Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan
Not a member yet
    174 research outputs found

    Pengaruh Konsentrasi dan Waktu Perendaman dengan Larutan Kalsium Hidroksida Terhadap Mutu Sensori Produk Vacuum Frying Buah Nanas

    No full text
    AbstrakVacuum frying merupakan suatu alat yang telah terbukti banyak digunakan untuk mengolah buah-buahan menjadi kripik dengan kualitas sensori dan nutrisi yang baik. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh perendaman dengan larutan kalsium hidroksida atau Ca(OH)2 terhadap kualitas kripik nanas yang diproduksi dengan menggunakan vacuum frying. Rancangan percobaan dilakukan dengan rancangan acak lengkap yang variabel pertamanya adalah konsentrasi larutan perendaman (0,5, 1, dan 1,5%) serta variabel kedua adalah waktu perendaman (30, 60, dan 90 menit). Selanjutnya produk dianalisis sensori dengan metode uji mutu hedonik. Hasil menunjukkan bahwa perendaman dengan larutan kalsium hidroksida memberikan pengaruh terhadap intensitas sensori warna, rasa dan tingkat kerenyahan. Semakin besar konsentrasi dan lama perendaman dengan larutan kalsium hidroksida dapat meningkatkan kadar air produk dan mengurangi susut masa produk. Tingkat kecerahan produk bisa dipertahankan dengan peningkatan konsentrasi larutan kalsium hidroksida. Rasa kecut pada buah nanas juga bisa dikurangi dengan peningkatan konsentrasi larutan kalsium hidroksida. Kesimpulannya, produk dengan intensitas kerenyahan paling tinggi didapat dengan konsentrasi kalsium hidroksida sebesar 0,5% selama 30 menit.Effect of Concentration and Soaking Time of Calcium hydroxide Solution on Sensory Quality of Pineapple Vacuum Frying ProductAbstractVacuum frying is a tool that has proven widely to be used in the process of making fruits into chips that results in good sensory and nutrition quality of product. The present study was conducted to determine the effect of soaking with a Ca(OH)2 solution on the quality of pineapple chips that were manufactured using vacuum frying. The design of experiments were performed with a completely randomized design in which the first variable was the concentration of the solution (0.5, 1, and 1.5%) and the second variable was the soaking time (30, 60, and 90 minutes). Furthermore, the products were analyzed for sensory with hedonic quality test method. The results showed that soaking with Ca(OH)2 solution provided effect to the intensity of color, flavor, and crispness. The greater concentration and soaking time were able to increase the moisture content of the product and reduce shrinkage lifetime of the product. The brightness level could be maintained by increasing Ca(OH)2 solution. Sour taste in pineapple could also be reduced by increasing Ca(OH)2 solution. As conclusion, products with the highest intensity crispness were obtained with Ca(OH)2 concentration of 0.5% for 30 minutes of soaking time.•|•|•||

    Karakteristik Fisik dan Kimia Tepung Malt Gabah Beras Merah dan Malt Beras Merah dengan Perlakuan Malting pada Lama Germinasi yang Berbeda

