72 research outputs found
PERANCANGAN SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN LISTRIK LANTAI VII GEDUNG C
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) merupakan sumber energi alternatif yang memanfaatkan panas matahari sebagai sumber penghasil listrik. Alat utama untuk menangkap, perubah dan penghasil listrik adalah Photovoltaic yang disebut secara umum Modul / Panel Surya / Solar Cell. Prinsip kerja dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) adalah panas matahari yang diserap oleh panel surya/solar cell hingga battery masih dalam arus DC (Direct Current) yang akan di konversi menjadi AC (Alternating Current) pada inverter sebelum dialirkan ke beban. Sistem PLTS yang akan dirancang untuk memenuhi kebutuhan listrik di lantai VII gedung C. Penempatan panel surya/solar cell yang dirancang pada atap gedung C dan untuk penempatan komponen utama seperti charge controller,battery, inverter yang akan dipasang pada dinding lantai VII gedung C Fakultas Teknik Universitas Pasundan Bandung
KARAKTERISASI KOMPOSIT SERAT SABUT KELAPA-RESIN
Seiring dengan berkembangnya teknologi saat ini, penggunaan bahan
komposit berbahan alam (Natural Composite/Naco) dalam bidang industri
mengalami perkembangan yang sangat pesat dan berusaha menggeser keberadaan
bahan sintetis yang sudah biasa dipergunakan sebagai penguat pada bahan
komposit seperti serat kaca dan serat karbon.
Salah satu jenis bahan serat alam yang berpotensi untuk digunakan sebagai
penguat bahan komposit adalah serat serabut kelapa. Rekayasa antara lain
menghasilkan bahan baru komposit alam yang ramah lingkungan dan mendukung
gagasan pemanfaatan serat sabut kelapa menjadi produk yang memiliki nilai
ekonomi dan teknologi tinggi. Salah satu produk yang memiliki nilai ekonomi dan
teknologi tinggi tersebut yaitu pembuatan bejana tekan Composite overwrapped
pressure vessel (COPV). Dimana bejana tekan ini dindingnya terdiri dari dua
lapisan, lapisan pertama biasanya terbuat dari logam yang berfungsi untuk
mencegah kebocoran, sedangkan lapisan kedua terbuat dari komposit yang
berfungsi untuk menahan tekanan yang diterima oleh bejana tekan. COPV
dirancang dengan harapan dapat mengurangi bobot bejana tekan tanpa
mengurangi keandalannya.
Untuk itu dibutuhkan suatu lapisan yang dapat mengurangi bobot bejana
tekan tersebut, dimana jenis lapisan yang umum digunakan untuk COPV yaitu
komposit serat karbon, serat kaca (glass fibre). Dalam pembuatannya serat ini
terbilang mahal dibandingkan dengan serat lainnya. Salah satu alternatif untuk
menekan biaya produksi tanpa mengurangi keandalan dari bejana tekan tersebut
yaitu dengan menggunakan serat sabut kelapa, untuk mencapai tujuan tersebut
maka perlu dilakukan adanya penelitian tentang pemanfaatan limbah serat sabut
kelapa sebagai bahan pelapis untuk pembuatan COPV.
Objek penelitian ini adalah membuat dan melakukan serangkaian
pengujian pada meterial komposit serat sabut kelapa yang telah dibuat menjadi
tali dengan variasi diameter 3 mm dan 5 mm dengan menggunakan resin polyester
sebagai pengikat. Serangkaian pengujian dilakukan untuk mengetahui sifat tarik
dan lentur serat sabut kelapa serta komposit serat sabut kelapa-resin. Untuk
ii
mengetahui sifat tarik dan lentur tersebut pengujian yang dilakukan pada
penelitian ini yaitu pengujian tarik dan bending.
