12 research outputs found

    MATHEMATICAL LITERACY IN ALGEBRA REASONING

    Get PDF
    This study aims to describe prospective mathematics teacher’s mathematical literacy in algebra reasoning and thinking process in solving mathematical literacy problems. This study used a qualitative case study approach by choosing two prospective mathematics teacher who solved problems with algebraic reasoning. The result has shown that prospective mathematics teacher has algebraic reasoning in type functional thinking and use generalization in solving mathematical literacy problems. Functional thinking reasoning type used table representation and number manipulation to find and compare the value of charge in justification and decision making, while use generalization reasoning type used supposition, algebra expression, conditioning, and number manipulation to find and compare the value of charge in justification and decision making. Furthermore, use generalization reasoning type interpreted thrice in conditioning before general interpreted

    Functional thinking and Kolb learning style: Case of solving linear and non-linear pattern problems

    Get PDF
    Functional thinking (FT) is a part of algebraic thinking. Several studies revealed that algebraic thinking is influenced by learning style, and few studies showed FT viewed from learning style. This study aims to describe students’ FT views from Kolb's learning style in solving linear and non-linear pattern tasks. The study used a qualitative approach with a case study method. It involved thirty-one students in 8th grade at an Islamic State junior high school in Mataram, West Nusa Tenggara, Indonesia. Four students were selected as research subjects for analysis of answers and interviews. The Kolb learning style inventory (KLSI) collected research data, tests, and interviews.  The instrument consisted of KLSI and FT tests. Data was analyzed by reduction, presenting, and verifying. The finding showed that students with convergent, divergent, and accommodator learning styles can consist of near, far, and formal generalizations and determining inverse in FT. They represented the generalization of the relationship of two quantities symbolically. Meanwhile, students with an assimilator learning style can in FT consisting of near and far generalizations in solving figural and non-figural linear pattern tasks. They can perform formal generalizations and determine inverse-solving figural and non-figural linear pattern tasks. They are also unable to solve figural non-linear pattern tasks

    STUDI PRESTASI AKADEMIK DAN KEMAMPUAN PEDAGOGIK MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA

    Get PDF
    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pengaruh prestasi akademik mata kuliah kependidikan terhadap kemampuan pedagogik mahasiswa PPL 2. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif korelasional. Penelitian ini dilaksanakan di Program Studi Tadris Matematika IAIN Mataram dengan sampel sebanyak 115 mahasiswa yang mengikuti PPL 2. Instrumen penelitian terdiri dari pedoman dokumentasi dan lembar observasi kemampuan pedagogik. Hasil penelitian menunjukkan terdapat (1) pengaruh prestasi akademik mahasiswa pada mata kuliah Desain Pembelajaran Matematika terhadap kemampuan pedagogik mahasiswa PPL 2, hal ini ditunjukkan dengan diperoleh nilai t sebesar 0,032 dan taraf signifikansi kurang dari 0,05; (2) pengaruh prestasi akademik mahasiswa pada mata kuliah Workshop Matematika terhadap kemampuan pedagogik mahasiswa PPL 2, hal ini ditunjukkan dengan diperoleh nilai t sebesar 0,039 dan taraf signifikansi kurang dari 0,05; (3) pengaruh prestasi akademik mahasiswa pada mata kuliah Strategi Belajar Mengajar matematika terhadap kemampuan pedagogik mahasiswa PPL 2, hal ini ditunjukkan dengan diperoleh nilai t sebesar 0,025 dan taraf signifikansi kurang dari 0,05; (4) pengaruh prestasi akademik mahasiswa pada mata kuliah desain pembelajaran matematika, Workshop Matematika dan Strategi Belajar Mengajar Matematika secara bersamaan terhadap kemampuan pedagogik mahasiswa PPL 2, hal ini ditunjukkan dengan diperoleh nilai t sebesar 0,032 dan taraf signifikansi kurang dari 0,05. Kata kunci: prestasi akademik, kemampuan pedagogik, PPL 2 The aim of this study is to describe the effect of academics achievement on education-content related course towards pedagogic skill of higher education students of PPL 2. The type of the study was correlational based experimental research. This study was conducted in mathematics study programme of IAIN Mataram examining 115 students as sample who followed PPL 2. Research instruments included documentation guide and observation sheet on pedagogic skill. The result shows that there are (1) effect of academic achievement of students who followed Mathematics Learning Design course towards PPL 2 students’ pedagogic skill, this was proved by the t value of 0.032 and significance rate less than 0.05; (2) effect of academic achievement of students who followed Mathematics Workshop course towards PPL 2 students’ pedagogic skill, this was proved by t value of 0.039 and significance rate less than 0.05; (3) effect of academic achievement of students who followed Mathematics Teaching and Learning Strategy course towards PPL 2 students’ pedagogic skill, this was proved by t value of 0.025 and significance rate less than 0.05; (4) effect of academic achievement of students who followed Mathematics Workshop course and Mathematics Teaching and Learning Strategy course simultaneously towards PPL 2 students’ pedagogic skill, this was proved by by t value of 0.032 and significance rate less than 0.05. Keywords: academic achievement, pedagogic skill, PPL

