18 research outputs found

    KARAKTER FENOTIPIK SAPI BETINA PERANAKAN ONGOLE (PO) KEBUMEN

    Get PDF
    Kebumen regency is designated as a village breeding centre for Ongole Grade cattle in Indonesia. Therefore, phenotypic characterization of 1,190 Ongole grade cows (1–6 years old) was conducted in Kebumen Regency. The study indicated that the average body measurement of Ongole Grade cows in Kebumen was higher and longer than the standard national body measurement set by National Standard Performance of Indonesia 7356:2008. Dominant qualitative characters of Ongole Grade cows in Kebumen was white coat colour, black muzzle, red or black vulva, straight trilateral head shape, with long horns, loose skin, and well-developed hump. Related to the potential of the Ongole Grade cow in Kebumen, efforts are needed in order to maintain the purity and the sustainability that is appropriate with agro-ecosystem and preferences of local farmers

    Keuntungan Pembesaran Sapi Peranakan Simmental melalui Perbaikan Pakan di Kabupaten Semarang

    Full text link
    Usaha peternakan sapi di Jawa Tengah merupakan USAha ternak sapi rakyat dengan sistem pemeliharaan tradisional sehingga produktivitas daging rendah. Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi daging sapi ialah membesarkan pedet melalui perbaikan pakan. Pengkajian dilaksanakan dengan tujuan mengetahui Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH) dan keuntungan USAha pembesaran sapi yang mendapatkan perbaikan pakan dibandingkan pakan model peternak. Pengkajian dilakukan di Desa Polosiri, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang, dari bulan Oktober–Desember 2012, menggunakan 16 ekor sapi peranakan Simmental umur 6–8 bulan yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang mendapatkan perbaikan pakan (rumput gajah, jerami fermentasi dan konsentrat dengan jumlah sesuai dengan bobot badan) dan kelompok model peternak (rumput gajah, jerami, ubi kayu dan bekatul. PBBH dihitung dengan mengurangi bobot badan akhir dan bobot badan awal dibagi waktu pembesaran. Keuntungan didekati dengan kelayakan finansial USAha dianalisis dengan membandingkan keuntungan dan biaya (BCR) dan rasio Perubahan keuntungan dan biaya (MBCR). Hasil kajian menunjukkan bahwa PBBH pada pembesaran anak sapi yang mendapat perlakuan perbaikan pakan sebesar 0,66 + 0,17 kg/ekor/hari lebih tinggi dibandingkan model peternak 0,43 + 0,39 kg/ekor/hari. Hasil analisis BCR memperoleh nilai 0,13 dan 0,09 untuk pemberian pakan perbaikan dan pakan peternak dengan keuntungan masing-masing Rp7.733.550 dan Rp4.999.950. Perbedaan pemberian pakan menghasilkan nilai MBCR = 1,40. Dapat disimpulkan bahwa pembesaran sapi peranakan Simmental dengan pemberian pakan perbaikan berupa rumput gajah, jerami fermentasi dan konsentrat mampu meningkatkan PBBH

    Effects of Palm Kernel Meal in Diets of Layer KUB Chicken

    Get PDF
    The purpose of this study was to investigate the effects of different levels of palm kernel meal (PKM) on diets of layer KUB (Kampung Unggul Balibangtan) chicken. Local feed was included in the various diets of PKM at levels of 0% (T1), 10% of PKM (T2) and 20% of PKM (T3). This research was conducted in 2019 at the beginning of layer period. One hundred and forty-four 22-week-old layer birds were selected from a flock and randomly allocated to three treatments with 3 replicates of the diet feeds introduced. Feed intake and egg production were determined using the SPSS Software. The increase in PKM levels had no effect on feed intake and egg production (p>0.05). The egg production in each treatment were 65.39%, 60.67 % and 62.50%. PKM applied in T3 (20%) did not affect the egg production in KUB chickens due to low crude fibre (4.64%). The price of feed in T1, T2 and T3 were IDR 6,000, IDR 5,250 and IDR 4,500 respectively. With the difference in PKM feed prices of IDR 1,500 compared to commercial feed, this is expected to reduce the cost of KUB chicken production. Keywords: Palm kernel meal (PKM), layer KUB chicken, productio