Hasil pengujian menunjukan bahwa fraksi volume paling tinggi adalah
pada material komposit dengan diameter tali serat sabut kelapa 3 mm yaitu 19,2
%, tegangan tarik paling tinggi adalah pada material komposit dengan diameter
tali serat sabut kelapa 5 mm yaitu 17,13 MPa, regangan tarik paling tinggi adalah
pada material komposit dengan diameter tali serat sabut kelapa 5 mm yaitu 0,731
% dan modulus elastisitas tarik paling tinggi adalah pada material komposit
dengan diamater tali serat sabut kelapa 3 mm yaitu 4936,66 MPa, sedangkan pada
pengujian bending harga rata-rata paling optimal dari setiap parameter yang terdiri
dari, tegangan bending paling tinggi adalah material komposit dengan diameter
tali serat sabut kelapa 3 mm yaitu 14,72 MPa dan modulus elastisitas bending
paling tinggi adalah pada material komposit dengan diamater tali serat sabut
kelapa 3 mm yaitu 2027,93 MPa
KARAKTERISASI KOMPOSIT SERAT IJUK-RESIN
Bejana tekan Composite overwrapped pressure vessel (COPV) dimana dindingnya terdiri dari dua lapisan, lapisan pertama biasanya terbuat dari logam, sedangkan lapisan kedua terbuat dari komposit, dimana jenis lapisan yang umum digunakan untuk COPV ini yaitu komposit serat karbon, serta kaca (glass fibre), namun dalam pembuatannya serat ini terbilang mahal dibandingkan dengan serat lainnya. Untuk itu dibutuhkan suatu alternatif untuk menekan biaya produksi tanpa mengurangi keandalan dari bejana tekan tersebut. Serat alam bisa jadi salah satu alternatif untuk pembuatan lapisan dari COPV tersebut yang salah satunya adalah komposit berpenguat serat ijuk.
Tanaman Aren atau pohon aren tumbuh hampir disetiap daerah pesisir di Indonesia. Jumlahnya yang melimpah dan tidak mengenal musim adalah beberapa keunggulan jika dibandingkan dengan tanaman lain. Akan tetapi sangat disayangkan selama ini tanama aren memiliki nilai ekonomis yang sangat rendah hanya niranya saja yang memiliki nilai ekonomis, sedangkan bagaian tanaman yang lainnya terbuang percuma atau bernilai sangat rendah. Oleh karena itu tujuan utama penelitian ini adalah memanfaatkan ijuk tanaman aren dan mencari kekuatan tarik dan bending yang maksimal.
Ijuk tersebut akan dijadikan material komposit dengan menggunakan matriks polyester, dimana ijuk akan berfungsi sebagai penguat dari material komposit. Ijuk tersebut dipotong kemudian dibentuk tali dengan diameter 3 mm dan 5 mm kemudian dibuat komposit dengan matriks polyester, setelah itu lembaran akan dibentuk spesimen uji tarik dan bending. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variasi diameter tali serat ijuk 3 mm dan 5 mm untuk pengujian tarik dan pengujian bending.
Dari hasil penelitian terlihat bahwa Kekuatan tarik dan kekuatan bending paling besar dimiliki olek material komposit dengan diameter tali serat 5 mm yaitu 20,8 MPa dan 23,23 MPa. Sedangkan modulus elastisitas tarik paling tinggi adalah pada material komposit dengan diameter serat 3 mm yaitu 4253,33 MPa, dan modulus elastisitas bending didapat nilai paling tinggi pada material komposit dengan diameter serat ijuk 5 mm yaitu 2994,66 MP
PENGEMBANGAN PROGRAM UNTUK PROTOTYPE MESIN PEMBENGKOK BATANG SILINDER
ABSTRAK
Mesin pembengkok (bending) adalah mesin yang digunakan untuk membengkokkan atau
menekuk pipa dengan menggunakan dies. Bending merupakan pengerjaan dengan cara memberi
tekanan pada bagian tertentu sehingga terjadi deformasi plastis pada bagian yang diberi tekanan.
Pengerjaan bending biasanya dilakukan pada bahan plat atau pipa baja karbon rendah untuk
menghasilkan suatu produk dari bahan plat atau pipa.
