220 research outputs found

    Perbandingan Skor SIRS dan qSOFA dalam Memprediksi Mortalitas dan Lama Rawat Inap Pasien Sepsis di Instalasi Perawatan Intensif RSUD Dr Moewardi Surakarta

    Get PDF
    Latar Belakang: Sepsis masih menjadi salah satu penyebab kesakitan dan kematian pada pasien yang menjalani rawat inap di rumah sakit sehingga diperlukan pengenalan dan terapi lebih awal untuk mencegah perburukan penyakit dan memprediksi outcome. The Third International Consensus Definitions for Sepsis and Septic Shock pada tahun 2016 telah mengeluarkan definisi terbaru untuk sepsis dan merekomendasikan skor qSOFA menggantikan sistem penilaian sebelumnya yaitu kriteria SIRS. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui akurasi kriteria SIRS, akurasi skor qSOFA, dan perbandingan antara keduanya terhadap tingkat mortalitas dan lama rawat inap pasien sepsis di ICU RSUD Dr Moewardi. Metode: Penelitian ini merupakan studi penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional retrospektif di RSUD Dr Moewardi pada September-November 2018 dengan jumlah sampel 106 pasien sepsis. Pengumpulan data dilakukan dengan membaca catatan rekam medis pasien sepsis yang dirawat di Instalasi Perawatan Intensif selama periode perawatan 1 Juli 2017-30 Juni 2018 lalu data dianalisis secara statistik dengan analisis kurva ROC, uji chi square, dan uji zero-truncated poisson regression. Hasil: Skor qSOFA Pre-ICU (Sens 67.9%, Spe 50%, p=0.120, OR=2.111), Skor qSOFA ICU (Sens 63.1%, Spe 77.3%, p=0.001, OR=5.813), Kriteria SIRS Pre-ICU (Sens 88.1%, Spe 18.2%, p=0.439, OR=1.644), serta Kriteria SIRS ICU (Sens 84.5%, Spe 40.9%, p=0.009, OR=3.781). Perbandingan nilai diskriminasi skor qSOFA Pre-ICU, SIRS Pre-ICU,qSOFA ICU, dan SIRS ICU terhadap mortalitas dengan AuROC masing-masing sebesar 0.625, 0.503, 0.754, dan 0.644. Perbandingan nilai diskriminasi skor qSOFA Pre-ICU, SIRS Pre-ICU,qSOFA ICU, dan SIRS ICU terhadap lama rawat inap dengan AuROC masing-masing sebesar 0.603, 0.556, 0.681 dan 0.639. Simpulan: Skor qSOFA memiliki sensitivitas rendah dan spesifisitas sedang, sedangkan kriteria SIRS memiliki sensitivitas tinggi namun spesifisitas sangat rendah. Skor qSOFA memiliki kemampuan diskriminasi terhadap mortalitas maupun lama rawat inap di instalasi terapi intensif >3 hari lebih besar dibanding kriteria SIRS. Kata Kunci: sepsis, SIRS, qSOFA, mortalitas, lama rawat inap, IC

    Aplikasi Pupuk Kandang Dalam Meminimalisir Pupuk Anorganik Pada Produksi Padi (Oryza Sativa L.) Metode Sri