    Kajian Sifat Nutrisi, Fisik dan Sensori Daging Ayam KUB di Jawa Tengah

    Get PDF
    Ayam KUB adalah ayam Kampung Unggul Badan Litbang Pertanian yang mempunyai produksi telur tinggi.  Produksi yang tinggi ini membuka peluang DOC ayam KUB untuk dikembangkan menjadi ayam potong. Hal ini dilakukan mengingat permintaan ayam kampung potong semakin hari semakin meningkat. Kajian lebih lanjut tentang sifat nutrisi, fisik dan sensori daging ayam KUB perlu dilakukan untuk  memberikan gambaran kepada masyarakat tentang kualitas daging ayam KUB.  Kajian ini bertujuan untuk memperoleh data/informasi tentang sifat nutrisi, fisik dan sensori daging ayam KUB di Jawa Tengah.  Rancangan penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan yaitu daging ayam KUB, daging broiler, daging ayam kampung dan daging ayam pejantan. Sifat fisik meliputi nilai pH dan keempukan, sedangkan sifat nutrisi tercermin dari kadar air, protein dan lemak. Sampel diuji dengan uji sensori dengan melibatkan 30 panelis semi terlatih terhadap sifat sensori daging yang meliputi warna, tekstur serat, aroma, keempukan dan rasa. Data sifat fisik dan nutrisi disajikan secara deskriptif. Data uji sensori dianalisis dengan metode ANOVA dan jika terdapat perbedaan nyata maka akan dilanjutkan dengan uji DMRT.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa daging ayam KUB memiliki kandungan protein dan lemak yang lebih tinggi dibanding daging ayam lainnya. Secara fisik (keempukan), daging ayam KUB belum bisa menyerupai daging ayam kampung. Uji sensori menunjukkan bahwa dari segi aroma, keempukan dan rasa, keempat perlakuan dinilai sama oleh panelis. Warna daging ayam KUB pucat dan berbeda dengan daging yang lain yang memiliki warna putih dan menarik. Tekstur serat daging ayam KUB berserat sampai dengan berserat agak kasar sama dengan broiler dan ayam kampung. Ayam KUB berpeluang untuk dikembangkan sebagai ayam potong dengan perbaikan manajemen pakan dan pemeliharaan untuk memperbaiki warna daging

    Kinerja Produksi dan Reproduksi Ayam KUB di Peternak Pembibit

    Get PDF
    Bibit ternak unggul hasil penelitian perlu diperbanyak untuk dapat dimanfaatkan masyarakat secara mudah dan berkelanjutan. Upaya perbanyakan bibit ternak unggul hasil penelitian khususnya ayam kampung unggul Balitbangtan (KUB) dapat dilakukan melalui kerjasama dengan mitra swasta atau kelompok peternak pembibit. Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan pengamatan kinerja produksi dan reproduksi ayam KUB yang di pelihara peternak untuk tujuan pembibitan. Sebanyak 100 ekor pullet dari ayam KUB-1, umur 14 minggu (80 betina dan 20 jantan) digunakan dalam penelitian. Pengamatan dilakukan terhadap produktivitas ayam. Rata-rata bbot badan ayam betina dan jantan umur 22 minggu adalah 1.561,27 g dan 2.074,53 g, sedangkan pada umur 29 minggu adalah 1.681,53 g dan 2.370,77 g. Umur produksi telur mencapai 10% dicapai pada umur 26 minggu. Rataan bobot telur pada saat produksi 35% (umur ayam 29 minggu) adalah 38,56 g/butir, dengan daya tetas 75%. Hasil kinerja produktivitas ayam KUB tersebut masih mendekati kinerja reproduki ayam KUB yang dipelihara di Balitnak

