8 research outputs found

    Pemberdayaan Kader Posyandu untuk Membuat “Jajasendu” Sebagai Upaya Penurunan Angka Stunting di Desa Muara Ciujung Timur, Banten

    Get PDF
    Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) telah dilaksanakan dengan melibatkan kader posyandu di Desa Muara Ciujung Timur, Rangkasbitung, Lebak, Banten sebagai penerima manfaat dari kegiatan PKM ini. PKM ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan kader posyandu sebagai upaya menurunkan stunting dengan mengolah bahan makanan menjadi jajanan sehat posyandu (Jajasendu) sebagai upaya dalam meningkatkan ekonomi para kader posyandu dan membuat inovasi mini mobile food truck sebagai wadah untuk menjual Jajasendu bagi kader posyandu. Kegiatan PKM ini terdiri dari: (1) penyuluhan hak asasi manusia, gizi sehat, dan balita yang merupakan suatu kaitan penting; (2) pelatihan kewirausahaan termasuk business model canvas (BMC) dan pelatihan pengelolaan keuangan; (3) pelatihan pembuatan Jajasendu. Setelah memberikan pelatihan, evaluasi dilakukan untuk mengukur keberhasilan pelatihan tersebut dengan membagikan kuesioner untuk para kader posyandu. Hasil dari evaluasi tersebut menunjukkan bahwa sebagaian bersar para kader dapat memanfaatkan sistem pengelolaan keuangan yang diberikan oleh tim PKM. Selain itu, keterampilan dan pengetahuan kader posyandu dalam menurunkan angka stunting telah meningkat setelah menerima penyuluhan dan pelatihan pembuatan Jajasendu. Luaran dari PKM ini berupa inovasi mini mobile food truck, peningkatan kompetensi dan ketrampilan pada kader posyandu dalam memanfaatkan sistem pengelolaan keuangan dan pembuatan Jajasendu, publikasi pada media massa dan artikel ilmiah. Luaran tambahan berupa Hak Kekayaan Intelektual berupa sertifikat Hak Cipta gambar kerja mini mobile food truck, poster kegiatan PKM dan Buku Resep Jajasendu serta Hak Cipta Merek Jajasendu dengan status terdaftar.Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) telah dilaksanakan dengan melibatkan kader posyandu di Desa Muara Ciujung Timur, Rangkasbitung, Lebak, Banten sebagai penerima manfaat dari kegiatan PKM ini. PKM ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan kader posyandu sebagai upaya menurunkan stunting dengan mengolah bahan makanan menjadi jajanan sehat posyandu (Jajasendu) sebagai upaya dalam meningkatkan ekonomi para kader posyandu dan membuat inovasi mini mobile food truck sebagai wadah untuk menjual Jajasendu bagi kader posyandu. Kegiatan PKM ini terdiri dari: (1) penyuluhan hak asasi manusia, gizi sehat, dan balita yang merupakan suatu kaitan penting; (2) pelatihan kewirausahaan termasuk business model canvas (BMC) dan pelatihan pengelolaan keuangan; (3) pelatihan pembuatan Jajasendu. Setelah memberikan pelatihan, evaluasi dilakukan untuk mengukur keberhasilan pelatihan tersebut dengan membagikan kuesioner untuk para kader posyandu. Hasil dari evaluasi tersebut menunjukkan bahwa sebagaian bersar para kader dapat memanfaatkan sistem pengelolaan keuangan yang diberikan oleh tim PKM. Selain itu, keterampilan dan pengetahuan kader posyandu dalam menurunkan angka stunting telah meningkat setelah menerima penyuluhan dan pelatihan pembuatan Jajasendu. Luaran dari PKM ini berupa inovasi mini mobile food truck, peningkatan kompetensi dan ketrampilan pada kader posyandu dalam memanfaatkan sistem pengelolaan keuangan dan pembuatan Jajasendu, publikasi pada media massa dan artikel ilmiah. Luaran tambahan berupa Hak Kekayaan Intelektual berupa sertifikat Hak Cipta gambar kerja mini mobile food truck, poster kegiatan PKM dan Buku Resep Jajasendu serta Hak Cipta Merek Jajasendu dengan status terdaftar

