17 research outputs found

    Peningkatan Penguasaan Tata Kalimat pada Siswa Tunar ungu dengan Gambar Berseri

    Get PDF
    Tujuan penelitian ini yaitu untuk meningkatkan penguasaan tata kalimat siswa tunarungu sebelum dan setelah diberikan intervensi melalui gambar berseri pada siswa tunarungu kelas V di SLB-B Dharma Wanita Kab. Sidoarjo. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas ( PTK) yang dilakukan oleh peneliti dan guru kolaborator pada kelas V SLB-B Dharma Wanita Kab. Sidoarjo melalui 2 siklus. Dimana setiap siklus dilaksanakan 2 kali pertemuan. Setiap siklus terdiri dari empat kegiatan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evalusi, serta refleksi. Berdasarkan hasil penelitian, hasil yang dicapai pada setiap siklus mengalami peningkatan. Pada siklus I persentase aktivitas siswa 57,7%. Pada siklus II persentase aktivitas siswa 69,5%. Sama halnya dengan hasil evaluasi siswa pada setiap siklus juga mengalami peningkatan. Pada siklus I nilai rata - rata 59,11, dan hanya 2 siswa atau 40% siswa yang tuntas. Pada siklus II nilai rata - rata 75,85, siswa yang tuntas 5 orang atau 100%. Berdasarkan hasil yang diperoleh tersebut dapat diketahui bahwa pembelajaran melalui gambar berseri dapat meningkatkan penguasaan tata kalimat siswa tunarungu pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.

    Peningkatan Kemampuan Mendeskripsikan Besaran Pokok Dan Besaran Turunan Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Dengan Strategi Pembelajaran Inquiry Pada Siswa Kelas Vii B Slb-B Dharma Wanita Sidoarjo

    Get PDF
    Strategi pembelajaran yang kurang melibatkan siswa akan menurunkan minat siswa, sehingga prestasi belajarnyapun akan mengalami penurunan. Strategi pembelajaran yang lebih menekankan pada aktivitas siswa merupakan metode belajar mengajar yang mengutamakan peran siswa aktif, baik fisik, mental maupun sosial. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti dari daftar nilai diketahui bahwa kemampuan siswa dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam khususnya pada kompetensi dasar Mendeskripsikan besaran pokok dan besaran turunan sangat rendah. Hal semacam ini jika dibiarkan, maka akan membawa dampak yang fatal. Peneliti menganggap masalah tersebut merupakan sesuatu yang urgen. Pada kesempatan ini peneliti menawarkan strategi pembelajaran Inquiry. Apabila guru menerapkan model pembelajaran Inquiry diharapkan minimal 75% dari jumlah siswa memahami konsep Mendeskripsikan besaran pokok dan besaran turunan. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 3 siklus, terdiri atas 6 pertemuan. Tiap pertemuan terdiri atas 2 x 40 menit. Tiap siklus meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Data diambil dengan menggunakan instrument tes, wawancara, angket dan jurnal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan dalam Mendeskripsikan besaran pokok dan besaran turunan melalui strategi pembelajaran Inquiry pada siswa Kelas VII B, maka tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut: Meningkatkan Kemampuan Mendeskripsikan besaran pokok dan besaran turunan Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan Strategi Pembelajaran Inquiry Siswa Kelas VII B SLB-B Dharma Wanita Sidoarjo Semester I Tahun Pelajaran 2018/2019. Peranan strategi pembelajaran Inquiry dalam meningkatkan kemampuan Ilmu Pengetahuan Alam materi ajar Mendeskripsikan besaran pokok dan besaran turunan ini ditandai adanya peningkatan nilai rerata (Mean Score), yakni : pada siklus I 70,00; siklus II 76,00, dan siklus III 81,00. Selain itu juga ditandai adanya peningkatan persentase ketuntasan belajar, yaitu pada siklus I hanya 60,00%, siklus II meningkat menjadi 80,00%, pada siklus III terjadi peningkatan mencapai 100%. Kenyataan membuktikan bahwa penggunaan strategi pembelajaran Inquiry dalam proses pembelajaran dapat meningkatan kemampuan Mendeskripsikan besaran pokok dan besaran turunan

    Kelimpahan Fauna Tanah pada Ekosistem Pascabakar Kecamatan Mentebah, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, Indonesia