Di laboratorium otomasi robotika terdapat Prototype mesin pembengkok batang silinder
yang dikendalikan dengan menggunakan Software CodevisionAVR. Software CodevisionAVR ini
hanya dapat mengendalikan Prototype mesin pembengkok batang silinder untuk membuat produk
dengan satu bentuk tertentu. Jika Prototype mesin pembengkok akan membuat bentuk yang lain
maka programmer harus membuat program dari awal, karena dalam hal ini mikrokontroller
digunakan untuk memerintah mekanisme penggerak pada Prototype mesin pembengkok.
Berdasarkan hal tersebut timbul gagasan untuk mempermudah progammer dalam membuat
program untuk mengendalikan prototype mesin pembengkok. Agar mikrokontroller yang
awalnya digunakan untuk memerintah motor penggerak pada mekanisme prototype mesin
pembengkok diubah fungsinya untuk menerjemahkan data yang dikirim dari komputer. Data
yang dikirim komputer berupa data gerakan motor yang dapat diterjemahkan mikrokontroller
menjadi sinyal digital
PERANCANGAN SPOT WELDING
Mesin las merupakan salah satu hal terpenting dalam industri modern dalam berbagai
penyambungan. Las titik yang tersedia pada umumnya berskala besar. Oleh karena itu
dibutuhkan mesin las titik (spot welding) yang skala kecil dan mudah dibawa kemana-mana.
Tujuan dari perancangan ini adalah membuat sebuah mesin las yang dapat digunakan untuk
kegiatan las pada ruangan yang sempit dan mudah dibawa kemana-mana. Metoda survei yang
digunakan yaitu dengan melakukan pencarian informasi, dilanjutkan dengan perancangan
rinci untuk mesin las tersebut. Setelah dilakukan perancangan didapatkan hasil perancangan
mesin las dengan menggunakan handle penjepit. Mesin las yang dirancang mampu mengelas
dengan arus 22,7 ampere.
Kata Kunci : Spot Welding, Portable, Perancangan Rinc
PEMILIHANKOMPRESOR DENGAN KAPASITAS 15 MMSCFD, TEKANAN SUCTION 175 PSIG DAN TEKANAN DISCHARGE 425 PSIG DI NFG SPU-A FIELDJATIBARANG PT PERTAMINA EP ASSET 3
PT Pertamina EP field jatibarang merupakan salah satu lapangan
eksplorasi produksi minyak dan gas di Indonesia yang banyak menggunakan
metode gaslift untuk mengangkat minyak ke permukaan yang memanfaatkan
kompresor untuk mendapatkan gas bertekanan tinggi.
Kondisi saat ini yang ada di
field jatibarang belum mempunyai kompresor
yang cukup untuk
supply kebutuhan gas lift tersebut sehingga memerlukan
bantuan Pertagas untuk melakukan proses kompresi dengan biaya 0,44 US$ per
MSCFD.Berdasarkan kondisi tersebut, PT Pertamina EP akan melakukan analisis
untuk mengetahui spesifikasi kompresor yang sesuai dengan kondisi operasi yang
ada di
field jatibarangsehingga biaya kompresi dapat dihilangkan.
Perhitungan untuk mengetahui spesifikasi kompresor dimulai dengan
menghitung sifat-sifat kimia dari natural gas yang didapatkan dari komposisi
kimia gas. Perhitungan actual flow dan tekanan discharge digunakan untuk
mengetahui tipe kompresor yang sesuai dengan kebutuhan.
Sizing dilanjutkan
dengan menentukan jumlah stage berdasarkan rasio kompresi, kemudian
perhitungan diameter silinder dan daya yang dibutuhkan. Langkah selanjutnya
adalah menghitung rod load untuk mengetahui beban maksimum yang terjadi
pada piston rod. Kemudian yang terakhir adalah mengevaluasi TCO (total cost
ownersip
) untuk masing masing spesifikasi kompresor yang telah dipilih.