    Pemberdayaan Kader Posyandu untuk Membuat “Jajasendu” Sebagai Upaya Penurunan Angka Stunting di Desa Muara Ciujung Timur, Banten

    Get PDF
    Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) telah dilaksanakan dengan melibatkan kader posyandu di Desa Muara Ciujung Timur, Rangkasbitung, Lebak, Banten sebagai penerima manfaat dari kegiatan PKM ini. PKM ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan kader posyandu sebagai upaya menurunkan stunting dengan mengolah bahan makanan menjadi jajanan sehat posyandu (Jajasendu) sebagai upaya dalam meningkatkan ekonomi para kader posyandu dan membuat inovasi mini mobile food truck sebagai wadah untuk menjual Jajasendu bagi kader posyandu. Kegiatan PKM ini terdiri dari: (1) penyuluhan hak asasi manusia, gizi sehat, dan balita yang merupakan suatu kaitan penting; (2) pelatihan kewirausahaan termasuk business model canvas (BMC) dan pelatihan pengelolaan keuangan; (3) pelatihan pembuatan Jajasendu. Setelah memberikan pelatihan, evaluasi dilakukan untuk mengukur keberhasilan pelatihan tersebut dengan membagikan kuesioner untuk para kader posyandu. Hasil dari evaluasi tersebut menunjukkan bahwa sebagaian bersar para kader dapat memanfaatkan sistem pengelolaan keuangan yang diberikan oleh tim PKM. Selain itu, keterampilan dan pengetahuan kader posyandu dalam menurunkan angka stunting telah meningkat setelah menerima penyuluhan dan pelatihan pembuatan Jajasendu. Luaran dari PKM ini berupa inovasi mini mobile food truck, peningkatan kompetensi dan ketrampilan pada kader posyandu dalam memanfaatkan sistem pengelolaan keuangan dan pembuatan Jajasendu, publikasi pada media massa dan artikel ilmiah. Luaran tambahan berupa Hak Kekayaan Intelektual berupa sertifikat Hak Cipta gambar kerja mini mobile food truck, poster kegiatan PKM dan Buku Resep Jajasendu serta Hak Cipta Merek Jajasendu dengan status terdaftar.Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) telah dilaksanakan dengan melibatkan kader posyandu di Desa Muara Ciujung Timur, Rangkasbitung, Lebak, Banten sebagai penerima manfaat dari kegiatan PKM ini. PKM ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan kader posyandu sebagai upaya menurunkan stunting dengan mengolah bahan makanan menjadi jajanan sehat posyandu (Jajasendu) sebagai upaya dalam meningkatkan ekonomi para kader posyandu dan membuat inovasi mini mobile food truck sebagai wadah untuk menjual Jajasendu bagi kader posyandu. Kegiatan PKM ini terdiri dari: (1) penyuluhan hak asasi manusia, gizi sehat, dan balita yang merupakan suatu kaitan penting; (2) pelatihan kewirausahaan termasuk business model canvas (BMC) dan pelatihan pengelolaan keuangan; (3) pelatihan pembuatan Jajasendu. Setelah memberikan pelatihan, evaluasi dilakukan untuk mengukur keberhasilan pelatihan tersebut dengan membagikan kuesioner untuk para kader posyandu. Hasil dari evaluasi tersebut menunjukkan bahwa sebagaian bersar para kader dapat memanfaatkan sistem pengelolaan keuangan yang diberikan oleh tim PKM. Selain itu, keterampilan dan pengetahuan kader posyandu dalam menurunkan angka stunting telah meningkat setelah menerima penyuluhan dan pelatihan pembuatan Jajasendu. Luaran dari PKM ini berupa inovasi mini mobile food truck, peningkatan kompetensi dan ketrampilan pada kader posyandu dalam memanfaatkan sistem pengelolaan keuangan dan pembuatan Jajasendu, publikasi pada media massa dan artikel ilmiah. Luaran tambahan berupa Hak Kekayaan Intelektual berupa sertifikat Hak Cipta gambar kerja mini mobile food truck, poster kegiatan PKM dan Buku Resep Jajasendu serta Hak Cipta Merek Jajasendu dengan status terdaftar