    No full text
    Gabah Beras Merah (GBM) dan Beras Merah (BM) merupakan bahan pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan bermanfaat bagi kesehatan. Malting merupakan proses pengolahan serealia dan biji-bijian untuk meningkatkan nilai gizinya dengan tahapan perendaman, germinasi, kemudian pengeringan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik densitas kamba, kelarutan, kadar air, dextrose equivalent, dan aktivitas antioksidan pada tepung malt GBM dan malt BM dengan perlakuan malting pada lama germinasi yang berbeda. Perlakuan malting dilakukan pada lama germinasi 0, 24, 48, dan 72 jam. Data dianalisis menggunakan pola regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama germinasi pada proses malting mempengaruhi karakteristik kimia dan fisik tepung malt GBM dan tepung malt BM dengan korelasi sangat kuat. Pembuatan tepung malt BM menghasilkan tepung dengan karakter fisik dan kimia yang lebih baik dibanding GBM. Waktu tahap germinasi proses malting utamanya pada BM masih dapat dioptimalkan sehingga karakteristiknya masih berpotensi untuk ditingkatkan. Kesimpulannya, lama germinasi dapat mempengaruhi karakteristik kimia dan fisik tepung malt, baik untuk GBM maupun BM.Physical and Chemical Properties of Rough Red Rice Malt and Red Rice Malt Flour with Malting Treatment in Different Germination TimeRough red rice and red rice have high nutritional value and beneficial to health. Malting is a method of processing cereals and grains to increase its nutritional value by soaking, germination, and drying. This study aims to know the characteristic of bulk density, solubility, moisture content, dextrose equivalent, and antioxidant activity of rough red rice malt flour and red rice malt flour with malting treatment in vaious germination times. The data were analyzed using regression pattern with the treatment of malting germination time 0, 24, 48, and 72 hours. Results indicated that the various time of malting germination influenced the chemical and physical properties of rough red rice malt flour and red rice malt flour with very strong correlation. Red rice malt flour had better physical and chemical characteristics than rough red rice malt flour. Germination time in malting process specially for red rice still could be optimized. As conclusion, time of germination affected to the chemical and physical properties of malt flour from rough red rice and red rice.•|•|

    Total Bakteri Asam Laktat, Total Asam, Nilai pH, Viskositas, dan Sifat Organoleptik Yoghurt dengan Penambahan Jus Buah Tomat

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan total bakteri asam laktat, total asam, nilai pH, viskositas, dan sifat organoleptik pada yoghurt dengan penambahan jus buah tomat. Percobaan disusun menggunakan desain Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan dan 5 kali ulangan. Penambahan jus buah tomat sebanyak 0%, 2%, 4%, dan 6%. Hasil analisis pada total bakteri asam laktat, total asam, nilai pH, dan viskositas menunjukkan penambahan jus buah tomat memberikan perbedaan nyata (P˂0,05). Sedangkan terhadap organoleptik kesukaan (rasa) menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05). Total bakteri asam laktat 6,87-8,00 log CFU/ml; total asam 0,48-0,61%; nilai pH 5,61-5,06; viskositas 1,81-9,01 cP; organoleptik kesukaan (rasa) 2,72-2,96; warna 1,08-3,48. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kualitas yoghurt yang paling baik dengan adalah penambahan 6% jus buah tomat

    Pasta Pati Biji Palado (Aglaia sp) Termodifikasi Metode Pra-gelatinisasi, Ikatan Silang, dan Asetilase

    Get PDF
    Pengembangan proses produksi pati biji palado menjadi beberapa produk olahan memiliki potensi yang cukup besar, terkait dengan peningkatan nilai tambah salah satunya dapat dilakukan adalah modifikasi pati. Modifikasi dapat dilakukan dengan cara kimia, fisik maupun enzimatis. Salah satu metode modifikasi fisik adalah dengan metode pra-gelatinisasi dan modifikasi secara kimia dengan motede ikatan silang (crosslinking) dan asetilasi, yang diketahui dapat memperbaiki karakteristik pasta pati yang dihasilkan. Tujuan  penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan profil gelatinisasi pasta pati biji palado termodifikasi. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan dalam tiga tahap yaitu pembuatan pati, modifikasi pati, dan analisis profil gelatinisasi pasta pati dengan menggunakan ravid visco analyzer (RVA) untuk menentukan viskositas, suhu, dan waktu puncak terjadinya gelatinisasi. Data yang dihasilkan disajikan dalam bentuk tabulasi dan grafik, selanjutnya dianalisis dengan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan karakteristik dan profil gelatinisasi pasta pati biji palado yaitu viskositas puncak berkisar antara 3951 – 5579 cP, viskositas trough 1025 – 1689 cP, viskositas breakdown 2262 – 4448 cP, viskositas setback 1938 – 2333 cP, viskositas akhir 3037 – 3627 cP, suhu awal gelatinisasi berkisar antara 70,45 – 79,30oC, dan waktu puncak gelatinisasi 5,87 – 8,33 menit. Hal ini mengindikasikan pati biji palado termodifikasi memiliki sifat gelatinisasi berbeda yang berhubungan dengan struktur pati dan komposisi amilosa-amilopektin. Modifikasi pati dengan metode asetilase memiliki viskositas puncak yang paling rendah, sementara metode pre-gelatinisasi yang tertinggi.

