14 research outputs found

    APLIKASI TEKNOLOGI PRODUKSI MASSAL NEMATODA ENTOMOPATOGEN SEBAGAI BIOPESTISIDA HAMA WERENG PADA KELOMPOK TANI PADI DI KECAMATAN REMBANG, KABUPATEN PASURUAN

    Get PDF
    Penyebab utama penurunan produksi padi di wilayah kecamatan Rembang akibat adanya serangan virus Tungro yang dibawa oleh Wereng Hijau (Nephotettix sp.). Hal ini dibuktikan dengan adanya penurunan produksi padi yang sampai saat ini masih mencapai 40%, walaupun upaya pengendalian gencar dilakukan oleh para petani di kecamatan Rembang. Nematoda entomopatogen merupakan salah satu alternatif untuk mengendalikan wereng tanpa menimbulkan dampak negatif pada lingkungan. Tujuan pengabdian adalah agar petani mengenal nematoda dan dapat memproduksi biopestisida nematoda entomopatogen secara mandiri. Model transformasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi kepada petani dilakukan melalui metode penyuluhan dan pelatihan, pendampingan serta aplikasi di lapangan Hasil baiting menunjukkan bahwa gejala serangan nematoda yang tampak pada permukaan tubuh larva Tenebrio molitor berwarna coklat karamel. Hal ini menunjukkan bahwa nematoda yang menyerang larva tersebut adalah jenis Steinernema spp. Hasil aplikasi biopestisida di lapangan diketahui bahwa pada areal pertanaman padi yang tidak diaplikasi biopestisida, diketemukan rata-rata 2 ekor wereng pada setiap meter persegi. Gejala yang tampak adalah tanaman padi menjadi kerdil dan daunnya berwarna kuning. Sedang pada pertanaman padi yang diaplikasi biopestisida, tidak diketemukan wereng, tanaman tampak subur menghijau karena telah bebas hama wereng pembawa virus tungro

    PENGARUH TINGKAT KERAPATAN SPORA JAMUR Bauveria bassiana (Bals) Vuill TERHADAP MORTALITAS IMAGO WERENG COKLAT (Nilaparvata lugens Stal) DI LABORATORIUM

    Get PDF
    Ones of the biological control for decrease grasshopper (Nilaparvata lugens Stat-) damage have been controlled by Bauveria bassiana (Bals) Yuill fungi. The research aimed to know the optimum density of B. bassiana (Bals) Yuill spore that can be used to control N. lugens Stal. The research uses Complete Random Design with three level and each level repeated three times. The levels are spore density of B. bassiana (Bals) Yuill) 06 spora/ml, 108 spore/ml, and 1010 spore/mI. The research resulted that spore density of B. bassiana 1010 spore per ml more efective for controlling N. lugens Stal with mortality percentage about 89,09 percen

    Pengaruh Perbedaan Jumlah Inokulasi Telur Nematoda Puru Akar (Meloidogyne Incognita) Terhadap Pertumbuhan Tanaman Dan Perkembangan Populasi Nematoda Pada Tanaman Tembakau

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan jumlah inokulasi telur nematoda puru akar (M.incognita) terhadap pertumbuhan tanaman dan perkembangan populasi nematoda pada tanaman tembakau.Percobaan disusun dalam rancangan acak lengkap faktorial dengan lima kali ulangan. Faktor pertama adalah jumlah telur yang diinokulasikan dan faktor kedua adalah varietas yang digunakan. Faktor pertama terdiri dari 0 (kontrol), 1000, 5000, 10000, 15000 dan 20000 butir telur yang diinokulasikan. Untuk faktor kedua adalah varietas yang digunakan yaitu DB 101 dan Cooker 319. Hasil analisis statistika menunjukkan bahwa tinggi tanaman mulai dipengaruhi oleh jumlah inokulasi pada minggu kedua. Disamping tinggi tanaman dipengaruhi jumlah inokulasi juga dipengaruhi oleh vartietas yang digunakan. Varietas sudah menunjukkan perbedaan mulai pada minggu pertama sampai minggu keenam dimana varietas DB 101 lebih tinggi dibandingkan dengan varietas Cooker 319. Hasil analisis statistika menunjukkan bahwa berat akar tanaman tembakau berbeda nyata terhadap jumlah telur yang diinokulasikan dimana pada inokulasi 1000 butir telur menunjukkan berat tertinggi dibandingkan dengan kontrol dan perlakuan yang lain dan berat terendah ditunjukkan pada inokulasi 20000 butir telur. Hasil analisis statistika menunjukkan bahwa jumlah gall per gram akar berbeda nyata terhadap jumlah telur yang diinokulasikan dan varietas yang digunakan pada varietas DB 101 lebih banyak ditemukan pada gall

