44 research outputs found

    Folklor sastra Minangkabau sebagai identitas keIndonesiaan dan kekuatan kultural di era globalisasi

    Get PDF
    Masyarakat Indonesia memiliki kebudayaan yang sangat beragam. Identitas Keindonesiaan yaitu keberagaman masyarakat Indonesia yang terdiri atas berbagai macam etnik sebagai kekuatan kultural Bangsa Indonesia. Dari keberagaman bentuk kebudayaan yang dimilikinya, namun tetap mempunyai kesamaan dengan moto, meskipun berbeda-beda, namun tetap satu juga

    Situs Megalitik Tutari sebagai Sumber Inspirasi Penciptaan Koreografi Site-Specific “Tutari MegArt Lithic”

    Get PDF
    The Tutari Megalithic Site is a large stone age civilization site located in Doyo Lama Village, Waibu District, Jayapura Regency, Papua. Visually, on this site, there are stones with various motifs of prehistoric paintings on them. However, if it is studied in-depth, primarily through the perspective of choreography, this site has a broad potential to be a source of inspiration for creating works of art. Collaborating with previous research from the Papua Archeology Center, the creation of this Tutari MegArt Lithic artwork is focused on specific parts of the Tutari Megalithic site that can be used as inspiration for creating artworks. The method used in this writing is descriptive analysis. The purpose of this paper is to provide an overview of how choreography can collaborate across disciplines in the creation of works of art staged at the Tutari archaeological site. This paper describes the sources of inspiration for creating site-specific choreographic works of art entitled Tutari MegArt Lithic, including visual inspiration, artistic inspiration and idea inspiration.Keywords: Tutari Megalithic Site; site-specific choreography; source of inspiration; painting motiv

    Musik Internal dan Eksternal dalam Kesenian Randai

    Get PDF
    Kehidupan musik pada masyarakat Minangkabau tidak terlepas adanya peranan serta fungsi yang melekat pada kesenian Randai. Melalui pendekatan etnomusikologi, tulisan ini menelaah peranan musik internal dan eksternal dalam kesenian Randai. Kesenian ini menggunakan medium seni ganda atau kolektif karena didukung oleh beberapa cabang seni antara lain tari, musik, teater, sastra, dan rupa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa musik iringan dalam Randai terbagi menjadi dua, yaitu musik internal dan musik eksternal. Musik internal adalah musik atau bunyi-bunyian yang berasal dari anggota tubuh manusia (penari), misalnya tepukan tangan, petik jari, tepuk dada, siulan, hentakan kaki ke tanah dan sebagainya, sedangkan musik eksternal adalah bunyi-bunyian atau suara yang berasal dari alat musik atau instrumen seperti talempong, gandang, saluang, dan rabab. The Role of Internal and External Music in the Arts of Randai. The musical life in Minangkabau society is inseparable from its roles and functions which attach to the arts of Randai. Through the ethnomusicology approach, this paper examines the role of internal and external music in the art of Randai. Considering its sustainability and amendment, the musicality is the identity of Minangkabau society so that the sustainability of the music can be run in accordance with the dynamics of society today. Among the types of arts in Minangkabau, Randai is an art form that uses multiple or collective art medium for it is supported by several branches of the arts, including dance, music, theater arts, literary arts, and fine arts. The results of this study is more focused on the art of music. Musical accompaniment in Randai is divided into two, namely internal and external music. The internal music is the music or the sounds that come from the human body (a dancer), for example, clapping, finger picking, patting the chest, whistling, stomping on the ground, and so on, while the external music is the sounds emanating from the tools of music or instruments, such as talempong, gandang, saluang, and rabab

    Filosofi Minangkabau Alam Terkembang Jadi Guru Menjadi Inspirasi Pembelajaran

    Get PDF
    Minangkabau merupakan salah satu suku bangsa di Nusantara yang memiliki falsafah ‘Alam Terkembang Jadi Guru’. Falsafah ini merupakan pandangan hidup yang mempunyai dimensi kulturalis dan religius. Di balik dimensi kulturalis dan religius tersebut ada filsafat tali tigo sapilin yang merupakan kelompok yang terdiri atas ninik mamak, alim ulama, dan intelektual yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat Minangkabau. Filsafat adat Minangkabau merupakan filsafat yang mendasarkan diri pada ketentuan hukum agama dan hukum alam.Epistemologi dalam filsafat adat Minangkabau cenderung dimaknai sebagai bentukpemahaman yang didasarkan pada fenomena alam sebagai sumber ide dan inspirasi. Namun,pemahaman secara kosmosentris terhadap filsafat ‘alam takambang jadi guru’ tersebut, tidakdimaksudkan sebagai pengetahuan objektif mengenai alam itu sendiri,tetapi alam dijadikan analog untuk membentuk tata nilai dan tata prilaku dalam kontekskehidupan bersama bagi masyarakat Minangkabau. Filsafat adat Minangkabaumenempatkan pengetahuan sebagai sintesis dari aspek empirik dan rasionalitas. Hasilpengetahuan menurut filsafat adat Minangkabau tidak hanya didasarkan pada tangkapanindrawi dan rasionalitas semata, tetapi juga berpijak pada aspek hatisehingga bermuara pada konsep etis-argumentatif. Relevansikajian epistemologi filsafat Minangkabau adat bersandi syarak-syarak bersandi kitabullah, relevansinya  dengan seni, agama, dan budaya terletak padaproses dialog yang dilakukan masyarakat Minangkabau.Adat dan agama merupakan pandangan hidup bagi masyarakat Minangkabau merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan.  Kata kunci:  filosofi Minangkabau, budaya Minangkabau, tingkatan adat, pendidikan surau

