11 research outputs found

    Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Anak Melalui Bercerita Dengan Gambar Seri (Penelitian Pada Anak Kelompok Usia 4-5 Tahun di KB Dahlia Sengon Tahun Pelajaran 2012/2013)

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa anak melalui metode bercerita dengan Gambar Seri pada anak kelompok usia 4-5 tahun di Kelompok Bermain Dahlia Sengon tahun pelajaran 2012/2013. Sebelum diberi tindakan, kemampuan berbahasa anak kurang sehingga guru mengupayakan alternatif pemecahannya. Solusi yang dilakukan pada pelaksanaan tindakan ini adalah bercerita dengan Gambar Seri. Subyek pelaksanaan tindakan adalah kelompok usia 4-5 tahun di kelompok Bermain Dahlia yang berjumlah 18 anak. Tehnik pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan melalui dua siklus. Prosedur dalam penelitian ini terdapat empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Indiktor kinerja dalam penelitian tindakan kelas ini adalah diharapkan melalui bercerita dengan Gambar Seri dapat meningkatkan kemampuan berbahasa anak pada anak di Kelompok Bermain Dahlia Sengon tahun pelajaran 2012/2013 meningkat minimal 75% dari 18 anak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan berbahsa anak sebelum diadakan tindakan sebesar 44,86%. Setelah dilakukan tindakan yaitu memerapkan metode bercerita dengan Gambar Seri pada siklus I kemampuan berbahasa anak meningkat menjadi 60,42% dan pada siklus II meningkat menjadi 77,92%. Dari penelitian ini melalui metode bercerita dengan Gambar Seri dapat meningkatkan kemampuan berbahasa anak pada kelompok usia 4-5 tahun di Kelompok Bermain Dahlia Sengo

    MIGRASI INTERNASIONAL TENAGA KERJA INDONESIA ASAL JAWA TIMUR STUDI TENTANG FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEBERHASILAN DAN KEGAGALAN TKI DI LUAR NEGERI

    Get PDF
    Meskipun banyak berita yang memilukan tentang TKI dalam dekade terakhir, tetapi ide untuk menghentikan pengiriman TKI ke luar negeri, bukanlah solusi yang cerdas, pada saat kondisi negara sarat pengangguran. Penelitian ini dikerjakan untuk menjawab pokok permasalahan tentang ; faktor-faktor apa yang menyebabkan sebagian TKI sukses di luar negeri, dan mengapa sebagian TKI gagal bekerja di luar negeri. Untuk tujuan itu, telah diwawancarai sebanyak 300 orang TKI yang sedang mudik dengan cam availability sampling di tiga kabupaten di Jawa Timur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, sebagian besar TKI bekerja secara legal dan sebagian kecil yang bekerja secara illegal di luar negeri. Faktor-faktor yang menyebabkan TKI sukses ; karena, jenis pekerjaan di negara tujuan cocok dengan keterampilan sebelumnya yang dimiliki TKI; gaji yang besar, dan pembayaran gaji tepat waktu. Sementara mereka yang gagal disebabkan oleh; gaji yang tidak pernah dibayar oleh majikan ; dan karena dipermainkan oleh Teikong dan Majikan, akhirnya dideportasi, serta karena, gaji habis untuk ganti rugi kerusakan barang milik Majikan saat bekerja

    Analisis Tentang Peran Lembaga Pendidikan Pra Sekolah (Taman Kanak-Kanak) Terhadap Pencapaian Prestasi Belajar Anak-Anak Di Sekolah Dasar