    Full text link
    Kebutuhan beras sebagai bahan pangan penduduk Indonesia semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk dapat memenuhi kebutuhan pangan ialah dengan menerapkan penanaman padi dengan metode SRI. Penelitian dilakukan di KebunPercobaan Jatikerto, Malang pada bulan April-Agustus 2013. Pecobaan ini dirancang dengan menggunakan Racangan Petak Terbagi (RPT) dengan pupuk kandang sapi sebagai petak utama dan pupuk anorganik sebagai anak petak. Petak utama terdiri dari K0: tanpa pupuk kandang, K1: 10 ton ha-1 pupuk kandang, K2: 15 ton ha-1 pupuk kandang, dan K3: 20 ton ha-1 pupuk kandang, sedangkan anak petak terdiri dari A1: 100% dosis pupuk anorganik, A2: 85% dosis pupuk anorganik, dan A3: 70% dosis pupuk anorganik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian 20 ton ha-1 pupuk kandang diikuti dengan aplikasi 100% dosis pupuk anorganik menghasilkan produksi tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Penggunaan pupuk kandang dapat meminimalisir penggunaan pupuk anorganik sebesar 15%. Hal ini dapat terlihat pada penggunaan pupuk kandang 15 ton ha-1 dengan 85% dosis pupuk anorganik memiliki berat gabah lebih tinggi dibandingkan tanpa pupuk kandang dengan 100% dosis pupuk anorganik (35,53 g) dan penggunaan 20 ton ha-1 pupuk kandang dengan 85 % dosis pupuk anorganik (38,12 g) meningkatkan berat gabah lebih tinggi dibandingkan penggunaan pupuk kandang 15 ton ha-1 dengan 85% dosis pupuk anorganik

    PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA ALAM TUMBUHAN TERHADAP KEMAMPUAN MENGKLASIFIKASI BENDA PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN

    Get PDF
    Penelitian ini membahas mengenai pengaruh penggunaan media alam tumbuhan terhadap kemampuan mengklasifikasi benda pada anak  usia 4-5 tahun di lingkungan Langguli. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian Pre-eksperimental design dengan bentuk one-group pretest-posttest design. Populasi dalam penelitian adalah seluruh anak usia 4-5 tahun yang ada di Lingkungan Langguli berjumlah 5 orang yang terdiri dari 2 laki-laki dan 3 perempuan sehingga penelitian ini menggunakan teknik sampling jenuh dimana semua jumlah populasi dijadikan sampel. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi dengan teknik analisis data menggunakan statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial jenis nonparametrik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa; (1) Kemampuan mengklasifikasi benda sebelum penggunaan media alam tumbuhan berada pada kategori sedang.  (2) Kemampuan mengklasifikasi benda setelah penggunaan media alam tumbuhan berada pada kategori tinggi. (3) Hasil penelitian jika dibandingkan sebelum dan setelah penggunaan media alam tumbuhan maka terdapat pengaruh positif terhadap kemampuan mengklasifikasi benda pada anak usia 4-5 tahun di lingkungan Langguli

    CHARACTERIZATION AND APPLICATION OF WDSSB5 MONOCLONAL ANTIBODY FOR THE DETECTION OF DENGUE VIRUS IN C6/36 CELL LINE USING IMMUNOCYTOCHEMICAL METHOD

