13 research outputs found

    Pengembangan Metode Analisis Pestisida Pada Tanah Lahan Pertanian Menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (Kckt)

    Get PDF
    Penggunaan pestsida yang semakin meningkat untuk membasmi hama tanaman menyebabkan jumlah pestisida yang tertinggal dalam tanah semakin banyak. Adanya pestisida dalam tanah merupakan masalah serius karena dapat masuk ke dalam sistem lingkungan yang menyebabkan turunnya biodiversitas tanah dan bagi manusia menyebabkan masalah kesehatan seperti kanker, depresi, gangguan pernapasan, efek neurologik dan penyakit dermatologi. Tiga jenis pestisida yang digunakan untuk membasmi hama adalah pestisida diazinon yang merupakan pestisida dari golongan organofosfat, klorantraniliprol yang merupakan pestisida dari golongan organoklorin, dan karbamat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengoptimasi metode kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) untuk menentukan pestisida dalam sampel tanah yang dilakukan pada komposisi (% v/v) eluen asetonitril:air (80:20; 70:30; 60:40; 50:50; 40:60), laju alir (0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1,0 mL/min), dan panjang gelombang detektor UV (220 nm, 230 nm, 240 nm, 250 nm, 260 nm). Kondisi optimum ditentukan berdasarkan hasil pemisahan terbaik yang ditunjukan dengan karakteristik parameter KCKT antara lain intensitas optimum dari kromatogram komponen yang dipisahkan dan berdasarkan nilai resolusi (Rs), jumlah plat teori (N), faktor kapasitas (k’), dan selektivitas (α) dari kromatogram standar yang dipisahkan (diazinon, klorantraniliprol, dan karbamat). Selain itu juga, dalam penelitian ini dilakukan validasi metode KCKT yang meliputi, liniearitas, sensitivitas, limit of detection (LOD) dan limit of quantification (LOQ), ketepatan, dan ketelitan. Hasil optimasi metode diperoleh pada komposisi asetonitril:air (60:40), laju alir 0,4 mL/min, dan pada panjang gelombang 220 nm. Dari kondisi optimum yang diperoleh maka dilakukan analisis pestisida dalam sampel tanah. Analisis secara kualitatif dengan menggunakan dua cara, yaitu membandingkan waktu retensi puncak analit dari sampel tanah dengan waktu retensi standar dan juga dilakukan dengan cara menspike larutan standar yang sudah diketahui konsentrasi, dan mengamati penambahan luas puncak pada kromatogram sampel tanah pada waktu retensi yang sama dengan waktu retensi zat standar. Hasil validasi metode KCKT, diperoleh linieritas diazinon pada range konsentrasi 1-25 ppm dengan koefisien korelasi R2 = 0,9976, limit deteksi (LOD) sebesar 1,19, limit kuantifikasi (LOQ) sebesar 3,98. Sedangkan standar klorantraniliprol memberikan linieritas pada 0,2-5 ppm dan R2 = 0,9972, limit deteksi sebesar 0,39 dan limit kuantifikasi (LOQ) sebesar 1,29 dengan % recovery untuk kedua pestisida di atas 85%. Dengan demikian metode yang dikembangkan memenuhi persyaratan validasi untuk sampel alami. ii Berdasarkan kromatogram sampel tanah dan kromatogram sampel hasil spiking dengan standar diazinon dan klorantraniliprol, menunjukan tidak adanya kenaikan puncak yang berarti pada waktu retensi yang sama dengan waktu retensi standar yang dispike ke dalam ekstrak sampel tanah. Di mana setelah dilakukan analisis kuantitatif konsentrasi rata-rata diazinon dan klorantraniliprol dalam sampel tanah, yaitu 0,577 ppm untuk diazinon dan 0,007 ppm untuk klorantraniliprol Konsentrasi yang lebih rendah daripada batas deteksi dan batas quantifikasi kedua pestisida diazinon dan klorantraniliprol. Hal ini menunjukan bahwa dalam sampel tanah yang dianalisis tidak mengandung diazinon dan klorantraniliprol

    PENERAPAN EDIBLE COATING BERBAHAN GEL ALOE VERA UNTUK MEMINIMALISIR KERUSAKAN BUAH TOMAT DI KELOMPOK TANI OEMANAS, DESA NIAN, KABUPATEN TTU