    Get PDF
    Sistem pengelolaan hutan di Kabupaten Kapuas Hulu selama ini kurang optimal sehingga luas hutan dari tahun ke tahun mengalami penurunan yang mengakibatkan kualitas hutan semakin menurun. Eksploitasi hutan seperti penebangan hutan, peningkatan peralihan fungsi kawasan hutan menjadi pemukiman, perkebunan, perladangan berpindah, dan terjadinya kebakaran hutan merupakan ancaman yang serius terhadap ekosistem hutan terutama keberadaan fauna tanah dan hilangnya keanekaragaman hayati. Fauna tanah merupakan bagian dari ekosistem tanah yang menjaga ekosistem melalui proses dekomposisi dan siklus hara. Proses-proses tersebut bertujuan untuk memperbaiki serta mempertahankan sifat biologi, kimia, dan fisik tanah. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi kelimpahan fauna tanah dan pengaruh lingkungan terhadap kelimpahan fauna tanah pada ekosistem hutan sekunder, lahan pascabakar 1 tahun, belukar muda (2-3 tahun) dan belukar tua (5-20 tahun). Sampel tanah diambil dengan menggunakan metode transek sepanjang 100 m dengan 10 titik sampling pada kedalaman 0-5 cm. Ekstraksi fauna tanah dilakukan dengan menggunakan alat modifikasi Berlese Funnel Heat Extractor. Identifikasi ordo dilakukan dengan mikroskop cahaya stereo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap ekosistem memiliki kelimpahan dan keanekaragaman yang berbeda. Kelimpahan fauna tanah terbesar dan terendah adalah 1.350 dan 461 individu /m2 pada ekosistem hutan sekunder dan lahan pascabakar 1 tahun. Keanekaragaman terbesar terdapat pada ekosistem hutan sekunder dan belukar tua (1,82;1,95) dengan kategori keanekaragaman sedang. Kelimpahan fauna tanah didominasi dari kelas Hexapoda (insecta) dan terendah dari kelas Symphyla

    RELASI FINAL DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT BAHASA INDONESIA

    Get PDF
    Dalam konstruksi bahasa Indonesia, dikenal istilah kalimat majemuk. M. Ramlan menyebut kalimat majemuk dengan kalimat luas. “Kalimat luas ialah kalimat yang terdiri dari dua klausa atau lebih” (M. Ramlan, 2001:49). Hasan Alwi et.al. (2003:314) mendeskripsikan kalimat majemuk sebagai kalimat yang terdiri atas dua klausa. Hasan Alwi, et.al. (2003) membedakan kalimat majemuk menjadi dua macam, yaitu kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat. Perbedaan tersebut didasari oleh hubungan antarklausa di dalamnya. Dalam kalimat luas yang setara klausa yang satu tidak merupakan bagian dari klausa lainnya; yaitu sebagai klausa inti semua (M.Ramlan, 2001:52). Hasan Alwi et.al. menyatakan bahwa kalimat majemuk setara adalah penggabungan klausa yang satu dengan klausa yang lainnya dengan cara koordinasi. Oleh karena itu, kalimat majemuk setara klausa-klausa yang digabungkan akan memiliki kedudukan yang sama. Berbeda dengan kalimat majemuk bertingkat. Hasan Alwi et.al. (2003:388) menyatakan bahwa dalam kalimat majemuk bertingkat terdapat klausa yang berfungsi sebagai konstituen klausa yang lain

    Petunjuk Penggunaan Alat Laboratorium Tanah dan Agroklimat dengan Fitur Stiker Quick Respone Code (Qr Code)

    Get PDF
    Abstract. Laboratory management is an important thing where the laboratory is a facility or as a place that can be used to apply a scientific theory. Labor managers usually print documents on A4- size paper and paste them next to laboratory tools. This causes documents to be damaged quickly, can reduce aesthetics, and not suitable for small laboratory tools. The purpose of making this QR- Code sticker, the author was designed to serve laboratory users and may provide digital information and materials to laboratory users to acquire knowledge.The process of making QR-Code was conducted for 2 months, from August to September 2021.QR-Code manufacturing stages were inventory of laboratory tools, inputting documents into Google drive, testing with blackbox methods and attaching QR-Code stickers to laboratory tools. The results obtained of QR-Code stickers are fliyer and QR-Code stickers taped to several soil and agroclimat laboratory tools, it is hoped that the laboratory management system can be improved bette

    PENGARUH KONSENTRASI DAN FREKUENSI PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR LIMBAH TAHU TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SELADA (Lactuca sativa L.)

