118 research outputs found

    Pedagogical Content Knowledge (PCK) Mathematics Pre-service Teachers in Developing Content Representations (CoRes)

    Get PDF
    This study aimed to determine the pedagogical content knowledge (PCK) of pre-service teachers in developing CoRes as a support for designing mathematics learning. Data were collected by reviewing documents of CoRes development results by 32 pre-service teachersā€™ after analyzing school mathematics learning documents in the form of syllabi and lesson plans prepared by experienced teachers. The analysis of the results of the pre-service CoRes document made by the pre-service teachersā€™ is done using descriptive statistics that are by calculating the mean. The results of the data analysis show that 18.8% of the pre-service teachers achieved very good qualification, 56.3% with good qualification, 15.6% with sufficient qualification, and 9.4% with poor qualification. Although there were still pre-service teachers belonged to the poor qualification, there were no pre-service teachers who failed in developing CoRes. Some individual students still seem to have difficulty developing CoRes. However, the CoRes document that has been prepared is very useful for carrying out further activities. Thus, it can be concluded that the development of CoRes can be used by pre-service teachers as a support to design learning

    Sociocultural Perspective in Education

    Get PDF

    Implementasi Pendidikan Holistik di SMA Berasrama (Boarding School).

    Get PDF
    Pendidikan holistik melalui program ALEYE (Akademik, Leadership Program, Ektrakurikuler Atau Learning To Live, Youth Entrepreneurship Program, dan Environment Caring Programs) dapat memberikan efek positip bagi pengembangan potensi siswa dengan optimal, tetapi program tersebut belum banyak diterapkan di sekolah berasrama. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Merumuskan model pendidikan holistik yang diimplementasikan di SMA Berasrama (Boarding School) berdasarkan hasil penelitian di lapangan, 2) Menganalisis implementasi pendidikan holistik di SMA Berasrama (Boarding School) dan, 3) Mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi pendidikan holistik di SMA Berasrama. (Boarding School). Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain studi kasus (case study). Penelitian dilakukan di SMA Negeri ā€˜Xā€ Malang Indonesia. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam, observasi, dokumentasi, dan Focus Group Discussion. Analisis data hasil penelitian menggunakan model Miles and Huberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Model Pendidikan Holistik yang diimplementasikan di sekolah tersebut memadukan konsep Pendidikan Ki Hadjar Dewantara dan UNESCO yang mengembangkan seluruh potensi individu dengan mengintegrasikan 4 H: Head (intelektual), Heart (emosional, sosial, dan spiritual), Hand (keterampilan), dan Health (kesehatan) melalui interaksi dengan lingkungan dan masyarakat; dalam suasana pembelajaran yang menyenangkan, demokratis, dan humanis. 2) Pendidikan holistik abad 21 yang diimplementasikan di SMA N 10 Malang menerapkan Program ALEYE (Akademik, Leadership Program, Ektrakurikuler Atau Learning To Live, Youth Entrepreneurship Program, dan Environment Caring Programs). 3) Faktor pendukung dan Faktor penghambat dalam Implementasi Pendidikan Holistik abad 21 di SMA N 10 Malang adalah Faktor Pendukung Internal: Kurikulum, Tenaga Pendidik Profesional, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Proses Pembelajaran, Sarana dan Prasarana, Manajemen Sekolah, Tri Sentra Pendidikan, dan Budaya Sekolah. Faktor Pendukung Eksternal: Dukungan Walikota dan Kepala Dinas Pendidikan Kota Malang dalam bentuk kebijakan dan dukungan dana; kemitraan dengan Putra Sampurna Foundation, Pertamina, dan Astra; Kondisi Belajar (Condition of learning) yang Baik. Faktor Penghambat Internal: Kekurangan Guru Asrama. Faktor Penghambat Eksternal: Tingginya biaya operasional sekolah

    Pengembangan Model Penyiapan Pedagogical Content Knowledge (PCK) Calon Guru Melalui Program Perkuliahan Perencanaan Pembelajaran Matematika.