    Metode ‘TaTuPa’ Tabuh Tubuh Padusi sebagai Musik Internal Visualisasi Koreografi NeoRandai

    Get PDF
    Setiap koreografi selalu mengandung dua aspek yang tidak terpisahkan antara isi dan bentuk. Di satu pihak, koreografi disikapi sebagai ‘craft’ yang menekankan prinsip-prinsip objektif dan aturan komposisi. Di lain pihak, hal tersebut merupakan‘proses’ yang menekankan cara kerjanya yang kreatif. Tujuan penelitian ini menawarkan metode TaTuPa (Tabuh Tubuh Padusi) yaitu sebuah koreografi sebagai karya seni yang merupakan salah satu bentuk kreativitas dalam eksplorasi musik internal yang dibangun oleh tubuh penari itu sendiri, baik dari suara vokal, petik jari, tepuk tangan, tepuk dada, tepuk paha, maupun hentakan kaki. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode TaTupa yang mengkombinasikan antara isi dan bentuk menjadi sebuah kesatuan yang utuh dari eksplorasi gerak menghasilkan irama musik internal. NeoRandai Minang sebagai kreativitas seniman dapat dipahami sebagai suatu gejala sosial ‘kekinian’ yang berdimensi ‘mikro’ sehingga menjadi salah satu di antara berbagai kemungkinan cara memahami, melihat, dan mengkaji yang sebenarnya sangat kompleks ini. Pada saat ini, pandangan orang tentang karya seni tari selalu mengalami perkembangan dan pergeseran sesuai atau sejalan dengan konsep estetik yang muncul pada setiap zaman. Pandangan yang menyatakan bahwa estetik itu sesungguhnya berkaitan atau mengkaji sesuatu yang indah, kini bergeser sehingga perlu dikoreksi kembali mengingat kecenderungan karya-karya seni tari-tari kontemporer tidak lagi hanya sekedar menawarkan pemilihan gerak sebagai keindahan, tetapi lebih diutamakan pada makna dan aksi mental.The ‘TaTuPa’ Method of Tabuh Tubuh Padusi as an Internal Music Visualization of NeoRandai Choreography. Each choreography always contains two inseparable aspects between content and form. On the one hand, it behave choreography as 'craft' which emphasizes objective principles and rules of composition. On the other hand as a 'process' which emphasizes creative ways of working. The purpose of this study is to offer the TaTuPa Method ( Tabuh Tubuh Padusi ) is a choreography as an art work which is one form of creativity in the exploration of internal music built by the body of the dancer itself, both from vocal sounds, pick fingers, applause, chest pat, pat thighs, and foot pounding. The results of this study the TaTupa Method by combining content and form into a whole unity from exploration of motion that produces internal music rhythms. Neo Randai Minang as an artist's creativity, can be understood as a social phenomenon of 'contemporary' with a 'micro' dimension, which is one of the various possible ways of understanding, seeing, and studying what is actually very complex. At this time people's views on dance art always experience development and shift according to or in line with the aesthetic concepts that arise in every age. The view that states that aesthetics are actually relating or reviewing something beautiful, is now shifted and corrected again considering the tendency of contemporary dance works to no longer merely offer the selection of motion as beauty, but more prioritize meaning and mental action.Keywords: tatupa method; padusi; choreography; music internal; neoranda