    Get PDF
    Penelitian ini dilakukan untuk menjawab permasalahan: (1) Apakah ada perbedaan prestasi belajar di jenjang SD (pada siswa yang sedang duduk di kelas 2) antara siswa yang pemah memperoleh pendidikan di TK dan siswa yang tidak pemah memperoleh pendidikan di TK; (2) Apakah faktor latar belakang status sosial-ekonomi orang tua berhubungan dengan tingkat prestasi belajar siswa di jenjang SD; (3) Apakah faktor umur siswa ketika masuk SD berhubungan dengan tingkat prestasi belajar siswa di jenjang SD dan (4) Apakah pola sosialisasi yang diterapkan orang tua di rumah pada anak berhubungan dengan tingkat prestasi belajar siswa SD. Tujuan penelitian ini adalah: (1) Mengetahui ada-tidaknya perbedaan prestasi belajar di jenjang SD antara siswa yang pemah memperoleh pendidikan di TK dengan siswa yang tidak pernah memperoleh pendidikan di TK; (2) Mengetahui faktor-faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi tinggi-rendahnya pre stasi belajar siswa di jenjang SD, seperti latar belakang status sosial-ekonomi orang tua siswa (SES), umur siswa ketika masuk di SD dan peran pendampingan anak di rumah atau lingkungan keluarga (pola sosialisasi yang diterapkan orang tualkeluarga pada anak); (3) Menguji secara statistikal tentang pengaruh dari keempat faktor di atas terhadap prestasi belajar siswa di jenjang SD dan ingin mengetahui faktor mana yang relatif paling berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa di SD. Di samping ingin menjawab permasalahan penelitian di atas, penelitian ini juga memiliki tujuan lain, yaitu ingin menguji pengaruh dua variabel bebas tambahan yang secara teoritis dan logis dapat menentukan juga tinggirendahnya prestasi belajar siswa, tetapi dua variabel tersebut tidak dicantumkan pada permasalahan penelitian, yaitu variabel: evaluasi orang tua dalam proses belajar siswa di sekolah dan variabel aspirasi orang tua pada pendidikan untuk anaknya. Penelitian ini bertipe eksplanasi atau mencari penjelasan dari suatu fenomena sosial yang dikonstrukstikan ke dalam model analisis. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebesar 192 orang yang diambil dari wilayah Kotamadya Surabaya dan Kabupaten Tuban. Tahapan pengambilan sampelnya adalah sebagai berikut: (1) ditetapkan dua jenis SD berdasarkan lokasinya, yaitu dipililh beberapa SD yang terletak di wilayah pemukiman penduduk berstrata menengah-atas dan beberapa SD yang terletak di wilayah pemukinan penduduk berstrata bawah; (2) Setelah ditetapkan beberapa SD maka langkah berikutnya adalah mendatangi sekolah-sekolah tersebut untuk menentukan sejumlah siswa yang akan diambil sebagai sampel. Sampel ditarik dengan menggunakan teknik systematic random sampling yang kerangka samplenya diambil dari data murid di masing-masig SD. Unit analisis dari penelitian ini adalah siswa dan orang tuanya. Data dikumpulkan dengan cara mendatangi responden dan melakukan wawancara terhadap orang tua siswa berdasarkan kuesioner terstruktur yang telah disusun terlebih dahulu. Data dianalisis dengan menggunakan paket program SPSS under Windows versi 7,5. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) tidak ada hubungan atau pengaruh antara pengalaman belajar siswa ketika di TK dengan tingkat prestasi belajamya di SD. Atau apabila dilakukan pembedaan antara siswa yang pemah bersekolah di TK dengan siswa yang tidak pemah bersekolah di TK, temyata siswa yang tidak pernah bersekolah di TK prestasi belajamya di SD cenderung sedang-sedang saja; (2) Fak.1or status sosialekonomi orang tua siswa cukup berpengaruh terhadap tingkat prestasi belajar siswa di SD; (3) Faktor umur siswa ketika pertama kali masuk SD tidak berhubungan atau tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa di SD; (4) Faktor pola sosialisasi orang tua pada anak di rumah temyata juga tidak berhubungan atau tidak berpengaruh terhadap tingkat prestasi akademis siswa di SD; (5) Faktor tingkat evaluasi orang tua dalam proses belajar siswa di sekolah temyata berhubungan atau cukup berpengaruh terhadap tingkat prestasi belajar siswa di SD; dan (6) Faktor tingkat aspirasi orang tua pada pendidikan untuk anaknya tidak berhubungan atau tidak berpengaruh terhadap tingkat prestasi akademis siswa di SD; (7) Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini dapat dikatakan cukup nyata dan memiliki arti bagi terbentuknya variabel tingkat prestasi belajar siswa di jenjang SD, meskipun hanya dua variabel bebas, yaitu variabel status sosial-ekonomi orang tua dan tingkat evaluasi orang tua dalam proses belajar siswa di sekolah, secara relatif berpengaruh terhadap tinggi-rendahnya prestasi belajar siswa di SD. Saran yang dapat diketengahkan dari hasil penelitian ini: (1) secara akademis, model analisis seperti yang telah digunakan dalam penelitian ini perIu diperbaiki, ditambah variabel bebasnya atau dirubah posisi dari masing-masing variabelnya, sehingga diperoleh serangkaian penjelasan yang dapat memprediksi sebab-sebab terjadinya perbedaan prestasi belajar di kalangan siswa SD. PerIu dilakukan upaya membuat model analisis lain, misalnya seperti menggunakan teknik analisis jalur, sehingga mungkin hasilnya akan lebih baik untuk menjelaskan rangkaian fenomena yang ada dalam model analisis; (2) Secara praktis, agar angka tinggal kelas (mengulang atau tidak naik kelas) dan angka drop out di kalangan siswa SD dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan, pihak guru atau Departemen Pendidikan Nasional perIu mengadakan penyadaran kepada orang tua untuk dapat bekerja sarna dengan pihak sekolah dalam hal memantaU perkembangan belajar anak, baik yang terjadi di sekolah maupun di rumah. Terbukti, dari hasil penelitian ini, bahwa orang tua yang sangat peduIi pada perkembangan belajar anak di sekolah, temyata anak-anaknya pun memiJiki prestasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang tua yang tidak atau kurang peduli

    KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KOPWAN (KOPERASI WANITA) DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DI PROVINSI JAWA TIMUR

    Get PDF
    Untuk memberi ruang dan meningkatkan potensi perempuan dalam aktivitas ekonomi dan sekaligus sebagai media bagi perempuan untuk beraktualisasi diri, Pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam beberapa tahun terakhir telah memutuskan untuk memfasilitasi dan mendorong pengembangan koperasi yang khusus dikelola oleh perempuan, atau yang lazim disebut Koperasi Wanita (Kopwan). Meski di berbagai daerah disadari telah banyak lembaga keuangan mikro (LKM) yang eksis dan telah pula banyak melibatkan partisipasi kaum perempuan dalam pengelolaannya, namun dengan memastikan wadah yang lebih terlindungi secara hukum, yakni koperasi, diharapkan ruang gerak kaum perempuan dalam lembaga koperasi dan kiprah kaum perempuan dalam bidang ekonomi dapat lebih dipercepat dan diperluas. Secara garis besar ada empat permasalahan yang dicoba dikaji, yaitu: (1) Sebagai Lembaga Keuangan Mikro, kendala dan situasi problematik apa sajakah yang dihadapi Kopwan dalam pengembangan dan pengelolaan modal usahanya?, (2) Bagaimana gambaran tentang mekanisme yang dikembangkan Kopwan di Jawa Timur dalam manajemen pengelolaan keuangan, aspek administrasi, produksi dan aspek pemasarannya?, (3) Sejauhmana keberadaan Kopwan di Jawa Timur mampu berperan dalam memenuhi kebutuhan sosial anggotanya, meningkatkan tingkat kesejahteraan anggota serta masyarakat di sekitarnya? Termasuk di sini, sejauhmana kehadiran Kopwan telah berperan sebagai media aktualisasi diri peran dan potensi perempuan?, dan (4) Sejauhmana kehadiran Kopwan di Jawa Timur telah mampu mendorong pertumbuhan usaha ekonomi kerakyatan di wilayahnya? Termasuk di sini, sejauhmana Kopwan mampu mandiri, bersaing dan menggantikan peran lembaga perkreditan informal yang acapkali merugikan masyarakat, seperti rentenir, bank thithil dan pengijon? Lokasi kajian, ditetapkan di dua daerah. yaitu: Kabupaten Malang dan Kabupaten Tuban. Dari masing-masing kabupaten, selain diwawancarai secara mendalam (in depth) sejumlah nara sumber atau informan yang terlibat langsung sebagai pengurus dalam pengelolaan Kopwan (Ketua, Bendahara dan Sekretaris), juga dilakukan wawancara kepada anggota Kopwan yang pernah merasakan manfaat atau memperoleh pinjaman modal usaha dari Kopwan di daerah masing-masing. Dari hasil kajian lapangan yang telah dilakukan, beberapa temuan pokok yang merupakan kesimpulan studi ini adalah: Pertama, sebagai lembaga keuangan mikro, faktor yang acapkali menghambat kinerja Kopwan dalam mendukung pengembangan UMKM dan upaya peningkatan kesejahteraan anggotanya di satu sisi adalah keterbatasan modal usaha yang dimiliki dan di sisi lain cara kerja rentenir atau pelepas uang lain yang umumnya sangat fleksibel, dan bersikap pro-aktif menjemput bola langsung mendatangi masyarakat ke rumah atau ke tempat kerja mereka. Meski sebagai modal awal dan tambahan modal selama ini Kopwan telah memperoleh kucuran dana hibah dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur, namun karena anggota yang harus dilayani dan yang membutuhkan bantuan pinjaman modal usaha jauh lebih besar jumlahnya, maka modal yang ada dan daya jangkau layanan Kopwan tetap saja masih belum memadai. Kedua, sebagai lembaga koperasi, manajemen pengelolaan keuangan Kopwan seringkali dihadapkan pada dilema antara mendahulukan efisiensi atau memilih lebih mendahulukan efektivitas pencapaian tujuan pendirian Kopwan. Sering terjadi pengurus Kopwan pada akhirnya lebih memilih mengembangkan pola pengelolaan yang mengedepankan efisiensi, yaitu memberikan pinjaman kepada anggota yang dinilai bisa memberikan jaminan bahwa mereka tidak akan menunggak cicilan pinjaman daripada memberikan pinjaman kepada anggota Kopwan yang dinilai riskan menunggak pembayaran cicilan pinjaman. Ketiga, bagi kaum perempuan di pedesaan kehadiran dan pendirian Kopwan di berbagai daerah, dalam batas-batas tertentu memang telah terbukti menjadi media yang fungsional bagi mereka untuk beraktualisasi diri di luar ranah domestik. Menjadi pengurus Kopwan, misalnya bagi sebagian kaum perempuan merupakan bentuk komitmen sekaligus kiprah mereka untuk beraktualisasi di ruang publik. Sementara itu, bagi kaum perempuan yang menjadi anggota Kopwan, kehadiran lembaga ini sedikitbanyak diakui juga telah merangsang tumbuhnya keterlibatan dan keberdayaan perempuan sebagai salah satu tiang penyangga ekonomi keluarga melalui berbagai kegiatan ekonomi kerakyatan yang mereka kembangkan berkat