    Get PDF
    Produksi buah tomat Kelompok Tani Oemanas di Desa Nian selama ini cukup tinggi waktu panen, akan tetapi teknik pengolahan dan pengawetan pasca panen masih sangat terbatas. Oleh karena itu perlu dilakukan tindakan pengendalian pematangan buah tomat melalui pelapisan menggunakan teknik coating berbasis bahan alam yang dapat dimakan (Edible coating/EC) untuk meminimalisir kerusakan buah tomat pasca panen. Beberapa metode yang diterapkan dalam kegiatan pengenalan dan penerapan edible coating dalam mengendalikan pematangan buah tomat yaitu melalui observasi, persiapan alat dan bahan, sosialisasi yang dilakukan melalui ceramah dan diskusi bersama, pembuatan dan penerapan edible coating yang dilakukan melalui demonstrasi tim pengabdian dan praktik secara mandiri oleh peserta sambil didampingi oleh tim, kemudian dilanjutkan dengan monitoring, evaluasi dan pelaporan. Hasil kegiatan menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan kelompok tani Oemanas dalam melapisi buah tomat hasil panen dengan edible coating berbasis gel Aloe vera.Kata kunci : edible coating, buah tomat, aloe vera, Nia

    PENGARUH VOLUME PELARUT PADA EKSTRAKSI MINYAK FEUN KASE (Thevetia peruviana) UNTUK SINTESIS METIL ESTER

    Get PDF
    Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif yang dapat diperbaharui. Biodiesel terdiri atas senyawa metil ester asam lemak yang disintesis melalui reaksi transesterifikasi minyak nabati atau lemak hewani dengan alkohol dan katalis. Masa depan biodiesel sebagai bahan bakar terletak pada kemampuan untuk menghasilkan bahan baku terbarukan yang bukan merupakan bahan baku pangan. Feun kase merupakan salah satu biomassa yang memiliki kandungan minyak pada bijinya. Tanaman ini terkenal beracun dan tidak dapat dikonsumsi sehingga diharapkan menjadi sumber yang memungkinkan sebagai bahan baku biodiesel. Penelitian ini mengkaji ekstraksi minyak feun kase dengan perbandingan berat bungkil dan volume pelarut untuk diperoleh rendemen tertinggi dan sintesis asam lemak menjadi metil ester melalui reaksi transesterifikasi. Prosedur kerja meliputi ekstraksi minyak, diikuti dengan degumming untuk menghilangkan partikel-partikel bukan minyak seperti karbohidrat, fosfatida dan pengotor lain yang tersuspensi di dalam minyak dalam bentuk gum. Reaksi transesterifikasi minyak feun kase menggunakan metanol dan katalis NaOH 1% w/w sebagai promotor reaksi. Reaksi transesterifikasi pada kondisi suhu konstan 60 selama 90 menit dengan pengadukan menggunakan magnetic stirrer. Ekstraksi minyak feun kase diperoleh dengan rendemen tertinggi yaitu 52,99% pada perlakuan optimum maserasi bungkil feun kase dengan waktu 60 menit, volume pelarut 1000 ml dan berat sampel 1500 gr. Maserasi dapat dilakukan dengan sampel yang sama sebanyak lima kali pengulangan. Proses degumming efisien menurunkan kekentalan minyak feun kase yaitu dari 19,72 cSt menjadi 18,73 cSt dan penurunan % asam lemak bebas dari 2,47% menjadi 1,62%. Minyak feun kase telah dikonversi menjadi metil ester (biodiesel) dengan rendemen sebesar 81,48%

    Ekstraksi Tanin dari Limbah Kulit Biji Asam dan Penggunaannya Sebagai Biomordan pada Pewarnaan Tenun Timor Secara Alami

    Get PDF
    Tannins from tamarind seed husk were extracted and applied as a biomordant for natural dyeing process of Timor woven fabrics. Tannins were extracted using hot distilled water, qualitatively and quantitatively analyzed and applied as a color binder to the woven fabrics. The color characteristics of woven fabrics with tannins were compared to the woven fabrics that mordanted with Al2(SO4)3 and FeSO4 at the concentration of 15%. Tamarind seed husk tannins are in the form of a brownish red powder. Qualitative and quantitative tests showed that tamarind seed coat contained condensed tannins with a total concentration of 70.08 ± 0.14%. Tannins identification by FT-IR spectroscopy showed a strong band absorption at 3369 cm-1 for O-H group and a weak absorption at 1721 cm-1 due to the C=O stretch. A strong absorption at 1611-1608 cm-1 was observed for C=C group in the aromatic ring and was strengthened with a strong absorption at 1520 cm-1, C-O-C group which is specific for condensed tannins was observed at 1285 cm-1. Application of 15% tannin as a biomordant without natural dye on Timor woven fabric produced a brownish red color, while the use of 15% tannin and turmeric dye showed a brownish yellow color. Tannin exhibited a better color fastness than metalic mordants in natural dyeing of Timor woven fabrics

    Analisis Kandungan Logam Berat Kromium (Cr) dalam Sedimen di Perairan Teluk Ambon Bagian Dalam