    Get PDF
    ABSTRACTIntroducition: Dengue Fever (DF) and Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) are caused by Dengue virus that consists of 4 serotypes of Dengue Virus (DENV) 1, 2, 3 and 4. Isolation of Dengue virus using C6/36 cell is considered as a gold standard for the diagnosis of Dengue virus infection. Dengue Team of Gadjah Mada University successfully produced monoclonal antibodies of DENV 3 originating from hybrid cells of DSSC7, DSSE10 and WDSSB5. The detection of Dengue virus’s antigens of Ae. aegypti in human blood smear with Streptavidine Biotin Peroxide Complex (SBPC) immunocytochemistry method using DSSC7 primary antibody is highly sensitive and specific, whereas using WDSSB5 monoclonal antibody yet to be characterized. Objective: The study aimed to identify characterization and application of WDSSB5 monoclonal antibody as primary antibody for detection of Dengue virus originating from serum of patients with Dengue infection which was inoculated in C6/36 cell line using SBPC immunocytochemistry method.Methods: The study was experimentally designed. Propagation of WDSSB5 hybridoma cell was performed in vitro and in vivo. The characterization consisted of classification of WDSSB5 monoclonal antibody, examination of WDSSB5 ascites protein level, sensitivity and specificity of  immunocytochemical SBPC method using WDSSB5 primary antibody and specificity of monoclonal antibody against Dengue antigen with Dot Blot method. Dengue virus obtained from patients was inoculated in C6/36 cell. Detection of Dengue virus antigen was performed by SBPC immunocytochemistry method with WDSSB5 monoclonal antibody as primary antibody. Positive control was made using C6/36 cell infected with DENV 1, 2, 3, 4 and inoculated in C6/36 cell, whereas negative control uses cell C6/36 not infected with Dengue virus.Results: There was WDSSB5 monoclonal antibody detected in this research which was belonged to IgG class and IgG1 subclass. The least content of WDSSB5 monoclonal antibody that can detect Dengue antigen in C6/36 cell was 2.2 µg/µL. The WDSSB5 monoclonal antibody was sensitive to  detect DENV 1, 2, 3, 4 antigens in C6/36 cell using SBPC immunocytochemistry method.Conclusion: There was WDSSB5 monoclonal antibody specific againts Dengue virus identified in this study. WDSSB5 monoclonal antibody belonged to class IgG and subclass IgG1. WDSSB5 Monoclonal antibody can be applied to detect Dengue virus originating from serum of patients positively carrying Dengue virus inoculated in C6/36 cell using SPBC immunocytochemistry method. Keywords: Dengue Virus, immunocytochemical, monoclonal antibody, C6/36 cel

    Penerapan Pembelajaran Problem Posing Sebagai Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Dan Kemampuan Pemahaman Membaca Siswa Pada Materi Pokok Hukum – Hukum Dasar Kimia Kelas X Semester Ganjil Madrasah Aliyah Negeri Wonogiri Tahun Pelajaran 2012/2013

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dan kemampuan pemahaman siswa dengan menerapkan pembelajaran problem posing. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang dilaksanakan dalam dua siklus, dengan tiap siklus terdiri atas perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas X 2 Madrasah Aliyah Negeri Wonogiri tahun pelajaran 2012/2013. Sumber data berasal dari guru dan siswa. Teknik pengumpulan data adalah dengan tes dan nontes (observasi, kajian dokumen, dan angket). Analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) pembelajaran model Problem Posing mampu meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi Hukum-hukum dasar kimia kelas X2 Madrasah Aliyah Negeri Wonogiri. Presentase prestasi belajar aspek kognitif meningkat dari 29,17% pada siklus I menjadi 75% pada siklus II. Prestasi belajar aspek afektif meningkat dari 76,10% pada siklus I menjadi 80,41% pada siklus II. (2) pembelajaran model Problem Posing mampu meningkatkan kemampuan pemahaman membaca siswa pada materi hukum-hukum dasar kimia kelas X2 Madrasah Aliyah Negeri Wonogiri. Presentase Kemampuan pemahaman membaca siswa pada siklus I sebesar 79,17% dan meningkat menjadi 87,78% pada siklus II

    Students perceptions of the use of English as medium of instruction

    Get PDF
    This study aims to explore the students’ perception of the use of English as Medium of Instruction (EMI) in teaching and learning at SMA Negeri 1 Kota Gorontalo. This explorative qualitative study employed a purposive sampling method. This study involved 112 twelve-grade students from IPA, IPS, and BAHASA majors of SMA Negeri 1 Kota Gorontalo as the subjects.  This study utilized questionnaires for data collection, while the Likert Scale and Percentage Formula were performed in data analysis. The result showed that the students had positive perceptions of the three EMI types of perception: visual, auditory, and speech perception. The average results in visual, auditory, and speech perceptions were 70.96% (‘strongly agree’ category), 70.49% (‘strongly agree’ category), and 57.90% (‘agree’ category). Further study with bigger samples and different subjects is recommended since this research only focuses on students perception of the Use of EMI in Teaching and Learning at SMA Negeri 1 Kota Gorontalo