    Kemampuan literasi matematika siswa SMP ditinjau dari gaya belajar

    Get PDF
    [Bahasa]: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis kemampuan literasi matematika siswa ditinjau dari gaya belajar. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 1 Mataram kelas VII. Subjek dalam penelitian ini adalah 3 siswa dari 82 siswa kelas VIIIA dan VIIIB yang masing-masing memiliki gaya belajar auditori, visual dan kinestetis. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Instrumen yang digunakan yaitu angket gaya belajar dan tes kemampuan literasi matematika. Data dianalisis secara deskriptif untuk menggambarkan hasil tes literasi matematika siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Siswa dengan gaya belajar auditori memiliki kemampuan literasi matematika level 4, yang ditunjukkan dengan kemampuan mereka dalam menyelesaikan soal literasi matematika level 4 (soal nomor 1 dan 2) meskipun mereka kesulitan dalam menyelesaikan soal literasi matematika dengan level 3 (soal nomor 3 dan 4). 2) Siswa dengan gaya belajar visual memiliki kemampuan literasi matematika level 3 yang ditunjukkan dengan kemampuan mereka dalam menyelesaikan soal literasi matematika level 3 (soal nomor 3 dan 4) dan tidak mampu menyelesaikan soal literasi matematika level 4 (soal nomor 1 dan 2). 3) Siswa dengan gaya belajar kinestetis memiliki kemampuan literasi matematika level 4 yang ditunjukkan dengan kemampuan mereka dalam menyelesaikan soal literasi matematika level 4 (soal nomor 1) dan level 3 (soal nomor 3 dan 4). Pada soal nomor 2 (level 4) siswa dengan gaya belajar kinestetis kurang teliti sehingga jawaban yang dihasilkan salah.  Kata kunci: Literasi Matematika; Gaya Belajar; Auditori; Visual; Kinestetis [English]: This research aims to describe and analyze student’s mathematic literacy referring to learning style. This research was conducted at SMPN 1 Mataram for VIII class. The subjects are 3 students from 82 students of class VIIIA dan VIIIB who respectively have auditory, visual and kinesthetic learning style. The method used in this research is qualitative. Instruments used in this research are a questionnaire of learning style and tests of mathematical literacy. Data analysis was conducted descriptively to portray students’ mathematics literacy referring to learning styles. This research shows that: 1) The students with auditory learning style are in the 4th level of mathematical literacy, it is indicated by their ability in solving 4th level math literacy problem (question 1 and 2) although they have difficulties in solving 3th level math literacy problem (questions 3 and 4). 2) The students with visual learning styles are in 3rd level of mathematical literacy indicated by their ability to solve 3rd level math literacy problems (questions 3 and 4) and can’t solve the 4th level math literacy problem (questions 1 and 2). 3) The students with kinesthetic learning styles have 4th level of mathematical literacy shown by their ability to solve 4th level of math literacy problems (question 1) and 3rd  level (question 3 and 4). They are less accurate in solving question 2 (4th level) so as they have wrong answer.  Keywords: Mathematics Literacy; Learning Style; Auditory; Visual; Kinestheti

    KEMAMPUAN BERFIKIR FORMAL SISWA SMA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF FIELD DEPENDENT DAN FIELD INDEPENDENT

    Get PDF
    Tujuan penelitian ini untuk mendeskrifsikan gaya kognitif field independent dan field dependent siswa SMA ditinjau dari jenis kelamin siswa. Siswa diminta untuk mengerjakan tes GEFT dan soal kemampuan matematika kemudian diwawancarai. Indikator yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir formal adalah: (1) mampu memberikan alasan disetiap langkah yang dilakukan hingga memperoleh kesimpulan dengan benar, (2) mampu memberikan alasan disetiap langkah yang dilakukan hingga memperoleh kesimpulan kurang tepat atau terdapat kesalahan, (3) tidak dapat memberikan alasan disetiap langkah yang dilakukan.  Dari hasil penelitian, diperoleh dari  66 siswa yang diberikan tes GEFT, terdapat 30 siswa dengan gaya kognitif field independent dan 36 siswa dengan gaya kognitif field dependent. Dari 30 siswa dengan gaya kognitif field independent diperoleh 2 siswa dengan kemampuan berpikir formal sangat baik berarti hanya 7%, 19 siswa dengan kemampuan berpikir formal baik berarti 63%, dan 9 siswa dengan kemampuan berpikir formal cukup baik berarti 30%. Sedangkan yang dari 36 siswa dengan gaya kognitif field dependent diperoleh 6 siswa dengan kemampuan berpikir formal cukup baik artinya 16% dan 30 siswa dengan kemampuan berpikir formal kurang artinya 84%. Kemampuan berpikir formal sangat baik ditunjukkan dengan kemampuan memberikan alasan disetiap langkah yang dilakukan hingga memperoleh kesimpulan yang benar pada dua soal yang diberikan. Kemampuan berpikir formal baik ditunjukkan dengan kemampuan memberikan alasan disetiap langkah yang dilakukan hingga memperoleh kesimpulan kurang tepat atau terdapat kesalahan pada salah satu soal yang diberikan. Kemampuan berpikir formal cukup baik ditunjukkan dengan kemampuan memberikan alasan disetiap langkah yang dilakukan hingga memperoleh kesimpulan kurang tepat atau terdapat kesalahan pada dua soal yang diberikan. Kemampuan berpikir formal kurang baik. ditunjukkan dengan ketidakmampuan siswa dalam memberikan alasan disetiap langkah yang diberikan