    Get PDF
    Analysis of Chromium (Cr) heavy metal content in sediment have been done at inner part of Ambon Bay by using Atomic Absorption Spectrofotometer (AAS). This analysis has been done in six sampling areas, they are : Galala (the first locations), Lateri (the second location), Negeri Lama (the third location), Waeheru (the fourth location), Poka (the fifth location), and Halong (the sixth location). The study aims to determine the content of chromium metal (Cr) in sediments at inner part of Ambon Bay. The analysis showed that the Cr metal content ranged from 33.68-191.74 mg/kg. The chromium (Cr) heavy metal content in sediments is mostly among the quality standards set by the ANZECC (Australian and New Zealand Environment and Conservation Council) in 2000, which is 80-120 mg/KgTelah dilakukan analisis kandungan logam berat kromium (Cr) dalam sedimen di Perairan Teluk Ambon Bagian Dalam dengan menggunakan alat Spektofotometer Serapan Atom (AAS) yang dilakukan pada 6 titik sampel, yaitu Lokasi I (Galala), II (Lateri), III (Negeri Lama), IV (Waeheru), V (Poka)  dan lokasi VI (Halong). Penelitian bertujuan untuk mengetahui kandungan logam kromium (Cr) dalam sedimen di perairan Teluk Ambon Bagian Dalam. Hasil analisis menunjukkan bahwa kandungan logam Cr berkisar antara 33,68 – 191,74 mg/kg. Kandungan logam berat Kromium (Cr) pada sedimen sebagian besar berada di antara baku mutu yang ditetapkan oleh ANZECC (Australian and New Zealand Environment and Conservation Council) Tahun 2000 yaitu sebesar 80-120 mg/Kg

    Education of making and distribution of betel leaves hand sanitizers to kefamenanu Pasar Baru sellers

    Get PDF
    The business’ level, lack of knowledge about the making process and use of hand sanitizers from natural ingredients caused sellers in Pasar Baru Kefamenanu do not apply the health protocols during transactions with buyers. Therefore, there needs to be educated about natural ingredients that can be used as hand sanitizers, the making process, and how to use them. Natural ingredients that are found in Kefamenanu are betel leaves. Education on making hand sanitizers from betel leaves helps sellers to be able to make their own hand sanitizers. The addition of aloe vera to betel leaves extract aims to make the liquid hand sanitizer becomes softer. While lime and perfume are to get rid of the betel leaves’ smell. The distribution of hand sanitizers that has been made can be an example of products from natural ingredients and the storage bottles provided can be used as a refill place for hand sanitizer

    Pencegahan Penularan COVID-19 Melalui Penguatan Perilaku Siswa dan Guru SDK Seoam 1 Eban Kecamatan Miomaffo Barat

    Get PDF
    Salah satu alasan sekolah masih belum dibuka secara penuh hingga kini adalah potensi terjadinya penularan melalui siswa-siswa yang berkumpul dalam waktu lama di ruang tertutup. Beberapa penelitian menunjukan bahwa menutup sekolah akan memperlambat perkembangan infeksi. Namun, langkah-langkah yang lebih luas seperti social distancing, terbukti memiliki efek pengendalian yang lebih besar. Risiko dari pembukaan sekolah akan bergantung pada seberapa baik sekolah mengendalikan penularan, misalnya dengan penggunaan masker dan membatasi okupansi. Oleh karena itu, perlu dilakukan kembali penguatan perilaku untuk mencegah penularan penyakit Covid-19 kepada siswa dan guru. Bentuk Kegiatan Pengabdian yang dilakukan adalah pembagian masker dan edukasi mengenai dampak penyakit Covid-19 kepada siswa dan guru SDK Seoam 1 Eban, Kefamenanu. Hasil dari kegiatan ini adalah para siswa dan guru dapat melakukan protokol kesehatan secara sadar dan benar yaitu melalui 3M: memakai masker, menjaga jarak dan menghindari kerumunan, serta mencuci tangan pakai sabun.   Kata Kunci: Covid-19, Protokol Kesehatan, Guru dan Sisw

