4 research outputs found

    Konsumsi Susu Formula Sebagai Faktor Risiko Kegemukan pada Balita di Kota Semarang

    Get PDF
    Latar belakang: Saat ini kegemukan telah banyak ditemukan pada umur dini, yakni mulai dari umur 0-5 tahun. Pemberian susu formula dengan kandungan energi dan protein yang tinggi pada awal pertumbuhan dapat meningkatkan risiko terjadinya kegemukan pada balita. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara konsumsi susu formula dengan kegemukan pada balita di Kota Semarang. Metode: Desain penelitian ini adalah kasus-kontrol. Subjek penelitian terdiri dari 27 subjek pada kelompok kasus dan 27 subjek pada kelompok kontrol dengan umur 2-5 tahun. Kriteria kegemukan menggunakan indikator z-score BB/TB. Waktu pertama pemberian susu formula dan berat rata-rata konsumsi susu formula diperoleh melalui kuisioner. Asupan energi, karbohidrat, protein dan lemak dihitung dengan formulir semi quantitative-food frequency questionaire (SQ-FFQ). Analisis bivariat menggunakan uji Chi-square. Analisis Multivariat menggunakan Regresi Logistik Ganda. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan 85.2% subjek pada kelompok kasus pertama kali mengonsumsi susu formula sebelum umur 6 bulan, sedangkan pada kelompok kontrol hanya 48.1%. Pada kelompok kasus, 77.8% subjek mengonsumsi susu formula >100 g/hari dibandingkan dengan kelompok kontrol hanya 33.3% dari subjek. Terdapat perbedaan pada waktu pertama pemberian susu formula (p= 0.004) dan konsumsi susu formula >100 g/hari (p= 0.001) antara kelompok kasus dan kelompok kontrol. Konsumsi susu formula >100 g/hari berhubungan secara signifikan dengan kegemukan pada balita setelah dikontrol dengan asupan energi, protein, karbohidrat dan lemak (p = 0.009). Balita yang mengonsumsi susu formula >100 g/hari berisiko 7 kali lipat mengalami kegemukan dibandingkan dengan balita yang mengonsumsi < 100 g/hari. Simpulan: Balita yang mengonsumsi berat rata-rata susu formula >100 g/hari berisiko 7.0 kali mengalami kegemukan

    Perubahan Karakteristik Bahan Pangan pada Keripik Buah dengan Metode Freeze Drying (Review)

    Get PDF
    Food processing is changing from thermal to non thermal process nowadays for non thermal process could maintain food quality including sensory and nutrition value. Freeze drying is a non thermal drying method using low temperature. The water content of the product is frozen from the water phase to ice phase and into gas phase (sublimation process) to control the pressure and temperature. There are some changes in food characteristic in fruit chips processing using freeze drying method In the physical charcteristic, there are geometry, mechanic, optical, and other physical value changes. In the physical charcteristic, geometry value, mechanic value, optical value, and other physical value changes, while in sensory characteristic a freeze drying method could maintain food colour, flavour,  texture and odor(aroma). Freeze drying could inhibit bacteria growth but could not kill the spores in microbiological characteristics. Furthermore, freeze drying could maintain vitamin, mineral and active compound in the product instead of thermal drying process.Keywords : freeze drying, non thermal, sensory, chemistry, physic, microbiologyABSTRAKProses pengolahan makanan saat ini beralih dari proses termal ke proses non termal. Hal ini disebabkan karena proses non termal dapat mempertahankan mutu pangan didalamnya, meliputi sensorik dan nilai gizinya. Pengeringan beku/freeze drying merupakan metode pengeringan non termal yang dilakukan dengan menggunakan suhu yang rendah. Kandungan air didalam produk dalam fase air dibekukan  menjadi fase padat (es) kemudian diubah menjadi fase udara dengan menggunakan prinsip sublimasi dengan mengendalikan suhu dan tekanannya. Terdapat perubahan karakteristik bahan pangan pada pengolahan keripik buah dengan metode freeze drying. Dari sifat fisik, meliputi perubahan sifat geometri, sifat mekanik, sifat optik dan sifat lainnya. Dilihat dari karakteristik sensorik proses pengeringan beku dinilai dapat mempertahkan sifat sensorik meliputi warna, rasa, tekstur dan aroma. Metode freeze drying dinilai dapat menghambat pertumbuhan bakteri, namun tidak dapat membunuh spora bakteri apabila dilihat dari karakteristik mikrobiologinya. Selanjutnya dari karakteristik kimia, diketahui metode freeze drying dinilai lebih baik dalam mempertahankan vitamin, mineral, dan bahan aktif di dalam produk dibanding dengan metode pengeringan dengan termal. Kata Kunci :freeze drying, non termal, sensorik, kimia, fisik, mikrobiolog

    Efektifitas dan Efisiensi Penggunaan Klorinator sebagai Sarana Pelarut Disinfektan di Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

    Get PDF
    Water is an important substances in the food industry. The quality of water that is used in the small Industry (UKM) generally has bad quality. This is caused by lack of knowledge and cost. The aim of the study was to evaluate effectiveness and efficiency of using chlorinator as disinfectan (chlorine) solvent in the small industry (UKM). This study used complete randomized design with 2 repetitions and  analyzed water quality before and after treatment. The parameters that was used was coliform and eschericia coli (e. coli) contaminant and total chlorine in the water. The cost efficiency was calculated with evaluate chlorine/m3. Results showed a decrease of coliform and E.coli (p<0.05), from 2,3 x105 cfu/100 ml to 0 cfu/ml for both. Furthermore, total chlorine after treatment showed no decrease significantly (p<0.05). The cost efficiency of using chlorinator was cheap, just  Rp. 916/m3. The use of chlorinator was effective to decrease total microbiology contaminant and can keep total chlorine concentration in the standard of water quality for hygiene and sanitation. Furthermore, chlorinator was also efficience in cost to be  implemented  in small industry (UKM

    Review Potensi Pemanfaatan Protein Hewani Hidrolisat untuk Penanganan Stunting

    No full text
    Stunting is a priority nutritional problem that must be resolved immediately because it can have an impact on an individual's quality of life in the future. Providing animal protein in the form of protein hydrolyzate is considered to be a breakthrough to overcome this problem. The complete amino acid content in protein hydrolyzate can influence the signaling of the mechanistic target of rapamycin complex 1 (mTORC1) which can improve individual growth and development. Protein hydrolyzate can be prepared chemically, microbiologically, and enzymatically. Protein hydrolyzate has a good level of safety and quality when used to intervene in stunting problems. This product can also be given alone or in combination with other ingredients through nutrification in various products. Therefore the use of protein hydrolyzate has the potential to be used as a product to overcome stunting problem
    corecore