    KEUNTUNGAN PEMBESARAN SAPI PERANAKAN SIMMENTAL MELALUI PERBAIKAN PAKAN DI KABUPATEN SEMARANG

    Get PDF
    ABSTRACT Profit of Fattening on Simmental-Crossed Breed Cattles through to Feed’s Improvement in Semarang Regency, Central Java. Most of cattle management in Central Java is traditional farms with low meat production. One of the efforts to increase meat production is improvement of feed formulation for calves. This study aimed to determine the average daily gains (ADG) and profitability of cattle rearing with the improvement of feed formulation compared to the traditional one by farmers. The study was conducted in the Polosiri village, Bawen sub-district, Semarang regency from October to December 2012. A total of sixteen heads of Simmental-crossed breed of 6-8 months old were divided into two groups: one group was given feed improvement (elephant grass, fermented rice straw and concentrates) and another with farmer's feed formulation (elephant grass, rice straw, cassava and rice bran). ADG was calculated by subtracting the initial weight from the final weight divided by the period of rearing. The profit was calculated by financial feasibility using Benefit and Cost Ratio (BCR) formula, meanwhile, the difference of profit between two group was calculated by Marginal Benefit and Cost Ratio (MBCR). The results showed that ADG from feed improvement model was 0.66 + 0.17 kg/head/day which is higher than the farmer's feed models that accounted for 0.43 + 0.39 kg/head/day. The BCR analyses for feed improvement model and farmer’s model were 0.13 and 0.09, respectively, with the profit of Rp7.733.500 and Rp4.999.650, respectively. Different feeding model yielded MBCR value of 1.40. It can be concluded that fattening on Simmental-crossed breed cattle with feed improvement model in the form of elephant grass, fermented rice straw, and concentrates is able to improve ADG. Keywords: fattening, feed improvement, gain, profit  ABSTRAK Usaha peternakan sapi di Jawa Tengah merupakan usaha ternak sapi rakyat dengan sistem pemeliharaan tradisional sehingga produktivitas daging rendah. Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi daging sapi ialah membesarkan pedet melalui perbaikan pakan. Pengkajian dilaksanakan dengan tujuan mengetahui Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH) dan keuntungan usaha pembesaran sapi yang mendapatkan perbaikan pakan dibandingkan pakan model peternak. Pengkajian dilakukan di Desa Polosiri, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang, dari bulan Oktober–Desember 2012, menggunakan 16 ekor sapi peranakan Simmental umur 6–8 bulan yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang mendapatkan perbaikan pakan (rumput gajah, jerami fermentasi dan konsentrat dengan jumlah sesuai dengan bobot badan) dan kelompok model peternak (rumput gajah, jerami, ubi kayu dan bekatul.  PBBH dihitung dengan mengurangi bobot badan akhir dan bobot badan awal dibagi waktu pembesaran. Keuntungan didekati dengan kelayakan finansial usaha dianalisis dengan membandingkan keuntungan dan biaya (BCR) dan rasio perubahan keuntungan dan biaya (MBCR). Hasil kajian menunjukkan bahwa PBBH pada pembesaran anak sapi yang mendapat perlakuan perbaikan pakan sebesar 0,66 + 0,17 kg/ekor/hari lebih tinggi dibandingkan model peternak 0,43 + 0,39 kg/ekor/hari. Hasil analisis BCR memperoleh nilai 0,13 dan 0,09 untuk pemberian pakan  perbaikan dan pakan peternak dengan keuntungan masing-masing Rp7.733.550 dan Rp4.999.950. Perbedaan pemberian pakan menghasilkan nilai MBCR = 1,40. Dapat disimpulkan bahwa pembesaran sapi peranakan Simmental dengan pemberian pakan perbaikan berupa rumput gajah, jerami fermentasi dan konsentrat mampu meningkatkan PBBH. Kata kunci: Pembesaran pedet, pakan perbaikan, bobot badan, keuntungan

