11 research outputs found

    Pendidikan Alternatif Untuk Perempuan Marginal Di Pedesaan

    Full text link
    : Alternative Education for Marginalized Women in Rural Areas. The study aims to find alter­native forms of education for marginalized women, the process of forming study groups and gender based learning process that serves the center of the development of education, leadership and a source of economic empowerment. The study uses qualitative methods, involving a group of women who have attended an al­ternative education. Researchers and informants from community leaders. The results showed that the form of alternative education is a method of adult education or andragogy. Study groups consisted of basic literacy and functional literacy. The learning process begins with the sharing of learning, reflection on life experience and role play method. The result is 65% of participants have increased the ability of reading, writing and numeracy, and understanding of the issues of women who have confidence in the decision making of households and communities

    KAJIAN MODAL SOSIAL DALAM MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI PADI DI DESA BODDIA KECAMATAN GALESONG KABUPATEN TAKALAR (Study Of Sosial Capital In Supporting Household Food Security Of Rice Farmers In Boddia Village, Galesong Sub-District, Takalar District)

    Get PDF
    This study aimed to examine sosial capital in supporting rice farming household food security. The buying technique for informants was carried out by purposive sampling. Data collection by way of observation, interviews and documentation. The data analysis technique used is qualitative data analysis. The results of the study show that in realizing rice farmer household food security it is supported by the role of sosial capital as an adhesive in strengthening the role of farmers in society, including: (1) Trust in resilience in supporting rice farmer household food is an attitude of mutual trust and respect that is built between farmers and the community (2) Sosial networks in supporting rice farming household food security are sosial networks built on the basis of common interests, networks of power, kinship and kinship (3) Sosial norms in supporting rice farming household food security in the form of rules written and unwritten. Written sosial norms include the existence of written agreements related to planting schedules and types of seeds used in order to maintain production sustainability to fulfill household food agreements. The unwritten rules are in the form of a tradition called appa rappo (routine activities that are believed to make farming successful)

    Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Kerawanan Pangan

    Get PDF
    This study aims to assess the factors that cause food insecurity and find solutions to the factors that cause food insecurity in Ujung Labuang Village, Suppa District, Pinrang Regency, South Sulawesi. The respondents invited 32 people, and 5 key informants. The analytical method was multiple linear regression  analysis The results of the analysis showed that from 5 indicators studied, there were three indicators that affected food insecurity and became a contributing factor to food insecurity in Ujung Labuang Village, namely the area of ​​agricultural land worked (0,12213385), the number of food supply facilities and infrastructure (0,132531849), and household income levels (0,178992577), while the level of the conditions of transportation facilities (- 0,18453267), the level of household income of the proportion of household expenditure   (- 0,30416651) has no influence on the causative factors of food insecurity. The recommended solution is food fulfillment for poor and food insecure groups through an empowerment approach involving the participation and active role of all stakeholders and communities. Utilization of yard land by planting local food commodities can be used as the alternative food substitute for rice.Penelitian ini bertujuan mengkaji faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kerawanan pangan dan menemukan solusi terhadap faktor penyebab kerawanan pangan di Desa Ujung Labuang Kecamatan Suppa Kabupaten Pinrang Provinsi Sulawesi Selatan. Responden yang digunakan sebanya 32 orang, dan 5 orang informan kunci. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda. Hasil analisis menunjukkan bahwa dari 5 indikator yang diteliti, terdapat tiga indikator yang berpengaruh terhadap kerawanan pangan dan menjadi faktor penyebab terjadinya kerawanan pangan di Desa Ujung Labuang yaitu luas lahan pertanian yang digarap (0.12213385), jumlah sarana dan prasarana penyedia pangan (0.132531849), dan tingkat pendapatan rumah tangga (0.178992577), sementara tingkat kondisi sarana transportasi (- 0.18453267), tingkat pendapatan rumah tangga proporsi pengeluaran rumah tangga (-0.30416651) tidak berpengaruh terhadap faktor penyebab kerawanan pangan