    KEMAMPUAN PESTISIDA NABATI (MIMBA, GADUNG, LAOS DAN SERAI), TERHADAP HAMA TANAMAN KUBIS (Brassica Oleracea L)

    Get PDF
    Penelitian Kemampuan Pestisida Nabati (Mimba, Gadung, Laos Dan Serai), Terhadap  Hama  Tanaman  Kubis  (Brassica  Oleracea  L),  dilakukan  di  Green House Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur.  Bahan  yang  digunakan  ,  tanaman  kubis  (Brassica  oleracea  L),  daun mimba, umbi gadung, Serai, laos, pupuk organik dan anorganik, keberadaan hama secara   alamiah,   pestisida   kimia.   Tujuan   dari   penelitian   ini   adalah   untuk mengetahui efektifitas pestisida nabati yang berasal dari mimba, gadung, laos dan serai terhadap hama yang sering dijumpai pada tanaman kubis ulat grayak (Spodaptera  litura  L), Penelitian ini  menggunakan Rancangan Acak  Lengkap dengan lima perlakuan pestisida yaitu mimba dan laos, mimha dan serai, mimba dan gadung, mimba, serai, laos, gadung, pestisida kimia Reagent, di ulang 5 kali. Tujuan penelitian untuk mengetahui efektifitas pestisida nabati yang berasal dari mimba, gadung, laos dan serai terhadap hama yang sering dijumpai pada tanaman kubis ulat grayak. Hasil penelitian menunjukkan populasi ulat graya (Spodoptera litura L) pada tanaman kubis menunjukkan tidak berbeda nyata (non significant) pada campuran dari pestisida nabati yang dicoba dari masing-masing perlakuan. Sedangkan presentase serangannya mulai dari serangga berat sampai sangat berat, kecuali kontrol yang memakai bahan kimia reagent dengan bahan aktif Tripronil persentase serangganya 11,62% serangga ringan.Kata Kunci : Pestisida Nabati, Kubis,Ulat gray

    PENGARUH PERBEDAAN JUMLAH INOKULASI TELUR NEMATODA PURU AKAR (Meloidogyne incognita) TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN DAN PERKEMBANGAN POPULASI NEMATODA PADA TANAMAN TEMBAKAU

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan jumlah inokulasi telur nematoda puru akar (M.incognita) terhadap pertumbuhan tanaman dan perkembangan populasi nematoda pada tanaman tembakau.Percobaan disusun dalam rancangan acak lengkap faktorial dengan lima kali ulangan. Faktor pertama adalah jumlah telur yang diinokulasikan dan faktor kedua adalah varietas yang digunakan. Faktor pertama terdiri dari 0 (kontrol), 1000, 5000, 10000, 15000 dan 20000 butir telur yang diinokulasikan. Untuk faktor kedua adalah varietas yang digunakan yaitu DB 101 dan Cooker 319. Hasil analisis statistika menunjukkan bahwa tinggi tanaman mulai dipengaruhi oleh jumlah inokulasi pada minggu kedua. Disamping tinggi tanaman dipengaruhi jumlah inokulasi juga dipengaruhi oleh vartietas yang digunakan. Varietas sudah menunjukkan perbedaan mulai pada minggu pertama sampai minggu keenam dimana varietas DB 101 lebih tinggi dibandingkan dengan varietas Cooker 319. Hasil analisis statistika menunjukkan bahwa berat akar tanaman tembakau berbeda nyata terhadap jumlah telur yang diinokulasikan dimana pada inokulasi 1000 butir telur menunjukkan berat tertinggi dibandingkan dengan kontrol dan perlakuan yang lain dan berat terendah ditunjukkan pada inokulasi 20000 butir telur. Hasil analisis statistika menunjukkan bahwa jumlah gall per gram akar berbeda nyata terhadap jumlah telur yang diinokulasikan dan varietas yang digunakan pada varietas DB 101 lebih banyak ditemukan pada gall

    KOMPILASI PENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH Meloidogyne spp DENGAN JAMUR Fusarium oxysporum f. lyccopersici PADA TANAMAN TOMAT