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model penyiapan pedagogical PCK calon guru (MPPCKCGu) melalui program perkuliahan perencanaan pembelajaran matematika (PPM) yang layak untuk digunakan yaitu memenuhi kriteria valid, praktis dan efektif untuk meningkatkan kemampuan merancang dan mengimplementasikan pembelajaran matematika. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan, menggunakan model pengembangan Plomp. Prosedur pengembangan terdiri atas tiga fase yaitu: (1) preliminary research; (2) development or prototyping phase; (3) assessment phase. Subjek penelitian adalah mahasiswa pendidikan matematika semester V, dan dosen di Pekanbaru-Riau. Data yang dikumpulkan berupa: (1) data kuantitatif: skor kevalidan, kepraktisan dan keefektifan produk, dan (2) data kualitatif: saran perbaikan produk oleh para validator atau praktisi, serta komentar dari mahasiswa terkait pelaksanaan model perkuliahan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa (1) lembar validasi model perkuliahan; (2) lembar validasi RPS dan SAP; (3) lembar validasi LKM; (4) lembar validasi bahan ajar; (5) lembar penilaian kepraktisan dari dosen; (6) lembar penilaian kepraktisan dari mahasiswa; (7) lembar observasi keterlaksanaan perkuliahan; (8) tes penguasaan konsep materi trigonometri; dan (9) tes pedagogical content knowledge (PCK). Alur model penyiapan PCK calon guru meliputi: (1) menyiapkan, (2) menggali informasi, (3) menganalisis, (4) merancang, (5) menyajikan, dan (6) menyimpulkan. Produk yang dihasilkan berupa model penyiapan PCK calon guru beserta panduan model dan perangkat pendukung pelaksanaan perkuliahan berupa SAP, LKM, bahan ajar dan penilaian berupa tes konten dan angket PCK. Hasil analisis menunjukkan bahwa MPPCKCGu dan perangkat pendukungnya memiliki tingkat kevalidan sangat baik. Hasil uji coba memenuhi kriteria praktis. Hasil penilaian dosen menunjukkan kepraktisan dengan kriteria sangat baik. Respon mahasiswa menunjukkan kepraktisan dengan kriteria baik. Hasil observasi keterlaksanaan perkuliahan, menunjukkan bahwa MPPCKCGu terlaksana sebesar 86,1%. Calon guru dapat mengembangkan analisis konsep, menyusun peta konsep, mengembangkan Content Representations (CoRes), mengembangkan Pra- Pedagogical and Professional-experience Repertoires (PaP-eRs), merancang pengajaran matematika dalam bentuk pengembangan silabus, pengembangan RPP, dan mengimplementasikan pengajaran matematika dalam bentuk simulasi pembelajaran terbatas semuanya dengan kualifikasi baik. Berdasarkan hasil evaluasi perkuliahan mahasiswa menunjukkan bahwa MPPCKCGu efektif untuk meningkatkan kemampuan merancang dan mengimplentasikan pembelajaran matematika

    Penurunan Bod Dan Cod Limbah Cair Industri Tapioka Di Kabupaten Purbalingga Dengan Metode Pelapisan Tanah Berganda Decreasing Bod and Cod of Tapioca Industrial Liquidwaste at Purbalingga Regency by Multi Soil Layering Method

    Full text link
    Multi Soil Layering (MSL) method for decreasing BOD (Biochemical Oxygen Demand) and COD (Chemical Oxygen Demand) of tapioca industrial liquidwaste at Purbalingga has been developed. MSL is a method of liquidwaste treatment enhancing function of soils to purify the waste. The research aimed at determining optimum loading rate and efficiency of MSL system to decrease BOD and COD. Results showed that optimum loading rate of the waste to the system was 320 L m- 2day-1 and efficiency of the system to decrease BOD and COD was 94.50 and 91.50%, respectively. Keywords: Multi Soil Layering method, Tapioca industrial liquidwaste, BOD, COD

    Membangun Literasi Matematika berbasis Budaya Lokal: Studi Pemikiran dan Praktik Guru Matematika SMP.

