5 research outputs found

    Penyajian Iringan Wayang Othok Obrol Lakon Prasetya Adipati Karno Oleh Ki Subandi Dalam Pakeliran Gaya Kedu Selokromo

    Get PDF
    Skripsi yang berjudul “Penyajian Iringan Wayang Othok Obrol Lakon Prasetya Adipati Karno dalam Pakeliran Gaya Kedu Selokromo” membahas mengenai bentuk, struktur, dan garap. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan bentuk dan struktur garap dalam karawitan iringan Wayang Othok Obrol. Fokus pembahasan penelitian meliputi bentuk dan fungsi gending, struktur adegan dan sajian gending, serta garap penyajian. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan konsep pakeliran padat dan konsep garap. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Metode tersebut dilakukan dengan cara studi pustaka, wawancara, observasi dan dokumentasi. Wayang Othok Obrol merupakan bentuk pertunjukan wayang kulit yang termasuk dalam jenis pakeliran padat. Pertunjukan Wayang Othok Obrol lakon Prasetya Adipati Karno terbagi menjadi tiga (3) bentuk adegan yang terdiri dari jejer, adegan, dan strat. Iringan Wayang Othok Obrol mempunyai bentuk gending yang berbeda dengan bentuk gending pada umumnya. Hal tersebut terlihat dari tabuhan kolotomik yang terdiri dari ketuk, kenong, dan kempul. Iringan Wayang Othok Obrol terdiri dari gending khusus dan lagu glenukan. Gending khusus merupakan gending yang sudah dibakukan untuk mengiringi pertunjukan Wayang Othok Obrol. Gending tersebut terdiri dari Ayak obrol, Srepeg obrol, gending Kasatriyan dan Sampak titir. Adapun lagu atau glenukan merupakan bentuk iringan yang berfungsi sebagai pembentuk suasana adegan dalam pertunjukan Wayang Othok Obrol. Kunci kunci: karawitan, gending, Wayang Othok Obrol, glenuka

    Penyajian Iringan Wayang Othok Obrol Lakon Prasetya Adipati Karno oleh Ki Subandi dalam Pakeliran Gaya Kedu Selokromo

    Get PDF
    Penelitian ini berjudul “Penyajian Iringan Wayang Othok Obrol Lakon Prasetya Adipati Karno oleh Ki Subandi dalam Pakeliran Gaya Kedu Selokromo”. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan bentuk dan struktur garap dalam karawitan iringan Wayang Othok Obrol. Fokus pembahasan penelitian meliputi bentuk dan fungsi gending, struktur adegan dan sajian gending, serta garap penyajian. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, yang dilakukan dengan cara studi pustaka, wawancara, observasi, dan dokumentasi. Wayang Othok Obrol merupakan bentuk pertunjukan wayang kulit yang termasuk dalam jenis pakeliran padat. Pertunjukan Wayang Othok Obrol lakon Prasetya Adipati Karno terbagi menjadi tiga (3) bentuk adegan yang terdiri dari jejer, adegan, dan strat. Iringan yang digunakan memiliki bentuk gending yang berbeda dengan bentuk gending pada umumnya. Hal tersebut terlihat dari tabuhan kolotomik yang terdiri dari ketuk, kenong, dan kempul. Iringan Wayang Othok Obrol terdiri dari gending khusus dan lagu glenukan. Gending khusus merupakan gending yang sudah dibakukan untuk mengiringi pertunjukannya. Gending tersebut terdiri dari Ayak obrol, Srepeg obrol, gending Kasatriyan dan Sampak titir. Adapun Glenukan merupakan bentuk iringan yang berfungsi sebagai pembentuk suasana adegan dalam pertunjukan Wayang Othok Obrol.Presentation of the Wayang Othok Obrol Accompaniment of the Prasetya Adipati Karno play by Ki Subandi in the Kedu Selokromo Style PakeliranThis study is entitled "Presentation of the Othok Obrol Wayang Accompaniment of the Prasetya Adipati Karno Play by Ki Subandi in the Kedu Selokromo Style Pakeliran". The purpose of this research is to describe the form and structure of the work on the musical accompaniment of Wayang Othok Obrol. The focus of the research discussion includes the form and function of the piece, the structure of the scene and presentation of the piece, as well as the work on the presentation. The research method used in this research is descriptive analysis method, which is carried out by means of literature studies, interviews, observation, and documentation. Wayang Othok Obrol is a form of wayang kulit performance which is included in the solid type of puppetry. The performance of the Wayang Othok Obrol play by Prasetya Adipati Karno is divided into three (3) forms of scenes consisting of sequences, scenes and strat. The accompaniment used has a form that is different from the form of music in general. This can be seen from the colotomic wasp which consists of tap, kenong, and kempul. The accompaniment of the Wayang Othok Obrol consists of special renditions and glenukan songs. Special gending is a gending that has been standardized to accompany the performance. The pieces consist of Ayak obrol, Srepeg obrol, Kasatriyan and Sampak titir songs. The Glenukan is a form of accompaniment that functions as a setting for the atmosphere of the scene in the Wayang Othok Obrol performance

    MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS VII SMPN 9 TUNGKAL ULU

    Get PDF
    Penelitian ini membahas tentang bagaimana meningkatkan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning pada mata pelajaran IPA Kelas VII SMPN 9 Tungkal Ulu. Penelitian ini merupakan penelitian Tindakan Kelas (PTK). Analisis data dilakukan dengan analisis deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING dapat meningkatkan hasil belajar IPA Kelas VII SMPN 9 Tungkal Ulu. Hal ini dapat dilihat dari hasil penilaian pada pra siklus dengan rata-rata belajar siswa sebesar 61,27 dan ketuntasan siswa hanya 5 orang atau 23%. Pada siklus I rata-rata belajar siswa sebesar 71,09 dengan ketuntasan siswa 9 orang atau 41%. Pada siklus II rata-rata hasil belajar siswa mencapai 77,82 dengan kentutasan siswa sebanyak 13 siswa atau 59%. Selanjutnya pada siklus III rata-rata hasil belajar siswa mencapai 82,36 dengan ketuntasan siswa sebanyak 20 siswa atau 91%. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa meningkat dalam pembelajaran pada setiap siklusnya. Peningkatan hasil siswa dari pra siklus hingga siklus III sebesar 68% dengan tinggi.Hasil penelitian ini menyarankan agar guru menerapakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning dalam mempelajaran IPA

    PERBEDAAN PENGARUH MENGUNYAH ANTARA BUAH APEL MANALAGI (Malus sylvestris mill.) DAN BUAH PIR SHANDONG (Pyrus bretschneideri) TERHADAP PENURUNAN INDEKS PLAK (Kajian Pada Siswa Usia 9-12 Tahun di SD Muhammadiyah 11 Mangkuyudan Surakarta)

    Get PDF
    Intisari Karies merupakan penyakit yang disebabkan oleh interaksi antara bakteri, debris, plak, diet, serta gigi. Pencegahan karies dan peningkatan kesehatan gigi telah menjadi tujuan utama dalam merawat gigi sejak diketahui debris dan plak gigi yang menjadi faktor dominan penyebab terjadinya karies. Plak merupakan lapisan tipis yang tidak berwarna, tidak bisa dilihat mata secara langsung, melekat pada gigi dan membentuk kumpulan yang terdiri dari air liur, sisa makanan, jaringan mati, fibrinogen, mikroorganisme dan lain sebagainya. Pengedalian plak dapat dilakukan yaitu dengan cara mengkonsumsi makanan berserat seperti buah apel dan buah pir. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui perbedaan pengaruh mengunyah antara buah apel manalagi (Malus sylvestris mill.) dan buah pir shandong (Pyrus bretschneideri) terhadap penurunan indeks plak. Metode penelitian menggunakan quasi eksperimental dengan rancangan penelitian pre and post test group. Penelitian dilakukan di SD Muhammadiyah 11 Mangkuyudan Surakarta dengan subjek penelitian 60 siswa usia 9-12 tahun yang dibagi menjadi 2 kelompok perlakuan yaitu kelompok 1 mengunyah buah apel manalagi (Malus sylvestris mill.) dan kelompok 2 mengunyah buah pir shandong (Pyrus bretschneideri). Data indeks plak diperoleh dengan metode pengukuran PHP-M. Hasil penelitian menunjukan adanya penurunan rerata indeks plak (sebelum dan sesudah) mengunyah buah apel manalagi (Malus sylvestris mill.) dan buah pir shandong (Pyrus bretschneideri). Uji Independent Samples Test diperoleh hasil terdapat perbedaan signifikan antara (sebelum dan sesudah) mengunyah buah apel manalagi (Malus sylvestris mill.) dan buah pir shandong (Pyrus bretschneideri) p=0,000. Kesimpulannya terdapat pengaruh antara mengunyah buah apel manalagi (Malus sylvestris mill.) dan buah pir shandong (Pyrus bretschneideri) terhadap penurunan indeks plak dan mengunyah buah apel manalagi (Malus sylvestris mill.) lebih berpengaruh dibandingkan dengan mengunyah buah pir shandong (Pyrus bretschneideri) terhadap penurunan indeks plak

    Penyajian Iringan Wayang Othok Obrol Lakon Prasetya Adipati Karno Oleh Ki Subandi Dalam Pakeliran Gaya Kedu Selokromo

    No full text
    Skripsi yang berjudul “Penyajian Iringan Wayang Othok Obrol Lakon Prasetya Adipati Karno dalam Pakeliran Gaya Kedu Selokromo” membahas mengenai bentuk, struktur, dan garap. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan bentuk dan struktur garap dalam karawitan iringan Wayang Othok Obrol. Fokus pembahasan penelitian meliputi bentuk dan fungsi gending, struktur adegan dan sajian gending, serta garap penyajian. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan konsep pakeliran padat dan konsep garap. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Metode tersebut dilakukan dengan cara studi pustaka, wawancara, observasi dan dokumentasi. Wayang Othok Obrol merupakan bentuk pertunjukan wayang kulit yang termasuk dalam jenis pakeliran padat. Pertunjukan Wayang Othok Obrol lakon Prasetya Adipati Karno terbagi menjadi tiga (3) bentuk adegan yang terdiri dari jejer, adegan, dan strat. Iringan Wayang Othok Obrol mempunyai bentuk gending yang berbeda dengan bentuk gending pada umumnya. Hal tersebut terlihat dari tabuhan kolotomik yang terdiri dari ketuk, kenong, dan kempul. Iringan Wayang Othok Obrol terdiri dari gending khusus dan lagu glenukan. Gending khusus merupakan gending yang sudah dibakukan untuk mengiringi pertunjukan Wayang Othok Obrol. Gending tersebut terdiri dari Ayak obrol, Srepeg obrol, gending Kasatriyan dan Sampak titir. Adapun lagu atau glenukan merupakan bentuk iringan yang berfungsi sebagai pembentuk suasana adegan dalam pertunjukan Wayang Othok Obrol
    corecore