dukungan modal usaha dari Kopwan. Keempat, nilai lebih dan sekaligus keuntungan meminjam ke Kopwan adalah karena lembaga ini dinilai memiliki mekanisme kerja yang nyaris sama dengan lembaga kredit informal, tetapi dari segi beban suku bunga yang harus ditanggung jauh lebih ringan daripada jika masyarakat meminjam ke rentenir yang acapkali mematok beban suku bunga yang tinggi. Yang menjadi masalah sekarang: meski pun prosedur meminjam ke Kopwan dinilai mudah dan suku bunga pinjaman juga relatif kecil, tetapi pinjaman modal usaha yang diperoleh kaum perempuan dari Kopwan umumnya belum berperan optimal dalam mendukung upaya pengembangan kegiatan ekonomi kerakyatan. Selain sebagian pinjaman acapkali dimanfaatkan untuk kegiatan yang sifatnya konsumtif, tidak jarang terjadi anggota Kopwan yang memperoleh pinjaman modal usaha mengalami proses pengikisan modal karena usaha yang ditekuni berjalan stagnan, bahkan meengalami kemunduran. Sejumlah informan menuturkan bahwa di tengah iklim persaingan usaha yang makin ketat, prospek perkembangan UMKM cenderung terbatas, bahkan tak kuat bertahan hidup ketika harus menghadapi iklim yang makin kompetitif dan serbuan produk impor yang murah. Berikut sejumlah saran yang perlu diperhatikan Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk meningkatkan kinerja Kopwan adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengatasi kendala keterbatasan modal, selain menggandalkan diri pada dukungan kucuran dana dari pemerintah, para pengurus Kopwan sebaiknya juga menjajagi sumber-sumber dana lain yang potensial, semisal dari program CSR, program Community Development dari berbagai BUMN dan lain-lain --termasuk dukungan dana swamandiri-- dari masyarakat yang menjadi angota Kopwan agar dapat diperluass daya jangkau layanan Kopwan untuk memberi pinjaman modal usaha bagi anggotanya secara merata dan berkelanjutan. 2. Para pengurus Kopwan secara umum masih sangat membutuhkan pelatihanpelatihan dan pendampingan yang berkaitan dengan perbaikan pengelolaan atau manajemen pengelolaan koperasi secara professional. Kopwan idealnya dikelola secara sistematis, efisien dan efektif untuk memenuhi kebutuhan anggotanya. Manajemen yang profesional juga sekaligus dapat menjadi bekal kopwan bersaing dengan lembaga-lembaga sejenisnya. Di samping itu, Kopwan secara umum juga masih sangat membutuhkan pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan pengembangan usaha sehingga kopwan dapat meningkatkan kinerjanya dan memperbesar keuntungan bagi anggotanya. Pengembangan usaha untuk kopwan idealnya tidak saja dikaitkan dengan kebutuhan peran perempuan (domestic) tetapi juga idealnya dikaitkan dengan pengembangan potensi produktif anggota kopwan yang bermanfaat dalam memperkuat penyangga ekonomi keluarga sekaligus media bagi perempuan melakukan aktualisasi diri. 3. Ke depan, peran strategis Kopwan yang perlu dikembangkan, antara lain meliputi: (1) sebagai lembaga subtitutif untuk bersaing, dan bahkan mengganti peran lembaga perkreditan informal yang acapkali merugikan masyarakat karena membebani mereka dengan suku bunga yang mencekik leher, (2) sebagai lembaga pendukung perkembangan kegiatan ekonomi kerakyatan, dan (3) sebagai wadah bagi upaya pemberdayaan peran perempuan. Ketiga peran utama Kopwan ini, perlu memperoleh perhatian khusus agar dapat dijamin konsistensi dan keterpaduan dalam proses perkembangan Kopwan di berbagai daerah. 4. Dalam proses pembinaan dan pendampingan yang diberikan kepada para pengurus Kopwan di berbagai daerah seyogianya tidak hanya pendampingan untuk kepentingan perbaikan administrasi dan manajemen lembaga, tetapi juga pendampingan dalam rangka mendorong dan menfasilitasi pengembangan usaha produktif dari para anggota Kopwan agar kegiatan usaha yang dikembangkan Kopwan tidak hanya dalam bentuk simpan-pinjam, melainkan bisa pula dikembangkan untuk berbagai kegiatan produktif yang lain. 5. Sesuai dengan isi Undang-Undang Koperasi yang terbaru, perkembangan koperasi ke depan --tak terkecuali Kopwan-- diharapkan mengacu pada pengembangan salah satu bidang, yaitu produksi, konsumsi, jasa pelayanan dan jasa simpan-pinjam. Mulai saat ini, untuk menjamin kontinuitas perkembangan Kopwan di Jawa Timur seyogianya mulai dikondisikan untuk memilih salah satu bidang pengembangan, dan segera dilakukan pelatihan bagi pengurus Kopwan sesuai dengan bidang pengembangan koperasi yang dipilih. Pelatihan ini perlu segera dilakukan untuk membantu proses persiapan pengembangan Kopwan yang lebih spesifik, sesuai dengan kompetensi dan pilihan pengurus Kopwan itu sendiri (*).</descriptio