    ANALISIS DIAZINON PADA TANAH LAHAN PERTANIAN MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

    No full text
    A method for the determination of diazinon in soil samples has been developed. The analyte was extracted with acetonitrile from farmland soil sample. Determination and quantification of diazinon were perfomed by high perfomance liquid chromatography (HPLC) with an UV detector. Optimum conditions for diazinon analysis were eluent composition of acetonitrile:water ratio of  60:40, 0.4 mL/min of flow rate, and 220 nm of wavelength. Under the optimum conditions, diazinon linearity was between 1 and 25 mgL-1  with R2 of 0.9976, 1.19 mgL-1 LOD, and 3.98 mgL-1 LOQ. When the method was applied to the soil sample, both pesticides showed acceptable recoveries for real sample of more than 85%: thus, the developed method meets the validation requirement. Under this developed method, the concentrations of diazinon in the soil samples were below the LOD and LOQ (0.577 mgL-1). Therefore, it can be concluded that the soil samples used in this study did not contain diazinon.Suatu metode untuk penentuan diazinon dalam sampel tanah telah dikembangkan. Analit diekstraksi dengan asetonitril dari sampel tanah pertanian. Penentuan dan kuantifikasi diazinon dilakukan dengan menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) dengan detektor UV. Kondisi optimal untuk analisis diazinon adalah komposisi eluen asetonitril: air 60:40, laju aliran 0,4 mL/menit, dan panjang gelombang 220 nm. Di bawah kondisi optimal, liniearitas diazinon pada konsentrasi 1-25 ppm dengan R2 mendekati 1 yaitu 0,9976. Batas deteksi (LOD) diazinon sebesar 1,19 ppm, sedangkan limit kuantifikasi (LOQ) diazinon sebesar 3,98 ppm. Ketika metode ini diterapkan pada sampel tanah, % recovery diazinon diatas 80%. Maka dapat dikatakan bahwa metode ini valid dan layak untuk analisis senyawa diazinon dalam tanah. Konsentrasi diazinon dalam sampel tanah berada di bawah LOD dan LOQ (0,577 mgL-1). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa sampel tanah yang digunakan dalam penelitian ini tidak mengandung diazinon

    Aktivitas Enzim Tanin Asil Hidrolase pada Kondisi Optimum Fermentasi Lactobacillus plantarum Menggunakan Tepung Ganyong (Canna edulis Kerr) sebagai Substrat

    No full text
    This study aimed to determine the activity of tannin acyl hydrolase enzyme produced under the optimum conditions of Lactobacillus plantarum fermentation using canna flour (Canna edulis Kerr) flour as substrate. The research process began with the production of tannin acyl hydrolase enzyme, then proceeded with the isolation of the crude enzyme and then the activity of the tannin acyl hydrolase enzyme were measured. The variations of inoculum volume in this study were 1 mL, 3 mL, and 5 mL, with 2 grams of substrate. The variation of pH used when testing the enzyme activity was pH 4, pH 5, pH 6, and pH 7, the temperature variations used were 35°C, 40°C, 45°C, and 50°C, while the incubation time variations were 12 hours, 24 hours, 36 hours, and 48 hours. The results showed that the highest activity of tannin acyl hydrolase enzyme was obtained at 1.13 U/mL at optimum pH of 6, 0.88 U/mL at optimum temperature of 45°C, and 0.89 U/mL for optimum incubation time of 36 hours.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas enzim tanin asil hidrolase yang dihasilkan pada kondisi optimum fermentasi Lactobacillus plantarum dengan substrat tepung ganyong (Canna edulis Kerr). Prosedur pengujian dimulai dengan produksi enzim tanin asil hidrolase, dilanjutkan dengan isolasi enzim kasar, dan diuji aktivitas tanin asil hidrolase. Variasi volume inokulum pada penelitian ini adalah 1 mL, 3 mL, dan 5 mL pada massa substrat 2 gram. Variasi pH yang digunakan untuk mengukur aktivitas enzim adalah pH 4, pH 5, pH 6, dan pH 7, dan variasi suhu yang digunakan adalah 35°C, 40°C, 45°C, dan 50°C, serta variasi waktu inkubasi adalah 12 jam, 24 jam, 36 jam, 48 jam. Hasil penelitian menunjukkan aktivitas enzim tanin asil hidrolase tertinggi diperoleh pada 1.13 U/mL pada pH optimum 6, 0.88 U/mL pada suhu optimum 45°C, dan 0.89 U/mL pada waktu inkubasi optimum 36 jam

    PELATIHAN PEMBUATAN ECO ENZYME DARI LIMBAH PERTANIAN DAN RUMAH TANGGA SEBAGAI PUPUK ORGANIK BAGI MASYARAKAT DI DESA TUBLOPO, KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA

    Get PDF
    This community service activity was implemented at the Sehati Banopo Farmers Group, Tublopo Village, South Bikomi District, North Central Timor Regency, East Nusa Tenggara Province. The purpose of this service is to: (1) increase the knowledge and skills of rural communities to produce Eco Enzyme products from agricultural and household waste, and (2) provide understanding to the community regarding the use of Eco Enzyme as an organic fertilizer capable of preserving land. The implementation of the activity uses a training method that begins with initial observations and discussions related to the technical implementation of activities, coordination of the service team with village communities, and socialization and training activities for making Eco Enzyme. The next evaluation stage is carried out after the product has been fermented for three months, starting with the harvesting stage of Eco Enzyme and followed by the process of using it as organic fertilizer on agricultural land. The service activities went smoothly, which was marked by the appreciation and enthusiasm of the Tublopo Village community while carrying out the activities of making Eco Enzyme. Keywords: eco enzyme, waste, organic fertilize
    corecore