    Interkoneksitas Resouces Organization Norm Dalam Kelembagaan Agribisnis Usahatani Cabai Kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate Kota Makassar

    Get PDF
    The purpose of the study was to examine the role of agribusiness institutions in chili marketing and to analyze the R - O - N interconnectivity in the management of chili farming agribusiness institutions. Determination of informants in this study, namely the chairman of the Sukamaju Gapoktan 1 person, the chairman of the farmer group 6 people, the members of the farmer group 12 people, the chairman of the Aspartan 1 person, the wholesaler 1 person, the collector traders 2 people, the merchants the retailer traders 2 people. The analysis uses descriptive qualitative. The results showed that the role of institutional chili marketing agribusiness institutions (Gapoktan and farmer groups) in marketing is to facilitate farmers in finding market information and selling prices, Aspartan is one of the agribusiness institutions that also plays a role in selling agricultural products from farmers directly to consumers, collectors, wholesalers and retailers play a role in buying and selling (exchange function). The interconnectivity of Resources, Organization and Norm (RON) in all institutions seen in the marketing of chili agribusiness is different. Farmer-level institutions have low resources both in terms of human and financial, have a strong organization and there are rules or running values, while institutions at the wholesaler and traders level have strong resources in terms of capital, weak organization and rules of the game that are weak. unwritten, retailers have weak resources, organization and regulations. While Aspartan has strong resources, both human and financial, but there is no clear organizational structure and rules of the game.Tujuan penelitian adalah mengkaji peran Kelembagaan agribisnis dalam pemasaran cabai dan menganalisis Interkoneksitas R – O – N dalam pengelolaan kelembagaan agribisnis usahatani cabai. Penentuan Informan dalam penelitian ini yaitu Ketua Gapoktan Sukamaju 1 orang, Ketua Kelompok Tani 6 orang, anggota kelompok tani 12 orang, ketua Aspartan 1 orang, pedagang besar 1 orang, pedagang pengumpul 2 orang, pedagang pedagang pedagang pengecer 2 orang. Analisis menggunakan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran kelembagaan agribisnis pemasaran cabai lembaga (Gapoktan dan kelompok tani) dalam pemasaran adalah memfasilitasi petani di dalam mencari informasi pasar dan harga jual, Aspartan adalah salah satu lembaga agribisnis juga berperan menjual hasil pertanian dari petani langsung ke konsumen, pedagang pengumpul, pedagang besar dan pedagang pengecer berperan dalam pembelian dan penjualan (fungsi pertukaran). Interkoneksitas Resources, Organitation dan Norm (RON) pada semua lembaga yang terlihat dalam pemasaran agribinsis cabai berbeda – beda.  Lembaga tingkat petani terdapat sumberdaya yang rendah baik dari segi manusia maupun dari keuangan, memiliki organisasi yang kuat dan ada aturan atau nilai berjalan, sedangkan lembaga di tingkat pedagang besar dan pedagang pengumpul terdapat sumberdaya yang kuat dari segi modal, organisasi yang lemah dan aturan main yang tidak tertulis, Pedagang pengecer memiliki sumberdaya, organisasi dan aturan yang lemah. Sedangkan Aspartan memiliki sumberdaya yang kuat, baik dari manusia maupun dari keuangan, tetapi belum ada struktur organisasi dan aturan main yang jelas