    Get PDF
    This study aimed to determine the effect of the concentration and frequency of application of liquid organic fertilizer from tofu waste on the growth and yield of lettuce (Lactuca sativa L.). This study used a Factorial Randomized Block Design with two factors. The first factor is the concentration consisted of 4 levels: T0: 0 ml/L, T1: 200 ml/L, T2: 300 ml/L, and T3: 400 ml/L. The second factor is the frequency, which consisted of 3 levels: F0: every 5 days, F1: every 7 days, and F2: every 9 days. The results showed that concentration had a significant effect on plant height, number of leaves and leaf area. The frequency of application of liquid organic fertilizer from tofu waste had no significant influence on all observed variables. There was an interaction between concentration and frequency of application of liquid organic fertilizer from tofu waste on the number of leaves.Keyword: lettuce, concentration, frequency INTISARIPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi dan frekuensi pemberian pupuk organik cair limbah tahu terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selada (Lactuca sativa L.). Penelitian ini disusun dalam Rancangan Acak Kelompok dengan dua factor. Faktor pertama adalah konsentrasi yang terdiri dari 4 taraf yaitu T0: 0 ml/L, T1: 200 ml/L, T2: 300 ml/L, dan T3: 400 ml/L. Faktor kedua adalah frekuensi terdiri dari tiga taraf yaitu F0: 5 hari sekali, F1: 7 hari sekali, dan F2: 9 hari sekali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, dan luas daun. Frekuensi pemberian pupuk organik cair limbah tahu memberikan pengaruh tidak nyata terhadap semua variabel pengamatan. Terdapat interaksi antara konsentrasi dan frekuensi pemberian pupuk organik limbah cair tahu pada jumlah daun. Kata kunci: selada, konsentrasi, frekuens

    The Effect of Allelochemical of Parthenium hysterophorus L., Eucalyptus creba F. Muell., and Casuarina cunninghamiana Miq. on the Germination and Seedling Growth of Lepidium sativum L.

    Get PDF
    Allelochemicals are widely known to have antagonistic effects on the environment by inhibiting the physiological activities of other plants. However, this is the whole characteristic of allelochemicals since their effects are not only limited to inhibiting. In low concentration, allelochemicals could have a promoting effect on other plants especially on the germination and seedling stage. This research was conducted to examine the allelochemical activity of Parthenium hysterophorus L., Eucalyptus creba F. Muell., and Casuarina cunninghana Miq. on Lepidium sativum L. with the sandwich method. The leaves of parthenium, eucalyptus, and casuarina were dried and layered between two 5 mL agar in multi well plates and the sterilized seeds of Lepidium sativum L. were set to germinate on the agar. The results showed that the leaves of parthenium, eucalyptus, and casuarina caused lower germination rate compared to the control treatment but led to the greater shoot and root length of Lepidium sativum.

    Diversity of Oribatids (Acari) at Different Land Use Types in Mentebah, Kapuas Hulu, West Kalimantan

    Full text link
    Kalimantan forests are mostly managed by human. Deforestation will affect the ecosystem and species inside. Oribatids are the most abundant soil mesofauna. They have an important role in decomposition of organic matter in the soil. Here, we investigated the effect of six different land use types (i.e. primary forest, secondary forest, jungle rubber, slash and burn, young fallow and old fallow) and evaluated the effect of environmental factors on the abundance and diversity of oribatids. The oribatids were collected using transect method along 100 m with 10 sampling points with the soil depth of 0-5 cm. Oribatids were extracted using Berlese Funnel Heat Extractor. Identification of oribatids was done to family level and diversity index was determined according to Shannon's diversity index. As much as 36 families of oribatids were recorded from the site at Mentebah, Kapuas Hulu. Oribatids in the jungle rubber showed the highest abundance (592.5 individuals/m2), followed by secondary forest (317.5 individuals/m2), primary forest (287.5 individuals/m2), slash and burn (195 individuals/m2), young fallow (157.5 individuals/m2) and old fallow (142.5 individuals/m2). The value of diversity index according to Shannon Wiener (H') ranged between 1.71-2.64 or categorized as moderate diversity values. The results of the research showed that there were strong coefficient correlation values of some families of oribatids with soil pH, C-organic, N total, C/N ratio, water content and soil temperatur