Sesuai dengan hasil perhitungan dapat diketahui bahwa spesifikasi
kompresor terbaik yang dipilih adalah kompresor Ariel JGT/2 dengan engine
Caterpillar G3512 LE
KARAKTERISASI MATERIAL DAN PROSES PERLAKUAN PANAS PADA KOMPONEN LINER UNTUK PABRIK SEMEN
Tugas akhir ini berisi tentang karakterisasi material liner untuk pabrik
semen dan proses perlakuan panas yaitu hardening dan tempering. Karakterisasi
material dilakukan pada komponen liner dengan menggunakan pengamatan
metalografi, pengujian komposisi kimia, dan pengujian kekerasan. Dari hasil
pengujian komposisi kimia diperoleh unsur-unsur 0,42 mass%C, 0,25 mass%Si,
0,70 mass%Mn, 0,015 mass%P, 0,004mass%S sehingga material liner ini
termasuk kedalam kategori baja karbon medium. Hardening dilakukan pada
proses temperatur pemanasan 900°C dan mengalami laju proses pendinginan
dengan menggunakan media air (quenching), pada proses temperatur pemanasan
tempering dilakukan pada 150°C, 350°C, 600°C dengan proses laju pendinginan
normal pada udara (diluar furnace). Waktu penahanan (holding time) yang
digunakan untuk kedua perlakuan panas tersebut adalah sama 30 menit. Kemudian
dilakukan beberapa pengujian yaitu pengujian kekerasan dan pengujian
metalografi.
Dari pengujian kekerasan diperoleh harga rata-rata pada material awal
sebesar 12,03 HRc, dan pada kondisi material aus sebesar 9,3 HRc. Spesimen
hardening 9000C sebesar 47,4 HRc, harga kekerasan pada kondisi material aus
adalah sebesar 28,6 HRc, dan harga kekerasan pada material yang telah
mengalami proses tempering pada temperatur 1500C, 3500C, 6000C berturut-turut
adalah 22,7, 20,7, dan 15 HRc.
Dari hasil pengamatan struktur mikro pada spesimen material liner kondisi
awal diperoleh fasa ferrit dan perlit, sedangkan pada spesimen hardening 9000C
diperoleh fasa martensit, dan pada spesimen tempering dengan temperatur1500C,
3500C, 6000C diperoleh fasa martensit temper, martensit temper dengan ferrit, dan
sementit dengan ferrit.
Struktur mikro sebelum perlakuan panas adalah fasa ferrit dengan perlit,
dan berubah menjadi martensit setelah proses hardening, dan menjadi martensit
temper yang lebih halus dan merata setelah proses tempering
ANALISA UJI PERFORMA MESIN 864F DAN 888F
Daya terik konsumen dalam menentukan kendaraan khususnya mobil yang akan dibeli
tidak hanya dari segi interior atau exterior mobil, namun juga diperhatikan dari segi tenaga dan
konsumsi bahan bakar mobil tersebut. Untuk mengetahui tenaga dan konsumsi bahan bakar
engine makan perlu dilakukan uji performa engine. Dalam hal ini penulis melakukan pengujian
terhadap dua engine yang berbeda jenis bahan bakar yaitu engine dengan bahan bakar pertamax
plus dan engine dengan bahan bakar ethanol. Dari hasil pengujian yang dilakukan penulis
membandingkan data hasil pengujian dan menganalisa perbedaan yang dihasilkan. Tujuan
pengujian ini adalah untuk mengetahui karakter engine dari segi daya, torsi dana konsumsi bahan
bakar yang dihasilkan jika menggunakan bahan bakar pertamax plus dan bahan bakar ethanol.