    Kebijakan Pengembangan Kopwan (Koperasi Wanita) Dan Pemberdayaan Perempuan Di Provinsi Jawa Timur

    Get PDF
    Untuk memberi ruang dan meningkatkan potensi perempuan dalam aktivitas ekonomi dan sekaligus sebagai media bagi perempuan untuk beraktualisasi diri, Pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam beberapa tahun terakhir telah memutuskan untuk memfasilitasi dan mendorong pengembangan koperasi yang khusus dikelola oleh perempuan, atau yang lazim disebut Koperasi Wanita (Kopwan). Meski di berbagai daerah disadari telah banyak lembaga keuangan mikro (LKM) yang eksis dan telah pula banyak melibatkan partisipasi kaum perempuan dalam pengelolaannya, namun dengan memastikan wadah yang lebih terlindungi secara hukum, yakni koperasi, diharapkan ruang gerak kaum perempuan dalam lembaga koperasi dan kiprah kaum perempuan bidang ekonomi dapat lebih dipercepat dan diperluas. Secara garis besar ada empat permasalahan yang dicoba dikaji, yaitu: (1) Sebagai Lembaga Keuangan Mikro, kendala dan situasi problematik apa sajakah yang dihadapi Kopwan dalam pengembangan dan pengelolaan modal usahanya?, (2) Bagaimana gambaran tentang mekanisme yang dikembangkan Kopwan di Jawa Timur dalam manajemen pengelolaan keuangan, aspek administrasi, produksi dan aspek pemasarannya?, (3) Sejauhmana keberadaan Kopwan di Jawa Timur mampu berperan dan memenuhi kebutuhan sosial anggotanya, meningkatkan tingkat kesejahteraan anggota serta masyarakat di sekitarnya? Termasuk di sini, sejauhmana kehadiran Kopwan telah berperan sebagai media aktualisasi diri peran dan potensi perempuan?, dan (4) Sejauhmana kehadiran Kopwan di Jawa Timur telah mampu mendorong pertumbuhan usaha ekonomi kerakyatan di wilayahnya? Termasuk di sini, sejauhmana Kopwan mampu mandiri, bersaing dan menggantikan peran lembaga perkreditan informal yang acapkali merugikan masyarakat, seperti rentenir, bank thithil dan pengijon

    Evaluasi Dampak Program Pengembangan Desa/Kelurahan Model Binaan Gerakan Terpadu Pengentasan Kemiskinan di Propinsi Jawa Timur, Tahun Anggaran 2008

    Get PDF
    Kemiskinan sudah sejak lama menjadi agenda permasalahan bagi negara-negara di dunia, baik negara maju maupun negara yang sedang berkembang. Seperti halnya negara berkembang lainnya, Indonesia meletakkan kemiskinan sebagai tujuan bagi pembangunan nasional. Semenjak kebijakan otonomi daerah diberlakukan di Indonesia pada awal tahun 2001 Jalu yaitu Undang-undang No.22 Tahun 1999 dan kemudian direvisi menjadi Undang-undang No. 32 Tahun 2004, Pemerintah Daerah telah memiliki kewenangan lebih luas untuk mengendalikan pembangunan di daerahnya masing-masing. Pendekatan pembangunan yang dipakai kemudian. berubah, yang awalnya meletakkan masyarakat sebagai obyek. pembangunan sekarang berubah menjadi subjek sekaligus obyek dari pembangunan. Untuk itu, berbagai kebijakan pengentasan kemiskinan dilaksanakan dengan prinsip desentralisasi, yaitu kebijakan pengentasan kemiskinan yang memberikan kepercayaan kepada masyarakat, yaitu kepada keluarga dan kelompok masyarakat miskin, lembaga swadaya masyarakat, dunia usaha dan masyarakat luas. Sebagai salah satu propinsi terpadat di Indonesia, Propinsi Jawa Tunur juga tidak luput dari permasalahan kemiskinan. Mengapa permasalahan kemiskinan ini seakan demikian sulit menemukan jalan keluar, padahal Pemerintah baik Pusat maupun daerah sudah sangat gencar mengeluarkan berbagai program untuk pengentasan kemiskinan. Beberapa program pengentasan kemiskinan yang telah dilakukan baik Pemerintah Pusat maupun Daerah antara lain adalah: program bantuan Beras untuk Keluarga Miskin (Raskin) dalam bidang pangan, Asuransi Kesehatan· Keluarga Miskin (Askeskin) dalam bidang kesehatan, Bantuan Langsung Tunai (BL T) untuk pengembangan usaha mikro, Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dalam bidang pendidikan, Program Alesi Mengatasi Dampak Kenaikan Bahan Bakar Minyak (PAM DKB), Jaring Pengaman Ekonomi SosiaI (JPES), Program Gerakan Terpadu Pengentasan Kemiskinan (Gerdu-Taskin) dibidang usaha, manusia dan lingkungan hingga yang bam diluncurkan tabun 2007 laIu yaitu Program Keluarga Harapan (PKH)