    Studi Kerusakan Protein dalam Emulsi Ganda Air-dalam-Minyak-dalam-Air Natrium Klorida Menggunakan Instrumen Fourier Transform Infrared Spectroscopy

    No full text
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kerusakan protein dalam emulsi ganda W/O/W pada suhu penyimpanan (4, 25, 40°C) dan kadar NaCl yang berbeda (0; 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1%) setelah 3 minggu penyimpanan dan dianalisis menggunakan instrumen FTIR. Protein lazim digunakan sebagai penstabil dan emulsifier alami dalam emulsi pangan, namun memiliki kelemahan dalam stabilitas terhadap suhu tinggi dan nilai pH rendah mendekati titik isolelektriknya. Penelitian ini menggunakan 2 jenis protein yaitu gelatin untuk fase air internal (W1) dan isolat protein kedelai (IPK) untuk fase air eksternal (W2). Emulsi ganda dibuat melalui tahap emulsifikasi ganda yaitu emulsifikasi primer untuk mendapatkan emulsi W/O dan emulsifikasi sekunder untuk mendapatkan emulsi ganda W/O/W. Analisis FTIR menunjukkan bahwa bahan baku yaitu gelatin dan isolat protein yang digunakan dalam pembuatan emulsi masih dalam kondisi baik. Interpretasi spektra protein yang digunakan dalam emulsi menunjukkan adanya penambahan dan hilangnya gugus Amida utama yang terkandung dalam gelatin dan isolat protein kedelai, yaitu Amida I, II, IV, V dan VI. Kesimpulannya, proses pemanasan emulsi pada suhu 4, 25, dan 40°C dan penyimpanan emulsi selama 3 minggu menyebabkan kerusakan struktur protein pada gelatin dan isolat protein kedelai yang tercermin melalui spektra protein melalui FTIR.This experiment aims to observe protein deterioration in food double emulsion W/O/W in various NaCl concentrations i.e. 0; 0.2; 0.4; 0.6; 0.8; 1% and storage temperatures, i.e. 4, 25, 40°C after 3 weeks storage by FTIR analysis. Protein is commonly used in food emulsion as stabilizer and natural emulsifier. However, protein has bad performance in high temperature and low pH value near to its isoelectric point. This experiment used 2 types of protein: gelatin as a protein that was added in internal water phase (W1) and soy protein isolate as a protein that was added in external water phase (W2). Double emulsions were produced by 2 phase emulsification, which were primary emulsification (to generate primary W/O emulsion) and secondary emulsification (to produce double emulsion W/O/W). FTIR analysis showed that gelatin and soy protein isolate as main ingredients for W/O/W double emulsion were in a good condition. Protein spectra interpretation showed that emersion and loss of main Amide group of gelatin and soy protein isolate in double emulsion, which were Amide I, II, IV, V and VI. It was concluded that heating and storing process caused protein structure damage to gelatin and soy protein isolate that was able to be visualized by FTIR analysis

    Potensi Yogurt Rosella Probiotik Lactobacillus plantarum IIA-1A5 atau Lactobacillus fermentum B111K dalam Mengasimilasi Kolesterol