    DEGRADATION OF POLYETHYLENE PLASTIC WASTE BY INDIGENOUS MICROBIAL CONSORTIUM AND FUNGI

    Get PDF
    Aim: The aims of this research is to determine the ability of an indigenous microbial consortium to degrade Low Density Polyethylene plastics. The plastic was cut mechanically into 1 x 1 cm2 pieces because the smaller the size of the plastic, the larger the surface area. The samples are input in an Erlenmeyer flask containing indigenous microbial consortium and fungi (20% v/v) and Stone Mineral Salt solution media (80% v/v). This research lasted 10 days with a pH of 7 controlled and temperature variations of 25, 30, 35°C. As preliminary research, the sensitivity test seeks to demonstrate that the indigenous microbial consortium and fungi are resistant or insensitive to LDPE. The degradation of LDPE plastic was analyzed using gravimetric methods, Fourier Transform Infrared, and a scanning electron microscope. Methodology and results: According to the results of gravimetric and FTIR analysis, the highest removal value was at a temperature variation of 30°C. The gravimetric analysis revealed that the weight loss in LDPE plastic was 0.0082 gr to 0,0074 gr or 9.76 %, while the FTIR analysis revealed that the intensity removal result was 6,27 %. Conclusion, significance, and impact of study: Scanning Electron Microscope (SEM) analysis revealed morphological changes on the surface of LDPE plastic samples, confirming these findings. Several factors influence the changes that occur in this study's LDPE plastic samples

    Study of Several Hydroponics Nutrition for Curly Lettuce (Lactuca sativa L.) by Using Sensorized Hydroponics

    Get PDF
    Hydroponic is a farming method that utilizes water, minerals, and oxygen. This study aims to find out the best nutrition towards growing curly lettuce (Lactuca sativa L.) by using the NFT (nutrient film technique) hydroponic system integrated with sensors to measure EC concentration of nutrients, pH acidity, and RH air humidity. This study also incorporates a grouped randomized design with two nutritional treatment (code P1 and P2), with 20 replication. The results showed that nutrition P1 producing a better variable compared to nutrition P2 in terms of plant length, quantity of leaves, length of root, total mass of fresh plants, total mass of plant crown, total mass of fresh roots, and chlorophyl content

    Chlorpyrifos removal by Thiobacillus sp. and Clostridium sp. in liquid medium

    No full text
    The bioremediation research of chlorpyrifos has been done to remove the concentration of chlorphyrifos using the natural bacterial Thiobacillus sp. and Clostridium sp.. The efficiency of chlorpyrifos removal was determined by the temperature and contact time. The research was done by adding 100 ppm of chlorpyrifos into the Stone Mineral Salt solution (SMSs) under controlled condition, then each bacterial are added as much as 10% (v/v) with pH 7. To obtain optimum efficiency, this study was conducted with temperature variation (°C) 25, 30, 35, 40 and contact time (hours) 12, 24, 36, 48. Based on Gas Chromatography Mass Spektrofotometer (GC-MS) analysis, the efficiency of removal at temperature (°C) 25, 30, 35, 40 are 43%, 68%, 71% and 52% respectively, while the removal efficiency at contact time (hours) 12, 24, 36, 48 are 43%, 49%, 74%, and 36%. The result showed that 74% removal efficiency by Thiobacillus sp. and Clostridium sp. obtained at 35°C in 36 hours of contact time. Thus, the mixed culture of Thiobacillus sp. and Clostridium sp. are able to synergize for removing the chlorpyrifos at 100 ppm

