12 research outputs found
PENDUGAAN BOBOT BADAN SAPI BRAHMAN BERDASARKAN UKURAN-UKURAN TUBUH PADA UMUR SAPIH DI BPTUāHPT SEMBAWA SUMATERA SELATAN
Penelitian mengenai Pendugaan Bobot Badan Sapi Brahman Pada Umur
Sapih di BPTU-HPT Sembawa Sumatera Selatan dilaksanakan pada bulan Mei -
Juni tahun 2016. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keeratan hubungan
antara ukuran tubuh dengan bobot umur sapih sapi Brahman. Manfaat dari
penelitian ini adalah untuk memberikan informasi mengenai pendugaan bobot sapih
yang dapat digunakan sebagai dasar penentuan harga jual sapi oleh peternak rakyat
dan proses seleksi oleh BPTU-HPT Sembawa.
Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah data recording 50 ekor
sapi Brahman hasil perkawinan dengan straw impor dari Kanada dan USA, yang
meliputi bobot badan lahir, bobot badan umur 205 hari, ukuran tubuh umur lahir
dan umur sapih di BPTU ā HPT Sembawa, Sumatera Selatan. Data recording yang
dianalisis adalah dimensi ukuran tubuh (tinggi gumba, panjang badan dan lingkar
dada). Perhitungan bobot umur terkoreksi 205 hari dilakukan untuk menghilangkan
bias bobot karena pengaruh umur induk. Persamaan regresi, koefisien korelasi (r)
dan koefisien determinasi (R
2
) diperoleh menggunakan program komputer SPSS
versi 20 for Windows.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lingkar dada merupakan ukuran tubuh
yang memiliki keeratan paling besar dan positif terhadap bobot sapih sapi Brahman
jantan dan betina. Nilai koefisien korelasi (r) dan koefisien determinasi (R
) pada
umur terkoreksi 205 hari masing-masing sebesar 0,71; 51,4 dan 0,87; 76,4,
sedangkan pada umur nyata di lapangan masing-masing sebesar 0,74; 54,9 dan
0,93; 86,6.
Simpulannya Lingkar dada dapat digunakan untuk menduga bobot sapih
sapi Brahman baik berdasarkan umur nyata di lapangan ataupun umur terkoreksi
205 hari
Penampilan Berahi Sapi Jawa Berdasarkan Poel 1, Poel 2, dan Poel 3
The purpose of this study was to determine the performance of Java cattle estrus that includes length of estrous, changes in the vulva, the presence of cervical mucus, and the behavior on different ages Java cattle. The study was conducted on July 18, 2011 until August 11, 2011 in KTT Cikoneng Sejahtera, Sub Banjarharjo, Brebes regency, Central Java. Materials used in this study were 11 cows Java has Poel 1 (1 Ā½ - 2 years) 4 heads, Poel 2 (over 2-3 years) 3 heads, and Poel 3 (above 3-3 Ā½ years) 4 heads. The parameters measured were the appearance of the vulva, cervix mucus abundance, behavior, and estrous length. The results showed that vulva performance scores of Java cattle Poel 1, Poel 2, and Poel 3 respectively are 1; 1; 1.5. The cervical mucus of Java cattle Poel 1, Poel 2, and Poel 3 respectively are 1; 1; and 2,5. Behavior score for Poel 1, Poel 2, and Poel 3 respectively are 1, 1; 1.5. Estrous length of Java cattle poel 1, 2, and 3 respectively is 10 hours, 12 hours, and 13.5 hours. The conclusion of this research is a female cow Java Poel 3 shows the appearance of a relatively more obvious passion and longer than females Java cows Poel Poel 1 and 2
Identifikasi Keturunan Entok Betina yang Kawin dengan Itik Jantan pada Peternakan Rakyat di Kabupaten Semarang dan Brebes
MARGARETHA M. ELSOIN. H2B 007 030. 2014. Identifikasi Keturunan Entok Betina yang Kawin dengan Itik Jantan pada Peternakan Rakyat di Kabupaten Semarang dan Brebes. (Identification Descent of Females Muscovy that Mate with Males Laying Duck on The Farm In Semarang and Brebes). (Pembimbing: BAREP SUTIYONO dan SUTOPO).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi keturunan entok betina yang kawin dengan itik jantan pada peternakan rakyat di Kabupaten Semarang dan Brebes. Materi yang digunakan dalam penelitian adalah itik, entok dan tiktok yang dimiliki oleh 30 responden pada peternakan rakyat di Kabupaten Semarang dan yang dimiliki oleh 30 responden pada peternakan rakyat di Kabupaten Brebes. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Penentuan responden dilakukan secara purposive sampling yaitu dipilih peternak pemelihara itik yang menghasilkan tiktok. Data yang diperoleh diolah secara statistik sederhana dan deskriptif.