    No full text
    Yogurt rosella susu kambing merupakan susu kambing fermentasi menggunakan bakteri stater “Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus” serta ditambah ekstrak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L). Bakteri Lactobacillus plantarum IIA-1A5 dan Lactobacillus fermentum B111K digunakan sebagai probiotik pada pembuatan minuman yogurt rosella. Tujuan penelitian untuk mengevaluasi karakteristik dan kemampuan yogurt rosella probiotik dengan menggunakan L. plantarum IIA-1A5 dan L. fermentum B111K dalam mengasimilasi kolesterol secara in vitro dengan lama penyimpanan berbeda. Perlakuan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah P1 : Yogurt dengan bakteri L. bulgaricus dan S. thermophilus, P2 : Yogurt rosella dengan L. bulgaricus dan S. thermophilus,  P3 : Yogurt rosella dengan bakteri L. bulgaricus, S. thermophilus dan L. plantarum IIA-1A5,  P4 : Yogurt rosella dengan bakteri L. bulgaricus, S. thermophilus dan L. fermentum B111K. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bakteri L. plantarum IIA-1A5 dan L. fermentum memberikan pengaruh nyata (P<0.05) terhadap nilai viskositas, aktivitas air, total asam tertitrasi (TAT) selama penyimpanan 15 hari. Penggunaan bakteri L. plantarum IIA-1A5 dan L. fermentum B111K tidak memberikan pengaruh yang nyata (P>0.05) terhadap nilai total bakteri asam laktat (BAL) tetapi lama penyimpanan 15 hari memberikan pengaruh nyata (P<0.05). Karakteristik fisik, kimia dan mikrobiologi yogurt rosella probiotik Lactobacillus plantarum IIA-1A5 dan Lactobacillus fermentum B111K selama penyimpanan 15 hari masih baik dan layak untuk dikonsumsi. Selama penyimpanan 15 hari yogurt rosella probiotik Lactobacillus fermentum B111K (YRPF) memiliki potensi mengasimilasi kolesterol tertinggi dengan kolesterol terasimilasi sebesar 4.59 µg/ml dan persentase kolesterol terasimilasi sebesar 15.7%.Potency of Yogurt Roselle Probiotic Lactobacillus plantarum IIA-1A5 or Lactobacillus fermentum B111K in Assimilating CholesterolAbstractYogurt roselle milk goat is fermented milk goat using starter bacteria "Lactobacillus bulgaricus and Streptococcus thermophilus" probiotic bacteria added with rosella flower extract (Hibiscus sabdariffa L). The Lactobacillus plantarum IIA-1A5 and Lactobacillus fermentum B111K bacteria are used as probiotics in the manufacture of functional beverages of rosella yogurt. The objective of the study was to evaluate the characteristics and abilities of probiotic rosella yogurt by using L. plantarum IIA-1A5 and L. fermentum B111K in assimilating cholesterol by in vitro analysis with different storage times. Treatment conducted in this research was P1: yogurt with L. bulgaricus and S. thermophilus bacteria, P2: Yogurt with L. bulgaricus and S. thermophilus bacteria, P3: Yogurt with bacteria L. bulgaricus, S. thermophilus and L. plantarum IIA-1A5 bacteria, P4: rosella yogurt with stater bacteria and L. fermentum B111K. The results showed that L. plantarum IIA-1A5 and L. fermentum had significant effect (P <0.05) on viscosity, water activity, total titrated acids (TAT) during 15 days storage. The use of L. plantarum IIA-1A5 and L. fermentum B111K bacteria did not give significant effect (P> 0.05) to the total value of lactic acid bacteria (BAL) but 15 days storage time gave significant effect (P <0.05). Physical, chemical and microbiological characteristics of yogurt roselle probiotic L. plantarum IIA-1A5 and yogurt roselle probiotic L. fermentum B111K for 15 days storage are still good and feasible for consumption. During the 15 day storage of probiotic yogurt rosella L. fermentum B111K (YRPF) has the potential to assimilate the highest cholesterol with assimilated cholesterol by 4.59 μg/ml and the assimilated cholesterol percentage of 15.7%