    KEBEBASAN HAKIM DALAM MENGAMBTL PUTUSAN PERKARA PIDANA DI LINGKUNGAN PERADILAN UMUM

    Get PDF
    RINGKASAN Lembaga peradilan adalah sebagai organisasi birokrasi modern, keberadaannya masih memberikan manfaat bagi masyarakat dan masih dianggap efektif untuk menyelesaikan segala macam konfll yang timbul. Hal ini ditandai masih banyaknya masyarakat untuk menyerahkan penyelesaian melalui lembaga peradilan. Proses penyelesaian perkara di pengadilan masih sering memerlukan waktu, tenaga dan biaya yang mahal disamping keadilan sering tidak dapat diperoleh olehyustisiabelen. Hakim yang diberi fungsi oleh Undang-Undang untuk menerima, memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara selalu dituntut untuk memberikan putusan yang sebenar-benarnya dan seadil-adilnya. Hakim dituntut untuk menjalankan fungsinya secara adil, jujur, hams memahami nilai¬nilai yang hidup dalam masyarakat sehingga putusannya memberi manfaat bagi masyarakat, bangsa dan negara. Putusan Hakim hams dapat dipertanggungjawabkan pada masyarakat, ba gsa, negara, dirt sendiri dan Tut= Yang Malta Est Hakim juga dituntut untuk berakhlak mulia, cerdas, tanggap, tangguh, tanggon sena mengamalkan kode etik profesi. Tetapi Hakim sendiri sebagai manusia biasa yang ada keterbatasan di dalam pribadinya tidak akan dapat terlepas dart berbagai faktor yang mempengaruhinya. Datam menjalankan finagsinya Hakim tidak dapat bekerja sendiri. Hakim tidak dapat terlepas dart organisasi peradilan, institusi lain termasuk dengan terdakwa maupun masyarakat. Hakim di dalam menjalankan fungsinya diberi kebebasan dan kemandirian. Hakim bebas dart korektifa dan rekomendasi baik dad eksekutif maupun pihak lain. Kebebasan dan kemandirian ini segalanya tergantung pada pribadi Hakim. Apakah Hakim dapat menggunakan kebebasan dan kemandiriannya secara baik sehingga is tidak terpengaruh oleh siapapun. Bagaimana Hakim menggunakan kebebasan dan kemandiriannya terutama dalam memberikan putusan perkara pidana Faktor -faktor apa yang dapat mempengaruhi Hakim dalam mengambil putusan. Disamping itu bagaimana Hakim menggunakan kebebasan dan kemandiriannya dalam menjalankan fungsinya. Pada waktu menjalankan fungsinya Hakim berhadapan dengan pihak lain baik terdakwa, saksi, Jalcsa Penuntut Umum maupun organisasi birolcrasi peradilan termasuk dengan pranata dan lembaga yang ada. Sehingga secara langsung atau tidak dapat memberikan pengaruh pada Hakim pada saat memberikan putusan. Faktor-faktor apa saja yang memberikan pengaruh pada Hakim serta bagaimana sikap Hakim dalam menghadapi pengaruh tersebut merupakan inti dad penelitian ini. Hakim dalam menjatuhkan pidana dapat membebaskan, menghukum atau melepaskan terhadap terdakwa. Apabila di pidana jenis pidana apa yang dijatuhkan, berapa lama terdakwa dijatuhi pidana dan hal-hal lain yang menjadi pertimbangan Hakim sehingga menjatuhkan pidana tertentu. Hakim dalam mengambil putusan dapat berkedudukan sebagai corong Undang-Undang sehingga is adalah sebagai penerap Undang-Undang. Tetapi dapat pula Hakim melakukan penafsiran terhadap Undang-Undang. Kemauan dan kemampuan Hakim untuk menjalankan fungsinya secara baik dan benar segalanya tergantung pada perilaku (behavior) Hakimitu sendiri. Hakim yang sumber daya manusianya baik diharapkan akan lahir putusan yang hamar sebenar-benamya dan adil seadil-adilnya sehingga putusannya memberi manfaat bagi yustisiabelen. Dalam mengambil putusan Hakim harus mempertimbangkan segala macam aspek yang ada. Hakim oleh Undang-Undang dilarang tidak memberikan pertimbangan dalam mengambil putusan dengan ancaman batal. Pertirribarigan ini merupakan bentuk dari tanggung jawab Hakim dalam memberikan putusan. Dalam mengambil putusan Hakim dapat hanya berperan sebagai penerap hukum sehingga ia berpandangan hukum yang realis. Berarti disini Hakim menjalankan ajaran heteronom karena Hakim tidak berani keluar dad Undang-Undang yang ada. Penerapan terhadap ajaran dimuka menyebabkan Hakim tidak berani menafsirkan hukum, menghaluskan hukum bahkan mengadakan konstruksi atau penemuan hukum. Pandangan demikian lebih mendekatkan diri pada penegakan hukum dalam rangka kepastian hukum, sehingga sating mengabaikan keadilan bagi yustisiabelen. Di lain pihak ada Hakim yang berpandangan pada ajaran otonom sehingga Hakim berani keluar dari Undang-Undang yang ada. Ajaran ini lebih mendekatkan pada keberanian Hakim untuk melakukan penafsiran (interpretasi) sehingga akan diperoleh suatu putusan Hakim dimana Hakim mampu untuk memberikan putusan yang berkualitas. Ajaran ini lebih mendekatkan diri pada tujuan keadilan sehingga yang diharapkan adalah adanya putusan yang dapat memberikan keadilan bagi yustisiabelen. Dalam penelitian ini akan dianalisis apakah Hakim dalam mengambil putusan lebih mendekatkan pada ajaran Hakim bersifat heteronom atau otonom atau Hakim menggunakan keterpaduan antara ajaran keduanya. Disamping itu Hakim di dalam menjatuhkan pidana apakah ia menggunakan teori tujuan pidana pembalasan atau teori individualseiring. Dari penelitian ini diperoleh basil bahwa Hakim umumnya didalam menjatuhkan pidana selalu memperhatikan aspek lain baik aspek terdakwa, masyarakat dan aspek-aspek yang lain sebab pemidanaan adalah tidak hanya tergantung pada terdakwa tetapi tergantung path berbagai macam aspek. Hakim di dalam menjatuhkan putusan faktor dominan yang paling berpengaruh ada pada did pribadinya sendiri sebab Hakim dalam menjalankan fungsinya menghadapi fakta hukum tertentu berhadapen dengan Undang-Undang selanjutnya menyelesaikan dalam kasus kongkrit Pekerjaan Hakim adalah menghidupkan hukum sehingga dapat dipakai untuk menyelesaikan masalah yang timbul dalam masyarakat Kemandirian dan kebebasan Hakim dalam menjalankan fungsi peradilan sangat penting keberadaannya sebab kemandirian dan kebebasan oleh konstitusi dijamin. Tinggal kepada Hakim apakah ia dapat mengaktualisasikan apa tidak. Dualisme pembinaan oleh dua institusi yaitu telmis yustisial dibina oleh Mahkamah Agung, administrasi, organisasi dan finansial dibina oleh Departemen Kehakiman berdasar penelitian tidak mempengaruhi Hakim dalam rangka mengambil putusan. Departemen Kehakiman tidak mengatur Hakim di dalam mengambil putusan. Mahkamah Agung sendiri lebih banyak hanya memberikan pedoman petunjuk dan pelatihan-pelatihan

    Moralitas Hukum dalam Hukum Praksis sebagai Suatu Keutamaan

    No full text
    Hal. 385-39
    corecore