    IDENTIFIKASI KEMAMPUAN BERPIKIR FORMAL SISWA SMA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF

    Get PDF
    Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi berpikir formal siswa SMA kelas X dalam menyelesaikan masalah matematika ditinjau dari gaya kognitif field independent dan field dependent. Siswa diminta untuk mengerjakan tes GEFT dan soal kemampuan matematika kemudian diwawancarai. Indikator yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir formal adalah: (1) mampu memberikan alasan disetiap langkah yang dilakukan hingga memperoleh kesimpulan dengan benar, (2) mampu memberikan alasan disetiap langkah yang dilakukan hingga memperoleh kesimpulan kurang tepat atau terdapat kesalahan, (3) tidak dapat memberikan alasan disetiap langkah yang dilakukan.  Dari hasil penelitian, diperoleh dari  66 siswa yang diberikan tes GEFT, terdapat 30 siswa dengan gaya kognitif field independent dan 36 siswa dengan gaya kognitif field dependent. Dari 30 siswa dengan gaya kognitif field independent diperoleh 2 siswa dengan kemampuan berpikir formal sangat baik berarti hanya 7%, 19 siswa dengan kemampuan berpikir formal baik berarti 63%, dan 9 siswa dengan kemampuan berpikir formal cukup baik berarti 30%. Sedangkan yang dari 36 siswa dengan gaya kognitif field dependent diperoleh 6 siswa dengan kemampuan berpikir formal cukup baik artinya 16% dan 30 siswa dengan kemampuan berpikir formal kurang artinya 84%. Kemampuan berpikir formal sangat baik ditunjukkan dengan kemampuan memberikan alasan disetiap langkah yang dilakukan hingga memperoleh kesimpulan yang benar pada dua soal yang diberikan. Kemampuan berpikir formal baik ditunjukkan dengan kemampuan memberikan alasan disetiap langkah yang dilakukan hingga memperoleh kesimpulan kurang tepat atau terdapat kesalahan pada salah satu soal yang diberikan. Kemampuan berpikir formal cukup baik ditunjukkan dengan kemampuan memberikan alasan disetiap langkah yang dilakukan hingga memperoleh kesimpulan kurang tepat atau terdapat kesalahan pada dua soal yang diberikan. Kemampuan berpikir formal kurang baik. ditunjukkan dengan ketidakmampuan siswa dalam memberikan alasan disetiap langkah yang diberikan

    PENDAMPINGAN PENGUATAN LITERASI DASAR (MEMBACA, MENULIS, DAN BERHITUNG DI SDN 2 DUMAN

    Get PDF
    International and national survey results categorize Indonesia as low in literacy skills. In order to improve literacy skills in schools, Kemdikbud launched the School Literacy Movement (GLS). To realize this goal, the Participatory Work Lecture (KKP) group of UIN Mataram were located in Duman Village, West Lombok implemented a basic literacy strengthening work program at SDN 2 Duman. The method used is participatory action research (PAR) which consists of problem identification, focus group discussion, implementation and evaluation. After the activities were carried out, the results obtained were an increase in students' basic literacy as shown by the ability to read, write and count for students who previously could not read, write and count. In addition, there was an increase in students' interest and motivation in reading, writing and counting. This activity also received a good response from students, teachers and the community with a satisfaction level percentage of 92.5%. Keywords: literacy, reading, writing, numerac

    Model Kegiatan Microteaching untuk Mengembangkan Keterampilan Melaksanakan Pembelajaran Matematika Berpusat pada Siswa

    No full text
    The current research intends to identify the characteristics of microteaching model that is valid, effective and practical to develop prospective mathematics teachers’ competencies in conducting student-centered instructions. It is a development research carried out according to Educational Design Research. The findings suggests that the characteristics of microteaching model to develop prospective mathematics teachers’ competencies in conducting student-centered instructions are: (1) a microteaching which is carried out in a cycle process consisting of planning, implementing, observing, and evaluating student-centered teaching and learning where each participant acts as a teacher and evaluators in turn. (2) a microteaching that is conducted in form of Peer Microteaching by Self-Study Group where they peer supervise each other (Peer Supervision). (3) a microteaching that has a teacher observation and evaluation protocol that is conducted by themselves (Self-evaluation) and others (Peer Evaluation) and focuses on particular aspects of teacher performance in implementing student-centered instructions those are claimed to important and possible to be refined at the moment (At-the-time improvement). (4) a microteaching which is carried out in a progressive complexity of teaching environment, that is starting from teaching a less complex to a more complex classroom setting
    corecore