    Praktek Keluarga Berencana (Kb) pada Pasangan Usia Subur Muda Paritas Rendah (Pus Mupar)

    Get PDF
    This study aimed to determine the Practice of Family Planning (KB) on the pair of Eligible Young Parity Low (PUS MUPAR) in the Dusun Gunung Batu. The method used in this research was descriptive method. This research was the population study, that is the whole PUS MUPAR in the Dusun Gunung Batu which was totaled 27. The technique of collecting data was using questionnaires, structured interviews, and documentation. Data were analyzed was using one-way table percentages and cross tables (cross tab). The result showed that (1) the PUS MUPAR was relatively young age, which were about (20-24 years) and most of (96.3 percent) has an average number of children born alive that is ? 2 kids. (2) The level of PUS MUPAR knowledge about family planning is low. (3) type of contraception used EFA MUPAR majority (92.6 percent) use a type of Non LTCM, and longer use of contraceptives is ? 1 year.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Praktek Keluarga Berencana (KB) pada Pasangan Usia Subur Muda Paritas Rendah (PUS MUPAR) di Dusun Gunung Batu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Penelitian ini adalah penelitian populasi, dengan jumlah populasi yaitu seluruh PUS MUPAR di Dusun Gunung Batu berjumlah 27. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner, wawancara terstruktur, dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan tabel persentase satu arah dan tabel silang (cross tab). Hasil penelitian menunjukkan (1) umur PUS MUPAR tergolong muda yaitu (20-24 tahun) dan sebagian besar (96,3 persen) memiliki rata-rata jumlah anak lahir hidup sedikit yaitu ? 2 anak. (2) Tingkat pengetahuan PUS MUPAR tentang keluarga berencana tergolong rendah. (3) Jenis alat kontrasepsi yang digunakan PUS MUPAR sebagian besar (92,6 persen) menggunakan jenis Non MKJP, dan lama penggunaan alat kontrasepsi yaitu ? 1 tahun

    Perbandingan Hasil Belajar Stad dengan Problem Solving dan Stad tanpa Problem Solving

    Full text link
    This study aims to investigate : (1) The difference between learning outcomes of Geography at STAD learning model with problem solving and learning model STAD with no problem solving. (2) The difference between the increase (n with-gain) of Geography learning outcomes using STAD learning model with problem solving and learning model STAD with no problem solving. The research used a quasi-experimental method (Quasi Experimental Design). The population in this research were all students of class X which consists of two classes such as experimental class (X.1) and a control class (X.2). Data analysis used t test. The results are: (1) There are differences in geography learning outcomes using STAD learning model with Problem Solving higher than the learning outcomes of Geography students with learning model STAD without Problem Solving. (2) There are differences in the increase (n-gain) Geography learning outcomes with STAD learning model with problem solving and learning model STAD without Problem Solving.Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Perbedaan hasil belajar Geografi pada model pembelajaran STAD dengan Problem Solving dan model pembelajaran STAD tanpa Problem Solving. (2) Perbedaan peningkatan (n-gain) hasil belajar Geografi menggunakan model pembelajaran STAD dengan Problem Solving dan model pembelajaran STAD tanpa Problem Solving. Penelitian menggunakan metode eksperimen semu (Quasi Experimental Design). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang terdiri dari dua kelas yaitu kelas eksperimen (X.1) dan kelas kontrol (X.2). Analisis data menggunakan uji t. Hasil penelitian menunjukkan: (1) Ada perbedaan hasil belajar Geografi yang menggunakan model pembelajaran STAD dengan Problem Solving lebih tinggi dari pada hasil belajar Geografi siswa dengan model pembelajaran STAD tanpa Problem Solving. (2) Ada perbedaan peningkatan (n-gain) hasil belajar Geografi dengan model pembelajaran STAD dengan Problem Solving dan model pembelajaran STAD tanpa Problem Solving
    • …
    corecore