    Komparasi Aktivitas Antioksidatif Ekstrak Teh Putih (Camellia sinensis Linn.) Dibandingkan Ekstrak Biji Anggur dan BHA pada Berbagai Konsentrasi

    No full text
    Teh putih merupakan produk olahan teh (Camellia sinensis Linn.) yang spesifik antara lain bahan baku berasal dari pucuk daun teh yang masih menggulung (kuncup), diolah tanpa melalui proses fermentasi dan berwarna putih keperakan. Tujuan penelitian adalah mengukur sifat antioksidatif ekstrak teh putih pada berbagai konsentrasi (25-150 ppm) dengan pembanding ekstrak biji anggur (EBA) dan antioksidan sintetik butylated hydroxyanisole (BHA). Teh putih diekstraksi dengan metode maserasi (bahan: aquades = 1:10; selama 10 menit pada suhu 60±2oC). Seduhan teh disaring dengan kertas saring Whatman 4, filtrat yang diperoleh dikering bekukan sebagai ekstrak teh putih (ETP) yang kemudian disimpan pada suhu <-20oC untuk dilakukan analisis selanjutnya. Hasil penelitian menunjukan yield ekstraksi teh putih 14,42±1,66% (b/b), total fenolik dan flavonoid ETP adalah masing-masing sebesar 18,56±0,25 g-GAE/100 g dan 4,28±0,1 g-QE/100 g, sedangkan untuk nilai uji radical scavenging activity-DPPH (RSA-DPPH) ETP adalah 14,15±0,10%. Terdapat signifikansi kapasitas penangkapan radikal bebas DPPH antar ekstrak (25-150 ppm) dengan urutan ETP < BHA < EBA (p<0,05). Nilai uji FRAP untuk ETP adalah. 0,169±0,001 (OD). Terdapat signifikansi kapasitas mereduksi ion Feri (FRAP) antar ekstrak (25-150 ppm) dengan urutan ETP<BHA< EBA (p<0,05). Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa total fenolik dan flavonoid ETP dapat ditentukan dengan baik dan jika dibandingkan dengan BHA dan EBA maka ETP dengan pelarut air ini menunjukkan hasil yang lebih kecil dari BHA dan EBA. Comparison Antioxidant Activity of White Tea (Camellia sinensis Linn.) Extract and Grape Seed Extract plus BHA in Various Concentrations AbstractWhite tea is a product processed specifically from tea leaves (Camellia sinensis Linn.). It is made with the top bud of tea plant. After picking, the leaves are minimally oxidized (unfermented process) and the leaves are easily recognizable as they possess a silver needle. The research was conducted to determine the antioxidant activity of white tea extract (WTE) in various concentration [25-150 ppm]. Comparison with grape seed extract (GSE) and BHA were also conducted. Tea infusion was prepared by placing 50 g of white tea in 500 ml of distillated water (1:10/60±2oC) and steeping for 10 minutes. The sample (tea infusion) was filtered through Whatman filter paper No.4 and the extract were freeze-dried, then the extract stored at -20oC until further analysis. The result showed yield of white tea extraction was 14.42±1.66% (w/w), the total phenolic and the total flavonoid content of WTE was 18.56±0.25 (g-GAE/100 g) and 4.28±0.1 (g-QE/100 g), respectively. Antioxidant activities of WTE (150 ppm) against the DPPH radical were 14.15±0.10%. There were differences significantly possess radical scavenging activity-DPPH among extract in all concentrations (25-150 ppm) with the order WTE < BHA < GSE (p<0.05). Antioxidant activities of WTE (150 ppm) against the ion Ferric were 0.169±0.001 (OD). There were differences significantly possess their reduction activity against the ion Ferric among extract in all concentration (25-150 ppm), with the order WTE < BHA < GSE (p<0.05). As conclusion antioxidant activity of aqueous WTE was successfully detected but wasn’t as strong as GSE and BHA.•||•|•|•

