkan minat belajar dan minat membaca siswa dimulai dari adanya kegiatan Bimbingan Belajar melalui Pengabdian Kepada Masyarakat yang dilakukan oleh Universitas. Dilihat dari adanya masalah belajar yang dialami oleh peserta didik disekolah sehingga minat belajar dan juga membaca mereka menurun diakibatkan karena terpengaruh oleh gadget. Kegiatan bimbingan belajar ini memberikan dampak positif bagi peserta didik maupun tenaga pendidik untuk mampu meningkatkan minat belajar dan minat membaca siswa/i di SMAS Dharma Karya Beringin. Tujuanya adalah supaya siswa/i SMAS Dharma Karya Beringin mendapatkan pengetahuan baru dan  mendapatkan bimbingan belajar gratis sehingga memotivasi mereka  untuk meningkatkan minat belajar dan membaca serta menambah pengetahuan dan juga wawasan mereka. Observasi dilakukan secara langsung ke lapangan dan berinteraksi langsung dengan siswa/i dan melihat langsung kebutuhan yang diperlukan siswa/i dalam pembelajaran. Kegiatan ini telah memberikan dampak positif kepada semua pihak baik siswai/i SMAS Dharma Karya Beringin maupun mahasiswa PkM Universitas HKBP Nommensen Medan. Dimana siswa/i SMAS Dharma Karya Beringin semakin bersemangat dan termotivasi untuk belajar dengan kehadiran mahasiswa PkM ditengah – tengah mereka

Composition of Fluids Responsible for Gold Mineralization in the Pechenga Structure-Imandra-Varzuga Greenstone Belt, Kola Peninsula, Russia.

This study presents the first fluid inclusion data from quartz of albite–carbonate–quartz altered rocks and metasomatic quartzite hosting gold mineralization in the Pechenga structure of the Pechenga– Imandra–Varzuga greenstone belt. A temperature of 275–370°C, pressure of 1.2–4.5 kbar, and the fluid composition of gold-bearing fluid are estimated by microthermometry, Raman spectroscopy, and LA-ICP-MS of individual fluid inclusions, as well as by bulk chemical analyses of fluid inclusions. In particular, the Au and Ag concentrations have been determined in fluid inclusions. It is shown that albite–carbonate–quartz altered rocks and metasomatic quartzite interacted with fluids of similar chemical composition but under different physicochemical conditions. It is concluded that the gold-bearing fluid in the Pechenga structure is similar to that of orogenic gold deposits

Depletion and enrichment processes in the lithospheric mantle beneath the Kola Peninsula (Russia): Evidence from spinel lherzolite and wehrlite xenoliths

A suite of spinel lherzolite and wehrlite xenoliths from a Devonian kimberlite dyke near Kandalaksha, Kola Peninsula, Russia, has been studied to determine the nature of the lithospheric mantle beneath the northern Baltic Shield. Olivine modal estimates and Fo content in the spinel lherzolite xenoliths reveal that the lithosphere beneath the Archaean–Proterozoic crust has some similarities to Phanerozoic lithospheric mantle elsewhere. Modal metasomatism is indicated by the presence of Ti-rich and Ti-poor phlogopite, pargasite, apatite and picroilmenite in the xenoliths. Wehrlite xenoliths are considered to represent localised high-pressure cumulates from mafic–ultramafic melts trapped within the mantle as veins or lenses. Equilibration temperatures range from 775 to 969 °C for the spinel lherzolite xenoliths and from 817 to 904 °C for the wehrlites. Laser ablation ICP-MS data for incompatible trace elements in primary clinopyroxenes and metasomatic amphiboles from the spinel lherzolites show moderate levels of LREE enrichment. Replacement clinopyroxenes in the wehrlites are less enriched in LREE but richer in TiO2. Fractional melt modelling for Y and Yb concentrations in clinopyroxenes from the spinel lherzolites indicates 7–8% partial melting of a primitive source. Such a volume of partial melt could be related to the 2.4–2.5 Ga intrusion of basaltic magmas (now metamorphosed to garnet granulites) in the lower crust of the northern Baltic Shield. The lithosphere beneath the Kola Peninsula has undergone several episodes of metasomatism. Both the spinel lherzolites and wehrlites were subjected to an incomplete carbonatitic metasomatic event, probably related to an early carbonatitic phase associated with the 360–380 Ma Devonian alkaline magmatism. This resulted in crystallisation of secondary clinopyroxene rims at the expense of primary orthopyroxenes, with development of secondary forsteritic olivine and apatite. Two separate metasomatic events resulted in the crystallisation of the Ti–Fe-rich amphibole, phlogopite and ilmenite in the wehrlites and the low Ti–Fe amphibole and phlogopite in the spinel lherzolites. Alternatively, a single metasomatic event with a chemically evolving melt may have produced the significant compositional differences seen in the amphibole and phlogopite between the spinel lherzolites and wehrlites. The calculated REE pattern of a melt in equilibrium with clinopyroxenes from a cpx-rich pocket is identical to that of the kimberlite host, indicating a close petrological relationship