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk: 1) memaknai beliefs guru tentang literasi matematika berbasis budaya lokal, 2) mengkonstruksi konsep membangun literasi matematika berbasis budaya lokal, 3) mempolakan praktik guru membangun literasi matematika berbasis budaya lokal dalam pembelajaran di kelas. Penelitian ini merupakan studi kasus jamak terhadap tiga guru matematika SMP yang telah menggunakan budaya lokal dalam pembelajaran di kelas. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam, observasi non partisipan, serta studi dokumentasi dan dianalisis menggunakan teknik analisis data kualitatif model interaktif Miles dan Huberman. Keabsahan data dilakukan dengan triangulasi data, thick description, member check, dan validasi ahli melalui teknik Delphi. Penelitian ini menghasilkan tiga simpulan. Pertama, literasi matematika berbasis budaya lokal merupakan kemampuan matematika fungsional yang dicapai melalui eksplorasi budaya lokal. Pemikiran ini dilandasi oleh belief bahwa matematika merupakan ilmu yang bermanfaat sebagai alat berpikir untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari yang terikat dengan dimensi manusia dan budaya. Konsep literasi matematika berbasis budaya lokal dalam pemikiran guru belum menempatkan budaya lokal sebagai alat evaluasi terhadap literasi matematika yang dikembangkan. Kedua, konsepsi membangun literasi matematika berbasis budaya lokal dirancang berdasarkan karakteristik matematika dan proses yang mendidik dalam bentuk diskusi dan presentasi dengan kegiatan mengamati artefak, menirukan cara/strategi menghasilkan artefak, lalu merancang dan mengkreasi artefak yang dimodifikasi. Konsepsi membangun literasi matematika berbasis budaya lokal dalam pemikiran guru masih berpusat kepada matematika sehingga belum seimbang dengan upaya membangun identitas budaya. Ketiga, ditemukan pola praktik guru dalam membangun literasi matematika berbasis budaya lokal sebagai membangun kemampuan berpikir matematis, membangun pengetahuan dan keterampilan matematika aplikatif, dan membangun identitas budaya yang dilaksanakan melalui kegiatan eksplorasi dan abstraksi artefak, kegiatan komunikasi matematis, penggunaan algoritma, dan pemecahan masalah

    BELAJAR SAINS MENYENANGKAN DENGAN METODE MONTESSORI UNTUK SISWA TK AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL DUKUHWALUH

    Get PDF
    Telah dilaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan khalayak sasaran siswa TK Aisyiyah Bustanul Athfal Dukuhwaluh.  Pada kegiatan ini, siswa-siswi diperkenalkan pada empat percobaan sains sederhana dengan metode Montessori. Keempat percobaan tersebut  yaitu: fenomena gunung berapi, mengenali anatomi tubuh manusia, sifat magnetik serta perbedaan massa jenis. Pada eksperimen gunung berapi, anak-anak diperkenalkan dengan reaksi kimia sederhana antara natrium bikarbonat (soda kue) dan cuka (asam asetat) menghasilkan gas CO2 sebagai gelembung-gelembung, menyerupai letusan gunung berapi. Pada eksperimen mengenal anatomi tubuh manusia, anak-anak dikenalkan dengan anatomi tubuhnya dimulai dari gigi dan bagaimana cara merawatnya, mengenali organ dalam manusia dengan melihat poster dan bermain puzzle. Pada eksperimen mengenal medan magnet, diajarkan tentang bagaimana magnet dapat menarik uang logam dan tidak dapat menarik uang kertas. Pada eksperimen massa jenis, diajarkan bahwa perbedaan massa jenis air dan air garam dapat menyebabkan sebuah benda terapung atau tenggelam. Metode Montessori menempatkan anak sebagai pusat pembelajaran. Anak diberikan kebebasan untuk mengeksplorasi materi belajar dengan cara yang alami dan menarik. Dengan pengawasan dan bimbingan yang tepat, eksperimen-eksperimen sederhana tersebut dapat menjadi pengalaman pembelajaran yang berharga dan mendalam bagi anak-anak, sehingga membangun dasar yang kuat untuk pemahaman ilmiah mereka di masa depan