    Isolasi dan Identifikasi Bakteri Asam Laktat Selulolitik yang Berasal dari Jus Kubis Terfermentasi

    No full text
    Penelitian bertujuan mengisolasi dan identifikasi jenis bakteri asam laktat (BAL) selulolitik yang berasal dari jus kubis terfermentasi. Tahapan penelitian meliputi isolasi mikrobia dari jus kubis terfermentasi, karakteristik morfologi sel, karakteristik biokimiawi, identifikasi dengan kit api 50 CHL dan pengujian kemampuan mendegradasi selulosa. Penelitian diawali dengan memfermentasi jus kubis selama 6 hari pada kondisi anaerobic fakultatif. Hasil fermentasi diisolasi dengan media de man rogosa and sharpe (MRS) yang ditambahkan CaCO3 1% dan diinkubasi selama 24 jam. Reinokulasi dilakukan sebanyak 5 kali sampai ditemukan kultur murni BAL, kemudian diidentifikasi dengan menggunakan kit analytical profile index (API) 50 CHL. Hasil identifikasi kemudian diuji kemampuannya untuk mendegradasi selulosa pada media MRS yang ditambahkan 1% carboxymethyl cellulosa (CMC) dan 0,1% congored sebagai indikator dan diinkubasi selama 24 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strain bakteri yang teridentifikasi adalah Lactobacillus plantarum dan Lactobacillus brevis yang dapat mendegradasi selulosa. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ditemukannya 2 jenis bakteri asam laktat dari jus kubis terfermentasi yaitu Lactobacillus plantarum dan Lactobacillus brevis yang mempunyai sifat selulolitik.Isolation and Identification of Lactic Acid Bacteria Cellulolitik Originated from Fermented Cabbage JuiceAbstractThe objective of this study was to isolate and identify the type of lactic acid bacteria (BAL) of cellulolytic originating from fermented cabbage juice. Research was conducted with the following steps: microbial isolation from fermented cabbage juice, cell morphology characteristics, biochemical characteristics, identification with an analytical profile index (API) 50 CHL kit, and cellulose degradability testing. The research was begun by fermenting cabbage juice for 6 days under facultative aerobic condition. The fermentation product was then isolated with de man rogosa and sharpe (MRS) medium which added CaCO3 1% and incubated for 24 hours. Reinoculation was performed 5 times until BAL was found. BAL pure cultures were used to identify lactic acid bacteria strains using an analytical profile index (API) 50 CHL kit. After pure culture was found, it was then tested for the ability to degrade cellulose on MRS media with 1% carboxymethyl cellulose (CMC) and 0.1% congored as indicator and incubated for 24 hours. The results showed that the identified bacterial strains were Lactobacillus plantarum and Lactobacillus brevis which could degrade cellulose. The conclusion of this research was the discovery of two types of lactic acid bacteria from fermented cabbage juice namely Lactobacillus plantarum and Lactobacillus brevis which had cellulolytic properties

    Aplikasi Karagenan Eucheuma cottonii dengan Penambahan Minyak Sawit dalam Pembuatan Edible Film