    MIGRASI INTERNASIONAL TENAGA KERJA INDONESIA ASAL JAWA TIMUR STUDI TENTANG FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEBERHASILAN DAN KEGAGALAN TKI DI LUAR NEGERI

    Get PDF
    Meskipun banyak berita yang memilukan tentang TKI dalam dekade terakhir, tetapi ide untuk menghentikan pengiriman TKI ke luar negeri, bukanlah solusi yang cerdas, pada saat kondisi negara sarat pengangguran. Penelitian ini dikerjakan untuk menjawab pokok permasalahan tentang ; faktor-faktor apa yang menyebabkan sebagian TKI sukses di luar negeri, dan mengapa sebagian TKI gagal bekerja di luar negeri. Untuk tujuan itu, telah diwawancarai sebanyak 300 orang TKI yang sedang mudik dengan cam availability sampling di tiga kabupaten di Jawa Timur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, sebagian besar TKI bekerja secara legal dan sebagian kecil yang bekerja secara illegal di luar negeri. Faktor-faktor yang menyebabkan TKI sukses ; karena, jenis pekerjaan di negara tujuan cocok dengan keterampilan sebelumnya yang dimiliki TKI; gaji yang besar, dan pembayaran gaji tepat waktu. Sementara mereka yang gagal disebabkan oleh; gaji yang tidak pernah dibayar oleh majikan ; dan karena dipermainkan oleh Teikong dan Majikan, akhirnya dideportasi, serta karena, gaji habis untuk ganti rugi kerusakan barang milik Majikan saat bekerja

    Role of Work Discipline and Work Environment on Employee Performance in Regional Public Hospital

    No full text
    Abstrak Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui pengaruh lingkungan kerja dan disiplin kerja terhadap kinerja pegawai Non PNS RSUD Budhi Asih. Penelitian ini menggunakan metode penelitian lapangan dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini dilakukan dengan unit analisis pegawai Non PNS RSUD Budhi Asih, dengan sampel sebanyak 100 orang. Metode sampling yang digunakan adalah non-probability sampling dengan teknik accidental sampling diperoleh responden sebanyak 100 responden, dengan teknik pengumpulan data adalah kuesioner. Metode pengolahan data menggunakan analisis regresi linear berganda menggunakan spss versi 26. Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa Lingkungan kerja dan disiplin kerja berpengaruh terhadap kinerja pegawai non pns RSUD Budhi Asih baik secara parsial maupun secara simultan. Kata Kunci: Lingkungan Kerja, Disiplin Kerja, dan Kinerja Pegawa