    Get PDF
    Komplikasi Penyakit  yang disebabakan oleh Meloidogyne spp. dengan Fusarium oxysporum f. lycopersici pada tanaman tomat.  Di alam terdapat suatu mekanisme interaksi antara Meloidogyne spp. dan patogen patogen lain seperti  jamur, bakteri, dan virus. Kerusakan yang disebabkan interaksi antara Meloidogyne spp. dan F. oxysporum f. lycopersici dapat menyebabakan kerusakan semakin besar. Serangan nematoda dapat mengakibatkan tanaman secara fisiologis lebih peka dan lemah terhadap serangan patogen lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dengan adanya sinergisme antara Meloidogyne spp. dengan F. oxysporum f.lycopersici dapat meningkatkan derajad serangan pada tanaman tomat. Pelaksanaan penelitian dilakukan di laboratorium Jurusan Hama dan Penyakit Fakultas Pertanian UPN Veteran Jawa Timur Surabaya. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan lima perlakuan yaitu: inokulasi telur Meloidogyne spp. sebelum inokulasi F.oxysporum f. lycopersici, inokulasi F. oxysporum f. lycopersici sebelum inokulasi Meloidogune spp. , inokulasi telur Meloidogyne spp, inokulasi F. oxysporum f. lycoper sici dan tanpa inokulasi telur Meloidogyne spp. dan F. oxysporum f. lycopersici (kontrol). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman tomat yang diinokulasi telur Meloidogyne spp. menjadi lebih peka terhadap serangan jamur F. oxysporum f. lycopersici dibanding apabila tanaman tomat tersebut tidak diinokulasi telur Meloidogyne spp dan derajad serangannya menjadi lebih besar dibanding bila patogen menyerang secara sendiri sendiri. Hal ini dapat terlihat dengan adanya persentase serangan layu Fusarium lebih besar, jumlah produksi tanaman lebih sedikit, berat tanaman lebih ringan yang berarti tanaman mengalami kerusakan yang lebih besar dibanding dengan perlakuan inokulasi Meloidogyne spp. saja maupun inokulasi F. oxysporum f. lycopersici saja. Jumlah bengkak akar, jumlah nematoda dalam akar, jumlah massa telur dan jumlahtelur per massa telur didapatkan paling banyak ada pada perlakuan inokulasi telur Meloidogyne spp.  Sedangkan jumlah nematoda dalam tanah banyak diperoleh pada perlakuan inokulasi Meloidogyne spp. sebelum F. oxysporum f. lycopersici

    Kemampuan Pemangsaan Menochilus Sexmaculatus F. (Coleoptera: Coccinellidae) Terhadap Rhopalosiphum Maidis Fitch (Homoptera: Aphididae)

    Full text link
    The objective of this research was to study the functional response of M. sexmaculatus. The hypothesis of this study was that age of predator and the numbers of prey will effect predation rate. To test this hypothesis, a set of prey (first and fourth instar and adult R. maidis) was separately placed together with first and fourth instar larval and adult female of M. sexmaculatus at different densities. The length of the exposure of the hosts were respectively 13, 14 and 2 hours for 1st instar larval predator, 4th instar larval predator and adult predators. In addition a combination of 1st and 4th instar nymph of R. maidis were exposed to adult M. sexmaculatus for 24 hours. The result of this study showed that the ability to predation of young and adult M. exmaculatus was type II, indicating that M. sexmaculatus can be categorized as effective biological control agent. Adults of M. sexmaculatus are better predators than the larval stages. Based on non linear regression analysis, the maximum numbers of preys consumed by adult females of M. sexmaculatus was 300 individuals of various stages of R. maidis per 24 hours

    Kemampuan Pemangsaan Menochilus sexmaculatus F. (Coleoptera: Coccinellidae) terhadap Rhopalosiphum maidis Fitch (Homoptera: Aphididae)

    Get PDF
    In nature many different types of prey encountered, but information concerning the ability of predators to preys on the prey is still less The goals of this research was to knew functional response i.e. the relationship between ability of individual M. sexmaculatus to eat prey (R. maidis) on differential population density. The hypothesis of The study was the more availability of prey (R. maidis) and the older of predator stages M. sexmaculatus), then predation ability would growing up. The research method is to place directly larvae (first instar and fourth instar) and adult female M. sexmaculatus predator was on its prey, R. maidis, in a variety of population densities with first instar nymphs, the fourth and adult The result of this study shown that the ability to predation of young and adult of M. sexmaculatus was Type II to R. maidis, so it was categorized as effective biological control agent. Ability to predation of adults stages of M. semaculatus is better than young stages. Based on analysis of non linear regression, to the maximum predation of female adults of M. sexmaculatus was 300 various stage of R. maidis per 24 hours. . KEY WORDS: Functional response, M. sexmaculatus and R. Maidis
    corecore