    Get PDF
    Edible film dari karagenan Eucheuma cottonii memiliki potensi yang dapat digunakan untuk menggantikan pengemas dari plastik. Hanya saja untuk digunakan sebagai pengemas, edible film masih terdapat kekurangan, yaitu ketahanannya terhadap uap air yang masih rendah. Penambahan komponen hidrofobik seperti minyak atau lemak merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mengurangi nilai laju transmisi uap air pada edible film. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari pengaruh penambahan minyak sawit terhadap laju transimi uap air (WVTR), umur simpan, dan tingkat ketengikan dari edible film. Penelitian ini menggunakan karagenan dari seaweed Eucheuma cottonii sebagai bahan pembuat edible film yang ditambah minyak sawit dengan berbagai konsentrasi. Analisa yang dilakukan meliputi pengujian transmisi uap air (WVTR) dan umur simpan dari edible film itu sendiri. Umur simpan edible film ditinjau dari kadar air dan nilai asam tiobarbiturat. Hasil menunjukan bahwa edible film dengan penambahan minyak sawit sebanyak 0,75% memiliki nilai WVTR paling rendah, yaitu sebesar 305,7145 ± 4,79 g/m2hari. Hasil dari pendugaan umur simpan edible film yang menggunakan parameter kadar air dan angka TBA menunjukan bahwa semakin banyak minyak sawit ditambahkan, maka akan semakin pendek masa simpannya.

    Formulasi Nikstamal Jagung, Tempe, dan Sayuran Terfermentasi dalam Perolehan Pasta Fortifikan sebagai Sumber Asam Folat Alami

    No full text
    Penelitian ini bertujuan untuk melakukan formulasi dalam pembuatan pasta fortifikan asam folat alami yang terdiri dari campuran tempe (kedelai dan kacang hijau), sayuran terfermentasi (brokoli dan bayam), dengan nikstamal jagung kuning dan jagung putih jenis gigi kuda guna mengetahui rasio terbaik campuran ketiga bahan tersebut terhadap konsentrasi asam folat dan identifikasi monomer-monomernya. Rangkaian proses fermentasi tempe dan sayuran masing-masing dilakukan menggunakan Rhizopus oligosporus strain C1 dan kultur Kombucha, serta nikstamalisasi jagung dilakukan dengan menggunakan Ca(OH)2. Formulasi dilakukan dengan mengatur rasio campuran tempe plus sayuran terfermentasi dan nikstamal jagung pada rasio 1:1, 1:2, 1:3, 1:4, dan 1:5. Analisis dilakukan terhadap protein terlarut, total padatan, gula reduksi, total gula dan asam folat. Identifikasi asam folat dan asam glutamat dilakukan melalui LC-MS. Penelitian ini berhasil untuk menentukan rasio terbaik guna menghasilkan asam folat tertinggi serta berhasil mengidentifikasi monomer asam folat dan asam glutamat pasta fortifikan asam folat. Kesimpulannya, formulasi pasta fortifikan asam folat terbaik dapat dicapai pada kombinasi pasta campuran tempe plus sayuran terfermentasi dengan nikstamal jagung pada rasio 1:5.Formulation Nixtamalized Corn, Tempeh, and Fermented Vegetables for Producing Fortificant Paste as Natural Follic Acid SourceAbstractThis research was done to obtain the highest concentration of folic acid and the monomer identification on paste formulation with various additions of natural folic acid source from tempeh (G. soyae and mung beans/P. radiatus), and fermented broccoli, and fermented spinach with both nixtamalized yellow corn and white corn (Zea mays L. var. indentata). The research was conducted through a series of tempe and vegetable fermentation process using Rhizopus oligosporus strain C1 and Kombucha culture, and nixtamalization of corn was done using Ca(OH)2. Ratio was set at 1:1, 1:2, 1:3, 1:4 and 1:5 of mixture paste of tempeh & fermented vegetables to nixtamalized corn, respectively. The result of experiment showed that nixtamalized corn ratio resulted in the increase in folic acid, total solids, and decreased dissolved protein, total sugars and reducing sugars. As conclusion, based on the best concentration of folic acid, optimization of formulation was achieved at combination between mixture of mung beans tempeh & fermented broccoli and a 1:5 ratio of corn.•|•|•|•|•|

    144

    full texts

    174

    metadata records
    Updated in last 30 days.
    Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan
    Access Repository Dashboard
    Do you manage Open Research Online? Become a CORE Member to access insider analytics, issue reports and manage access to outputs from your repository in the CORE Repository Dashboard! 👇