    PENANGANAN PENGANGGURAN TERDIDIK DI JAWA TIMUR

    No full text
    Keberhasilan pemerintah keluar dari situasi krisis ekonomi, dan mendongkrak kembali angka pertumbuhan ekonomi, ternyata hal itu tidak otomatis menyelesaikan persoalan kemiskinan dan pengangguran. Pada tahun 2012, di Indonesia angka pengangguran pemuda terdidik tercatat mencapai 41,81 persen dari total angka pengangguran nasional. Angka sebesar ini tentu sangat memprihatinkan, karena sedkit-banyak mencerminkan terjadinya mismatch antara kualifikasi lulusan dengan kebutuhan pasar kerja. Dalam penelitian yang dilaporkan ini, beberapa permasalahan yang dikaji adalah: (1) Bagaimana sebetulnya gambaran tentang peta permasalahan dan faktor penyebab meningkatnya jumlah pengangguran terdidik di Provinsi Jawa Timur?, (2) Kesulitan dan tantangan apa sajakah yang dihadapi para pencari kerja terdidik untuk memperoleh pekerjaan atau mengembangkan usaha yang sifatnya mandiri? Termasuk di sini, sejauhmana akses pengangguran terdidik terhadap sumber-sumber permodalan?, dan (3) Kebijakan dan strategi seperti apakah yang seharusnya dikembangkan untuk meningkatkan efektivitas penanganan pengangguran terdidik di Provinsi Jawa Timur? Kegiatan penelitian ini telah dilakukan di 2 kota/kabupaten terpilih yang ditengarai rawan atau tengah menghadapi permasalahan tenaga kerja, khususnya persoalan pengangguran terdidik, yaitu Kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo. Jumlah pengangguran terdidik yang diwawancarai dan digali aspirasinya, ditetapkan sebanyak 100 responden. Kriteria responden adalah: (1) dalam dua tahun terakhir, responden minimal pernah sekali mengalami masa-masa menganggur atau kehilangan mata pencaharian karena situasi pasar yang tidak kondusif, dan (2) berpendidikan minimal diploma atau sarjana. Berdasar hasil kajian yang dilakukan, beberapa temuan utama yang menjadi isu prioritas di balik fenomena meluasnya pengangguran terdidik adalah: Pertama, para sarjana dan Diploma walaupun mereka sebagian adalah jebolan dari PT-PT yang bergengsi, dan sebagian besar memiliki IPK di atas 3, ternyata hal itu bukan jaminan bakal dapat segera memperoleh pekerjaan yang diinginkan. Tidak sedikit lulusan PT ternyata kurang atau bahkan tidak menguasai bahasa Inggris, sehingga kurang memiliki kompetensi sebagaimana diharapkan pasar kerja. Sebagian besar lulusan PT juga tidak memiliki koneksi yang bisa dimanfaatkan untuk mencarikan pekerjaan, sementara di saat yang sama akses mereka pada sumbersumber permodalan juga kurang. Di tengah iklim persaingan mencari kerja yang makin kompetitif, akhirnya bisa dipahami jika sebagian lulusan PT akhirnya harus menganggur, baik untuk jangka waktu yang kurang dari setahun maupun lebih dari setahun. Kedua, para lulusan PT, dalam banyak kasus mereka adalah penambah daftar panjang jumlah pengangguran terdidik dan belum mampu memperlihatkan kemandirian dalam menciptakan lapangan kerja dan usaha bagi dirinya sendiri. Sebagian besar pengangguran terdidik umumnya pernah bekerja ikut orang lain, dan bukan owner dari usaha tertentu yang mereka kembangkan sendiri

    POTENSI DAN PROSPEK PENGEMBANGAN OBYEK DAN ATRAKSI WISATA BUDAYA PARIWISATA JAWA TIMUR Studi tentang kesan wisatawan mancanegara terhadap keberadaan dan kekhasan obyek dan atraksi wisata budaya pariwisata Jawa Timur

    Get PDF
    Masalah-masalah utama yang dikaji dalam penelitian ini adalah: (1) Obyek dan atraksi wisata budaya di Jawa Timur yang paling disukai wisatawan mancanegara; (2) Tujuan-tujuan wisata Jawa Timur yang pernah dikunjungi wisatawan mancanegara; (3) Penilaian wisatawan mancanegara terhadap keberadaan souvenir di daerah wisata Jawa Timur. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui selera atau keinginan wisatawan mancanegara terhadap potensi dan kekhasan wisata budaya pariwisata Jawa Timur. Wawancara telah dilakukan terhadap 100 responden (wisatawan mancanegara) yang ditemui di tempat wisata: Bromo, Halang dan Kabupaten Pasuruan. Sampel penelitian dipilih secara accidental sampling. Beberapa temuan pokok yang didapat dari penelitian ini adalah: (1) Para wisatawan mancanegara umumnya lebih tertarik pada daerah tujuan wisata yang memiliki keunikan dalam tata cara dan adat istiadat masyarakat setempat; (2) Sebagian besar para wisatawan mancanegara sedikit sekali melihat atraksi budaya yang khas dari daerah Jawa Timur; (3) Wisatawan mancanegara sudah banyak yang membeli souvenir untuk oleh-oleh pulang ke negaranya masing-masing. Jenis souvenir yang disukai oleh para wisman adalah patung ukir-ukiran, pakaian, dompet dan tas kulit. Namun para wisman wisata menganggap bahwa banyak keberadaan souvenir di daerah wisata di Jawa Timur belum memadai, dalam arti belum menunjukkan kekhasan budaya lokal masyakarat di daerah tujuan wisata yang dikunjungi
    corecore