Pengujian ini dilakukan dipabrik pembuatan engine 864F dan engine 888F dengan menggunakan
instalasi uji dynamometer. Dari hasil pengujian yang dilakukan dapat kita ketahui bahwa engine
yang menggunakan bahan bakar ethanol memiliki daya 7.35% lebih besar dan torsi 7.64% lebih
besar dari engine pertamax plus. Namun secara konsumsi bahan bakar, engine dengan pertamax
plus lebih irit 32.94% dibandingkan engine dengan ethanol. Maka konsumen dapat memilih dari
segi mana dia membeli mobil. apakah dia akan membeli mobil dengan tenaga yang besar atau
konsumsi bahan bakar yang irit
KARAKTERISASI MATERIAL CARRABINER SNAP
Carrabiner adalahbagian penting sistem keselamatan untuk panjat tebing,
caving, paralayang, kontruksi dan pendaki gunung. Pada sebuah carrabiner,
kekuatan dan massa merupakan parameter yang sangat penting dalam sebuah
carrabiner.
Carrabiner terbuat dari Aluminium seri 7075, paduan aluminium yang mana
dikenal sebagai"aluminium sebagai material struktur pesawat". Jenis ini banyak
digunakan karena memiliki kekuatan yang tinggi serta densitas material yang rendah
sehingga biaya trasportasinya murah.Karena bahan yang digunakan berada dalam
kondisi tekanan yang tinggi di lingkungan, retak sangatlah sering terjadi sehingga
banyak sekali menimbulkan minat bagi insinyur untuk melakukan penelitian.
Tujuan mengetahuai jenis material dan sifat-sifat mekaniknya dengan cara reaksi
kimia dan pengujian mekanik , pengujian kekerasan. Dari penelitian tersebut bahan
carrabiner adalah alumunium seri 7075
KARAKTERISASI MATERIAL DAN PROSES PERLAKUAN PANAS PADA KOMPONEN LINER UNTUK PABRIK SEMEN
Tugas akhir ini berisi tentang karakterisasi material liner untuk pabrik
semen dan proses perlakuan panas yaitu hardening dan tempering. Karakterisasi
material dilakukan pada komponen liner dengan menggunakan pengamatan
metalografi, pengujian komposisi kimia, dan pengujian kekerasan. Dari hasil
pengujian komposisi kimia diperoleh unsur-unsur 0,42 mass%C, 0,25 mass%Si,
0,70 mass%Mn, 0,015 mass%P, 0,004mass%S sehingga material liner ini
termasuk kedalam kategori baja karbon medium. Hardening dilakukan pada
proses temperatur pemanasan 900°C dan mengalami laju proses pendinginan
dengan menggunakan media air (quenching), pada proses temperatur pemanasan
tempering dilakukan pada 150°C, 350°C, 600°C dengan proses laju pendinginan
normal pada udara (diluar furnace). Waktu penahanan (holding time) yang
digunakan untuk kedua perlakuan panas tersebut adalah sama 30 menit. Kemudian
dilakukan beberapa pengujian yaitu pengujian kekerasan dan pengujian
metalografi.
Dari pengujian kekerasan diperoleh harga rata-rata pada material awal
sebesar 12,03 HRc, dan pada kondisi material aus sebesar 9,3 HRc. Spesimen
hardening 900
0
C sebesar 47,4 HRc, harga kekerasan pada kondisi material aus
adalah sebesar 28,6 HRc, dan harga kekerasan pada material yang telah
mengalami proses tempering pada temperatur 150
0
C, 350
0
C, 600
0
C berturut-turut
adalah 22,7, 20,7, dan 15 HRc.
Dari hasil pengamatan struktur mikro pada spesimen material liner kondisi
awal diperoleh fasa ferrit dan perlit, sedangkan pada spesimen hardening 900
i
0
C
diperoleh fasa martensit, dan pada spesimen tempering dengan temperatur150
0
C,
350
0
C, 600
0
C diperoleh fasa martensit temper, martensit temper dengan ferrit, dan
sementit dengan ferrit.
Struktur mikro sebelum perlakuan panas adalah fasa ferrit dengan perlit,
dan berubah menjadi martensit setelah proses hardening, dan menjadi martensit
temper yang lebih halus dan merata setelah proses tempering
- …