merupHasil penelitian menunjukkan bahwa responden dalam penelitian ini merupakan orang-orang angkatan kerja dan memiliki potensi untuk beternak bila dilihat dari kisaran umur peternak dan rata-rata tingkat pendidikan akhir peternak yang mayoritas adalah Sekolah Menengah Atas. Pemeliharaan itik, entok dan tiktok di Kabupaten Brebes merupakan usaha utama, hal ini dapat dilihat dari rata-rata jumlah kepemilikan ternak dan juga sistem beternak yang cenderung sudah intensif. Perkawinan silang antara itik jantan dan entok betina terjadi secara alami, tanpa seleksi dan tanpa campur tangan manusia sehingga produksi telur dan keturunannya yang merupakan tiktok dan entok sangat bervariasi. Tiktok jantan dan betina hasil keturunan entok betina yang kawin dengan itik jantan dinyatakan fertil oleh beberapa responden pemiliknya karena pejantan mampu mengawini entok betina dan entok tersebut menghasilkan tiktok dan tiktok betina dinyatakan fertil karena tiktok tersebut bertelur dan telur yang dieraminya menetas
EFEK HETEROSIS BERBAGAI PENAMPILAN TIKTOK JANTAN DAN BETINA
Penelitian bertujuan untuk mengetahui efek heterosis dari tiktok jantan dan betina. Materi yang digunakan itik 24 jantan, 12 betina, entok 12 jantan, 23 betina dan tiktok 24 jantan, 24 betina. Variabel yang diukur adalah berat badan,karkas, non karkas, jerohan, telur, panjang badan, leher, tulang dada dan lingkar dada. Analisis data yang digunakan adalah uji rata-rata menurut metode General Linier Model (GLM), dari program Stastitical Analysis Sistem (SAS) dan perhitungan efek heterosis secara statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efek heterosis ukuran tubuh tiktok jantan lebih banyak positif, 0,69 - 8,81%, sebagian kecil negatif -2,23 sampai -2,74%. Pada tiktok betina semua efek heterosis negatif yaitu -0,03 sampai -45,36%. Disimpulkan bahwa efek heterosis tiktok jantan lebih banyak positif sedang pada betina semuanya negatif.(Kata kunci: Persilangan, Spesies, Tiktok, Ukuran tubuh, Efek heterosis
HETEROSIS KANDUNGAN NUTRISI DAN UJI ORGANOLEPIK PRODUK DARI TIKTOK
Persilangan antar spesies itik (Anas platyrhychos)dengan entok (Cairina muscovy).Ā yang menghasilkan jenis itik baru yang sering disebut mule duck yang berarti mesin tenun halus, dan mule duck. Persilangan antara itik dengan entok untuk mendapatkan tiktok yang mempunyai heterosis efek dari kapasitas ingestion dan steatosis dari gen. Penelitian bertujuan untuk mengetahui heterosis efek kandungan protein dan kandungan lemaknya dari daging dan telur serta uji organoleptik daging tiktok. Daging yang dianalisis masing-masing 10 g daging dada dari itik, entok dan tiktok, 5 ekor jantan dan 5 ekor betina. Sedang telur itik, entok dan tiktok masing-masing 10 butir. Dalam uji organoleptik daging dada itik, entok dan tiktok masing masing 300 g yang dimasak dengan bumbu dan lama waktu memasak sama, dengan jumlah panelis 24 orang.Ā Analisis menggunakan statistik diskriptif dan uji rata-rata menggunakan General Linier Model (GLM) dengan bantuan progam SAS System. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadungan protein dan lemak dari daging, kuning dan putih telur dari itik, entok dan tiktok semuanya tidak berbeda nyata. Heterosis efek kandungan protein daging, kuning dan putih telur semuanya negatif berkisarĀ -3,45 sampai -13,64% dan lemak daging -31,31 kuning dan pulith telur 1,61. Hasil uji organoleptik rata-rata pada itik, entok dan tiktok masing-masing 74,54; 79,41 dan 73,59. KesimpulanĀ heterosis efek protein daging dan telur negatif, lemak daging negatif dan telur positif. Pemanpilan daging goreng entokĀ terbaik kemudian itik, dan tiktok yang nilainya tidak jauh berbeda
Hubungan Penampilan Induk Anak Domba Dari Berbagai Tipe Kelahiran
The objectives of the study was to analyse the relationship between dam and their offspring on the basis of body measurement and body weight at some partus types. In this study, 85 ewes and 127 lamb were used as materials. Purposive sampling was used to determine the samples of partum type of ewes having single (A1), twin (A2) and more than two lambs (AL2). Parameters measured were the body length, shoulder height, hip width, chest circumference and chest width. The results showed that all body measurement of dam related to the lambs. The highest correlation were in ā„ P2 for shoulder height, chest circumference, hip width and body length. Those were 0.310: 0.702: - 0.655 and 0.373 respectively. In conclusion, there was relationship on all birth type and parameters between dam and lambs. The AL2 showed closer relationship as compared to that of A1 and A2. Those were body length, shoulder height, chest circumference and hip width