    STATUS ISOlEK YOGYAKARTA-SURAKARTA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP BAHASA JAWA STANDAR

    Get PDF
    This research study focuses on the Yogyakarta-Surakarta isolects, a means of communication among members of communities in the areas of Yogyakarta and Surakarta, whose status as language, dialect, or sub dialect has not been established yet. It is necessary to establish the status of the two isolects as there is confusion among educational practitioners and members of communities in general regarding the rules of the standard Javanese that the government has established so far. In their development, Yogyakarta and Surakarta have moved in different directions; it seems that their similarities are dropping significantly now a days. If this can be proved, then the status of the two isolects needs to be established and the rules of the standard Javanese need reviewing. For that purpose, a field survey was conducted in the Province of Yogyakarta Special Territory and the Ex-residency of Surakarta. The research objects included all Javanese utterances in the Yogyakarta and Surakarta areas whose status as language, dialect, and subdiolect has not been established yet. The data were collected through interviews, accompanied by observations, recording, and note making, employing a list of 200 basic words by Swadesh edited by Pusat Bahasa, a vocabulary list of 600 glosses, a list of phrases, and a list of sentences. The data were analyzed by a diachronic method using the lexicostatistics technique and a synchronic method using the comparative technique. The research findings show that the status of the relationship of the two isolects is the relationship between dialects in one language (the percentage of the family similarities being 86.75 %). This is supported by the results of the synchronic analysis through the vocabulary of 600 glosses, the phrase level, and the sentence level. The linguistic evidences have the implication on the establishment of the standard Javanese. In the two isolects, there are both similar and unique elements. The similar elements in the two isolects become the standard Javanese dialect, and the unique elements become the local elements. In the Javanese learning process in school, the standard Javanese dialect and the local Javanese are taught. Likewise, Javanese textbooks will refer to the standard Javanese and the local or substandard Javanese

    DINAMIKA RELASI POLITIK ANTARA OTONOMI GURU DAN DOMINASI KEKUASAAN

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dinamika relasi politikĀ antara otonomi guruĀ dan dominasi kekuasaan. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif fenomenologis. Lokasinya di Kabupaten Bantul. Subjek terdiri dari 37 orang yang dipilih secara purposive. Prosedur penelitian ditempuh dengan lima langkah, dengan metode penggalian data: angket terbuka, wawancara mendalam, dan kajian dokumen. Trianggulasi melalui trianggulasi: metode dan sumber, diskusi ahli, dan penjelasan banding. Analisis data dilakukan secara kualitatif fenomenologis. Temuan penelitian adalah sebagai berikut. Pertama, upaya guru dalam membangun otonominya menuju sosok profesional dipengaruhi oleh dinamika politik. Kedua, terdapat politisasi guru oleh penguasa daerah, yang dilakukan melalui ā€˜praktik terselubungā€™ untuk ā€˜meraih dukunganā€™ dan berujung pada bargaining politik dan sharing kekuasaan. Ketiga, ada dua bentuk politik dominasi penguasa terhadap guru, yaitu melalui ā€˜politik kooptasiā€™ dan melalui ā€˜politik pengambilan hatiā€™. Keempat, politik kooptasi berimplikasi negatif pada melemahnya sikap kritis guru, sedangkan politik pengambilan hati berimplikasi positif pada meningkatnya jumlah guru dalam studi lanjut dan meningkatnya kesejahteraan guru. Kata kunci: relasi politik, otonomi guru, dan dominasi kekuasaa
    • ā€¦
    corecore