    Hubungan Pengetahuan Tentang Gangguan Jiwa Terhadap Sikap Masyarakat Kepada Penderita Gangguan Jiwa Di Wilayah Kerja Puskesmas Colomadu 1

    Get PDF
    Penderita gangguan jiwa sering mendapatkan stigma dan diskriminasi yang lebih besar dari masyarakat disekitarnya dibandingkan individu yang menderita penyakit medis lainnya. Perlakuan ini disebabkan karena ketidaktahuan atau pengertian yang salah dari keluarga atau anggota masyarakat mengenai gangguan jiwa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan tentang gangguan jiwa terhadap sikap masyarakat kepada penderita gangguan jiwa di wilayah kerja Puskesmas Colomadu I. Penelitian ini adalah non eksperimental bersifat Deskriptif Korelatif. Populasi penelitian adalah masyarakat yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Colomadu 1. Sampel penelitian sebanyak 100 masyarakat dengan teknik purposive sampling. Instrumen penelitian berupa kuesioner. Pengujian hipotesis adalah uji Kendall Tau. Hasil perhitungan menggunakan program SPSS 17.00 for windows diperoleh nilai koefisien korelasi (τ) sebesar 0,347 dengan nilai signifikansi (p-value) 0,000. Kesimpulan penelitian adalah: (1) pengetahuan responden di wilayah kerja Puskesmas Colomadu 1 tentang gangguan jiwa mayoritas adalah termasuk kategori pengetahuan cukup, (2) sikap responden di wilayah kerja Puskesmas Colomadu 1 terhadap penderita gangguan jiwa lebih banyak sikap yang positif atau mendukung, (3) terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang gangguan jiwa terhadap sikap masyarakat kepada penderita gangguan jiwa di wilayah kerja Puskesmas Colomadu 1. Semakin baik pengetahuan masyarakat tentang gangguan jiwa, maka semakin positif sikap masyarakat kepada penderita gangguan jiwa

    PENGARUH DOSIS DAN WAKTU PENGAPLIKASIAN POC DAUN KELOR (Moringa oleifera) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica juncea L.)

    Get PDF
    This research aimed to determine the effect of the dose and time of application of Moringa leaf POC on the growth and yield of green mustard plants (Brassica juncea L.). The research used in a Randomized Block Design with two factors. The first factor is the POC dose of Moringa leaves consisted of 5 levels: 65 ml/L, 70 ml/L, 75 ml/L, and 80 ml/L. The second factor is the time of application of Moringa leaf POC consisted of 3 levels: every 5 days, every 7 day, and every 9 days. The results showed that the application of a Moringa leaf POC at a dose of 80 ml/L had a significant effect on the parameters of plant height, number of leaves, leaf area, plant wet weight, and plant dry weight. The application time of Moringa leaf POC every 5 days has a significant effect on all observation parameters. There was an interaction between the two factors with the best average results from a treatment dose of 80 ml/L with an application time of 5 days on the parameters of leaf area at 3 WAP and 4 WAP, leaf area, and plant fresh weight.   Keyword : application time, mustard green, POC dosage INTISARIPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis dan waktu pengaplikasian POC daun kelor terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawi hijau (Brassica juncea L.) Penelitian ini berlangsung dari bulan Maret sampai dengan Juni 2023. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok faktorial dengan tiga ulangan. Faktor pertama adalah dosis POC daun kelor dengan 5 taraf, yaitu tanpa pemberian POC, 65 ml/L, 70 ml/L, 75 ml/L dan 80 ml/L. Faktor kedua adalah waktu pengaplikasian POC daun kelor dengan 3 taraf, yaitu setiap 5 hari, setiap 7 hari dan setiap 9 hari. Hasil penelitian menunjukkan pemberian dosis POC daun kelor dengan dosis 80 ml/L memberikan rata-rata terbaik pada parameter tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, bobot basah tanaman dan bobot kering tanaman. Waktu pengaplikasian POC daun kelor setiap 5 hari sekali juga menunjukkan hasil berbeda nyata dengan rata-rata terbaik pada semua parameter pengamatan. Terjadi interaksi antara kedua faktor perlakuan dengan hasil rata-rata terbaik oleh perlakuan dosis 80 ml/L dengan waktu aplikasi 5 hari pada parameter luas daun umur 3 MST dan 4 MST, luas daun dan bobot basah tanaman.             Kata kunci : dosis POC, sawi hijau, waktu aplikas
    corecore