    Chlorpyrifos removal by Thiobacillus sp. and Clostridium sp. in liquid medium

    No full text
    The bioremediation research of chlorpyrifos has been done to remove the concentration of chlorphyrifos using the natural bacterial Thiobacillus sp. and Clostridium sp.. The efficiency of chlorpyrifos removal was determined by the temperature and contact time. The research was done by adding 100 ppm of chlorpyrifos into the Stone Mineral Salt solution (SMSs) under controlled condition, then each bacterial are added as much as 10% (v/v) with pH 7. To obtain optimum efficiency, this study was conducted with temperature variation (°C) 25, 30, 35, 40 and contact time (hours) 12, 24, 36, 48. Based on Gas Chromatography Mass Spektrofotometer (GC-MS) analysis, the efficiency of removal at temperature (°C) 25, 30, 35, 40 are 43%, 68%, 71% and 52% respectively, while the removal efficiency at contact time (hours) 12, 24, 36, 48 are 43%, 49%, 74%, and 36%. The result showed that 74% removal efficiency by Thiobacillus sp. and Clostridium sp. obtained at 35°C in 36 hours of contact time. Thus, the mixed culture of Thiobacillus sp. and Clostridium sp. are able to synergize for removing the chlorpyrifos at 100 ppm

    Increasing Effectiveness of Heavy Metal Sorption by Biosorbent Microalgae Beads

    No full text
    This research was conducted to overcome the Cu2+ heavy metal pollution in the environment through a biotechnological approach with heavy metal sorption process by microalgae beads. Biosorbent in form of beads was produced from Chlorella sorokiniana, Monoraphidium sp., and Scenedesmus obliquus tropical microalgae mobilized with Naalginate polymer. The sorption process is observed on a controlled batch culture with variations of temperature (25, 35, and 45 °C), and observation periods (200th, 220th, 250th, 270th min) as contact time. The absorption efficiency on each temperature variation reaches more than 90%, but the highest absorption efficiency rate is at 92.20% on 35 °C temperature and 200 minutes of contact time. Biosorbent beads with 2–3 mm of diameters show the best sorption ability than the 3–4 mm and 4–5 mm ones. Sorption process is also evident with the existence of intensity alteration on amide, ketone, and sulfhydryl function groups which were consistently weakened until the end of the sorption process. The beads utilized in this research are potentially reusable as biosorbent. Thus, further examination is required to acknowledge the maximum reutilization rate of the beads as biosorbent on heavy metal absorption process

    Acid Mine Drainage Neutralization Effort in Mud Media by Lactobacillus casei Bacteria and Dekkera bruxellensis Fungi

    No full text
    Mine Acid Drainage (MAD) is a primary environmental problem caused by mining activity. The main charac-teristics of MAD are extremely low pH level (1.5-4.0) and contains sulphate and a number of heavy metal and metalloid that can destroy vegetation, accelerate erotion, and disrupt land ecosystem balance. The objective of this research is to process MAD by improving pH level and lowering iron and manganese content in MAD by Lactobacillus casei and Dekkera bruxellensis mixed culture. MAD Neutralization test was conducted on SMSs media with MAD concentration variations of 10, 15, 20 and 25 (%;v/v), and contact time variations of 48, 96, 144, and 192 (hours). The MAD neutralization test by Lactobacillus casei and Dekkera bruxellensis mixed culture occurred best at 10% concentration (v/v) with contact time of 96 hours. The pH improvement up to 6.20 with Iron metal efficiency removal at 32.47% and manganese metal up to 24.94%. MAD neutralization test revealed that the best contact time variation is at 96 hours. At this contact time, the pH level was increased to 6.17 with iron metal removal efficiency at 31.17% and manganese metal removal at 25.43%
    corecore