    RESPON PETANI TERHADAP USAHATANI PORANG DI DESA PA’BUMBUNGAN KECAMATAN EREMERASA KABUPATEN BANTAENG

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Respon Petani Terhadap Usahatani Porang di Desa Pa’bumbungan Kecamatan Eremerasa   Kabupaten Bantaeng.Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan  Menggunakan Teknik Non Probability Sampling dengan Sampling Jenuh (Sensus) yaitu metode penarikan sampel jika semua populasi di jadikan sampel. Sampel yang diambil adalah seluruh petani  di Desa Pa’bumbungan Kecamatan Eremerasa Kabupaten Bantaeng yang melakukan usahatani porang yaitu sebanyak  25 orang. Sumber data menggunakan data   Primer dan data Sekunder yang di dapatkan melalui teknik pengumpulan data observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode  deskriptif dengan  metode kualitatif secara survei. Alat Analisis   yang digunakan yaitu Skala Likert.Berdasarkan  hasil  penelitian  yang  dilakukan     diperoleh  hasil  bahwa respon petani terhadap usahatani orang di Desa Pa’bumbungan Kecamatan Eremerasa Kabupaten Bantaeng berada pada tingkat respon tinggi (positif).  Rata- rata responden   berada pada respon tinggi dengan kalkulasi skor 3.01 dimana Petani sangat  tertarik  melakukan  Usahatani  porang namun  kurangnya ketersediaan bibit  menjadi kendala utama Petani sehingga petani belum maksimal dalam berusahatani porang di Desa tersebut, padahal peluang Usahatani Porang sangat menjanjikan bagi perekonomian petani saat ini

    Perancangan Sistem Digitalisasi Pengelolaan Dana Desa

    Get PDF
    This study aims to design a digitalization system for managing village funds. The method used in this research is Research and Development (R&D). The village fund management digitization system was developed using the Waterfall model. The data collection technique consists of 3, namely interviews, observation and literature study. the method used is the PIECES method (Perfomance, Information, Economic, Control, Effience, and Service). The needs analysis of the system to be built is grouped into three parts, namely hardware requirements and software requirements. system design with UML (Unified Modeling Language). The programming language used to develop applications is the PHP programming language. In addition, MySQL Database Management System (DBMS) is used for data storage. The test model implemented in the development of the village fund management digitalization system is the Black-box. the results of testing using blackbox on the features work properly and run well, it is proven from the test results that all are successful, there are no failed test results. A digitalization system for managing village funds that can provide solutions to obstacles in managing village funds that are carried ou

    Dampak modernisasi pertanian terhadap petani kecil dan perempuan di Sulawesi Selatan

    Get PDF
    Modernisasi pertanian telah membawa dampak terhadap ketergeseran petani kecil dan perempuan ke luar sektor pertanian. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji; (1) dinamika sejarah modernisasi pertanian, (2) proses perubahan teknis dan ekonomi dalam pengelolaan usahatani padi sawah yang menggeser petani kecil dan perempuan keluar sektor pertanian, (3) proses perubahan struktur sosial yang berakibat tergesernya petani kecil dan perempuan ke luar sektor pertanian. Pengumpulan data yang digunakan adalah survei, observasi, wawancara, dan kuesioner. Data dianalisis dengan analisis time series, eksploratif, serta pengembangan informasi secara mendalam. Pendekatan penelitian dilakukan secara kualitatif dengan tujuan menguraikan dan memberikan gambaran deskriptif tentang fenomena-fenomena yang menjadi objek penelitian. Strategi penelitian adalah studi kasus dengan mengambil satu kelompok petani kecil dan satu kelompok petani perempuan yang termarginalkan dari sektor pertanian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dinamika sejarah modernisasi pertanian digambarkan dari penerapan teknologi baru (revolusi hijau) melalui operasi Lappo Ase. Kegiatan pertanian menjadi investasi yang menguntungkan. Corak usahatani dari subsisten menjadi komersial dan dinamika proses sosial telah menunjukkan pergeseran nilai dari perilaku petani secara kolektif menjadi individual. Proses perubahan teknis telah meminggirkan petani kecil dan perempuan karena pemakaian input pertanian modern dan penggunaan mesin combine pada perontokan padi sehingga mengurangi tenaga kerja laki-laki dan perempuan. Proses perubahan sistem ekonomi karena orientasi produksi dari subsisten menjadi komersil. Di Desa Sereang dan Desa Passeno, masing-masing 95 % dan 60 % petani menyimpan gabahnya untuk dijual. Proses perubahan struktur sosial meminggirkan petani kecil dan perempuan karena memudarnya homogenitas petani, terjadinya penajaman stratifikasi sosial dan polarisasi sosial