    STRUKTUR DAN FUNGSI PEMBERIAN ULOS PADA PERNIKAHAN ETNIK BATAK TOBA DI KOTA BANDUNG

    Get PDF
    ABSTRAKUpacara pernikahan etnik Batak Toba, merupakan kegiatan upacara adat yang menjalani prosesi sangat panjang. Upacara ini, dilakukan oleh masyarakat etnik Batak Toba baik yang menetap di provinsi Sumatera Utara maupun yang sudah tidak menetap di wilayah tersebut. Salah satu kota tujuan perantauan yang masih menggelar upacara pernikahan Etnik Batak Toba, yaitu Kota Bandung. Masyarakat Entik Batak Toba yang bermukim di Kota Bandung selalu menerapkan adat istiadatnya dalam kelangsungan hidupnya. Dalam pernikahan tersebut, terdapat adanya peranan ulos sebagai suatu simbol yang penuh akan makna. Pemberian ulos sangatlah penting dan merupakan suatu keharusan, ulos tersebut tidak sembarang orang yang memberikannya, melainkan sesuai dengan hubungan kekerabatan dari kedua mempelai dan pihak keluarga mempelai.Tulisan ini, merupakan deskripsi analisis dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Adapun teori yang digunakan, yaitu strukturalisme fungsionalisme Radcliffe Brown. Penelitian ini, bertujuan untuk menggali stuktur sosial yang ada pada pemberian ulos dan fungsi pemberian ulos pada pernikahan masyarakat etnik Batak Toba di Kota Bandung.Kata kunci: Ulos, Pemberian Ulos, Struktur, dan FungsiABSTRACTBatak Toba’s Wedding Ceremony, is a long processed custom ceremony. This is done by the people of Toba either lived in North Sumatera or anywhere else outside. One of the province abroad that still uses this tradition is in Bandung. The people of Batak Toba which stayed in Bandung always apply this tradition in their daily life activities. On the wedding, there are ulos that used as one of the meaningful symbol towards the ceremony. The present of ulos are very crucial and it has to be done by either one with relation to the bride or groom’s family.This research, is an analysis research towards the material by using qualitative method. As for the theory, the writer uses Radcliffe Brown functional structuralism theory. This research is done to get a knowledge about the social structure found in the presenting the ulos and the function of ulos in the Batak Toba Ethnics wedding ceremony in Bandung.Keywords: Ulos, Presenting of Ulos, Structure and functio

    Kreativitas Musikal Dalam Garap Karya Ludira Seta

    Get PDF
    -Ludira Seta merupakan karya baru yang diciptakan dengan berlandaskan pada idiom kesenian wayang golek. Karya ini merupakan wujud kolaborasi antara budaya dan teknologi digital komputer yang digarap dengan mengusung tiga jenis kretaivitas sebagaimana dikemukakan Margaret A. Boden, yakni kreativitas kombisional, eksplanatori, dan transformasional. Metode pembentukan komposisi musikal mengacu pada konsep garap Rahayu Supanggah mengenai: (1) Materi garap; (2) Penggarap; (3) Sarana garap; (4) Prabot/Piranti garap; (5) Penentu garap; (6) Pertimbangan garap. Kedua konsep Kreativitas (Boden, 2010 dan Supanggah, 2011). Kompleksitas garap musik secara substansial dihadirkan dari 2 sumber dan latar belakang tradisi yang berbeda, yaitu tradisi musik yang berlatar belakang konvensi karawitan Sunda serta tradisi musik yang berlatar belakang musik klasik barat. Kedua latar belakang musik tersebut sebagian besar diproses melalui sistem Digital Audio Workstation (DAW) serta mengacu pada referensi Electronic Dance Music (EDM) Penyusunan karya ini dilakukan melalui beberapa tahap yakni riset, pemilihan media, hingga penggarapan hingga akhirnya dapat tercipta beragam unsur kebaruan baik itu dalam gending maupun orkestratif dari mulai yang bersifat kombinasi, hasil eksplorasi yang masih jarang dilakukan dalam karya-karya sebelumnya, hingga yang bersifat transformasi yang menghasilkan pola baru

    Kesenian Indang: Kontinuitas dan Perubahan

    Get PDF
    ABSTRACT The art of indang, living in the community of Padang Pariaman, is a form of arts and cultural stu- dies related to the phenomenon of continuity and change. The art of indang in the Pariaman commu- nity is still not only continuing, but also changing according to the era. The research uses qualitative method base on ethnograph approach. The result of the research aim to explain the continuity of indang which lies on the form of presentation, time and venue. The continuity is supported by internal factors, namely inheritance and cultural preservation, and external factors such as politics of identity. On the other hand, the factor of change is caused by internal factors, namely market preference, economics, educational factor, and external factor which is caused by media technology factor. Keywords: indang, continuitas, change, Sintuak Pariaman    ABSTRAK Kesenian indang yang hidup di tengah masyarakat Padang Pariaman, merupakan  kajian seni dan budaya yang berkaitan dengan fenomena kontinuitas dan perubahan. Kesenian in- dang pada masyarakat Pariaman di samping berlanjut, ia juga berubah sesuai tuntutan zaman. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan etnografi. Hasil penelitian untuk menjelaskan kontinuitas kesenian indang yang terdapat pada bentuk penyajian, waktu pertunjukan, dan tempat pertunjukan. Kontinuitas tersebut ditunjang oleh faktor internal se- perti, pewarisan dan pelestarian budaya, dan faktor eksternal seperti politik identitas. Sedang- kan faktor perubahan disebabkan oleh karena faktor internal seperti, selera pasar, ekonomi, faktor pendidikan, dan faktor eksternal disebabkan oleh faktor teknologi medi

    ESTETIKA MORFOLOGI MOTIF BATIK KLUWUNG INDRAMAYU

    Get PDF
    Indramayu Batik Design, also called Dermayon Batik in Java coastal area which is influenced much from outside area, because it is another trade center beside Sunda Kelapa. Most of the batik workers are women who work part time while waiting for their husbands go sailing. Design examined in this research is batik kluwungan design, by using Morphology Aesthetics theory from Thomas Munro, which is a not concern on good or bad but more to facilitate to describe form, style and expression of an art work. Aesthetics value in an object is not burdened by it is created by nature or by human; all objects have their own aesthetics value. Everything seen from the object (visual) has art elements (line, form and color), either naturally or made. Aesthetics on batik kluwung is seen on line, filling and style of ferns, etong fish, triangle  (tumpal)and the useof color on the batik.Keyword: Aesthetics, design, batik, Kluwung, Indramayu__________________________________________________________Motif batik Indramayu disebut juga batik Dermayon termasuk daerah perbatikan pesisir pulau Jawa yang mendapat pengaruh sangat besar dari luar karena sebagai pusat perdagangan kedua setelah pelabuhan Sunda Kelapa. Kebanyakan pembatik adalah perempuan sambilan menunggu suaminya pergi melaut. Motif yang diteliti dalam penelitian ini adalah motif batik kluwungan, dengan menggunakan teori Estetika Morfologi dari Thomas Munro, bahwasanya Estetika Morfologi bukan menilai sebuah karya itu baik atau buruk tetapi lebih memudahkan dalam mendeskripsikan bentuk, style dan ekspresi sebuah karya seni. Nilai estetika dalam sebuah benda tidak dibatasi oleh benda yang berasal dari alam ataupun buatan manusia, semua benda memiliki nilai estetisnya sendiri. Segala sesuatu yang tampak dari benda tersebut (visual) memiliki elemen-elemen seni (garis, bentuk, dan warna) di dalamnya, baik itu alami ataupun buatan. Estetika pada motif batik kluwungan terlihat pada garis, isen dan stilasi bentuk tumbuhan paku, bentuk ikan etong, dan bentuk segitiga (tumpal), serta penggunaan warna pada batik tersebut.Kata Kunci: Estetika, motif, batik Kluwung, IndramayuIndramayu Batik Design, also called Dermayon Batik in Java coastal area which is influenced much from outside area, because it is another trade center beside Sunda Kelapa. Most of the batik workers are women who work part time while waiting for their husbands go sailing. Design examined in this research is batik kluwungan design, by using Morphology Aesthetics theory from Thomas Munro, which is a not concern on good or bad but more to facilitate to describe form, style and expression of an art work. Aesthetics value in an object is not burdened by it is created by nature or by human; all objects have their own aesthetics value. Everything seen from the object (visual) has art elements (line, form and color), either naturally or made. Aesthetics on batik kluwung is seen on line, filling and style of ferns, etong fish, triangle  (tumpal)and the useof color on the batik.Keyword: Aesthetics, design, batik, Kluwung, Indramayu                                                                                                       ABSTRAKMotif batik Indramayu disebut juga batik Dermayon termasuk daerah perbatikan pesisir pulau Jawa yang mendapat pengaruh sangat besar dari luar karena sebagai pusat perdagangan kedua setelah pelabuhan Sunda Kelapa. Kebanyakan pembatik adalah perempuan sambilan menunggu suaminya pergi melaut. Motif yang diteliti dalam penelitian ini adalah motif batik kluwungan, dengan menggunakan teori Estetika Morfologi dari Thomas Munro, bahwasanya Estetika Morfologi bukan menilai sebuah karya itu baik atau buruk tetapi lebih memudahkan dalam mendeskripsikan bentuk, style dan ekspresi sebuah karya seni. Nilai estetika dalam sebuah benda tidak dibatasi oleh benda yang berasal dari alam ataupun buatan manusia, semua benda memiliki nilai estetisnya sendiri. Segala sesuatu yang tampak dari benda tersebut (visual) memiliki elemen-elemen seni (garis, bentuk, dan warna) di dalamnya, baik itu alami ataupun buatan. Estetika pada motif batik kluwungan terlihat pada garis, isen dan stilasi bentuk tumbuhan paku, bentuk ikan etong, dan bentuk segitiga (tumpal), serta penggunaan warna pada batik tersebut.Kata Kunci : Estetika, motif, batik, Kluwung, Indramay
    corecore