    PERAN MODAL SOSIAL DALAM PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK (Studi Kasus Petani Padi Di Desa Biangloe Kecamatan Pajukukang Kabupaten Bantaeng)

    Get PDF
    This study aims to determine the role of social capital in the development of organic farming. Type of research that is qualitative. The technique of determining informants was by purposive sampling, the number of informants was 7 people consisting of: Head of Biangloe Village, Chairman of the Butta Toa Natural Farmers Union, and 5 organic rice farmers. Data collection by way of observation, interviews and documentation. Data analysis through data reduction, data presentation, conclusion and verification. The research results show that the development of organic agriculture is supported by the role of elements of social capital as an adhesive value that contributes to strengthening the collective role, as follows: (1) Trust is shown through a system of openness, honesty in providing information and assistance, both moral and material (2) Social Norms in the form of unwritten rules that are inseparable from local culture and religious values (3) The social network that is owned by the presence of the Butta Toa Natural Farmers Union as a farmer learning partner, cooperatives that assist farmers in determining clearer market targets. Collaboration shown by organic and non-organic farmers through interaction and mutual assistance in working on the land

    ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA PENYULINGAN MINYAK DAUN CENGKEH DI DESA BENTENG GANTARANG KECAMATAN GANTARANG KABUPATEN BULUKUMBA

    No full text
    Tujuan penelitian ini untuk menganalisis besarnya pendapatan yang diperoleh dan tingkat kelayakan usaha pada usaha penyulingan minyak daun cengkeh. Informan dalam penelitian ini yaitu pemilik usaha penyulingan minyak daun cengkeh Penelitian ini di laksanakan pada bulan juni dan juli 2022. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja daengan bahwa daerah ini termasuk sentral usaha penyulingan minyak daun cengkeh. Teknik analisis data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah pendapatan, penerimaan dan kelayakan usaha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa besarnya pendapatan usaha penyulingan minyak daun cengkeh pada tahun 2022, bulan Juni sebesar Rp. 26.003.169, sedangkan pada bulan Juli sebesar Rp.36.575.338, sehingga total pendapatan keseluruhan selama dua bulan yaitu sebesar Rp. 62.578.338. Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan usaha penyulingan minyak daun cengkeh dari bulan Juni ke bulan Juli mengalami kenaikan, yang di sebabkan oleh adanya penambahan bahan baku Dan kelayakan usaha penyulingan minyak daun cengkeh menunjukkan rata-rata R/C Ratio 1,40. Hal ini menunjukkan bahwa R/C Ratio jika lebih dari satu, berarti layak untuk di usahakan. Semakin tinggi R/C ratio sebuah usaha maka semakin tinggi keuntungan yang di dapat

    IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN USAHATANI KAKAO (STUDI KASUS PT.MARS DESA TAROBOK KECAMATAN BAEBUNTA KABUPATEN LUWU UTARA)

    No full text
    The research objective is to identify policies related to the development of cocoa farming by PT. Mars and examine the implementation of cocoa farming development policies at PT. Mars. The technique of determining informants by purposive sampling. There were 10 informants, including the Head of the Agriculture Service, 1 person from the Baebunta District BPP, 1 person from the Field Coordinator of PT Mars, 6 cocoa farmers, and 1 member of the DPRD of North Luwu Regency. Technical analysis of data using qualitative analysis. The research results show that the policies made by the government and implemented by PT. Mars is, (1) conducting certification assistance, cocoa field schools, providing seeds to cocoa farmers, demonstration gardens, wet seed premiums, fertilizer assistance to farmers, (2) Implementation of policies made by the Government and implemented by PT. Mars, (3), The policies implemented by PT. Mars has had a significant impact on the growth of cocoa production and the income of cocoa farmers
    corecore