274 research outputs found

    Hubungan Intensitas Mahasiswa Mengakses Materi Perkuliahan melalui Internet dengan Minat Mencari Materi Perkuliahan di Perpustakaan

    Full text link
    BAB IPENDAHULUANA. LATAR BELAKANGMedia mempengaruhi kebutuhan mahasiswa akan mencari materi perkuliahan yang semakin tinggi. Mahasiswa membutuhkan materi untuk menambah pengetahuan, maupun sebagai alat untuk bisa mencari bahan ujian dan tugas. Kebutuhan akan materi perkuliahan ini diakomodir oleh keberadaan media massa yang berlomba-lomba untuk menyajikan materi atau bahan secara mendalam dan berusaha untuk menjadi penyedia materi atau bahan yang paling akurat.Sebagai salah satu penyedia materi perkuliahan atau bahan perkuliahan, perpustakaan memiliki keunggulan dibanding lainnya. Namun ditengah perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat, fungsi sederhana perpustakaan yang merupakan tempat penyedia materi perkuliahan semakin ditantang untuk menarik minat pengunjungnya. Dengan serbuan media massa yang mengandalkan kecepatan dalam menyediakan materi perkuliahan, mencari materi atau bahan di perpustakaan jelas berada satu langkah dibelakang media massa – media massa tersebut.Di tengah arus kecepatan dalam menyediakan materi perkuliahan, perpustakaan memang mendapatkan tantangan dari media massa baru yang kini semakin berkembang yaitu internet. Internet telah menjadi unsur yang merubah wajah media massa di era informasi seperti saat ini. Jumlah pengguna Internet yang besar dan semakin berkembang, telah mewujudkan budaya Internet. Dalam ilmu komunikasi, Internet dikategorikan sebagai “new media”. “Istilah “media baru” mulai dikenal pada pertengahan 1990an, merebut tempat “multimedia”di bidang bisnis dan seni.Internet juga mempunyai pengaruh yang besar atas ilmu, dan pandangan dunia. Dengan hanya berpandukan mesin pencari seperti Google, pengguna di seluruh dunia mempunyai akses Internet yang mudah atas bermacam-macam informasi. Dibanding dengan buku dan perpustakaan, Internet melambangkan penyebaran (decentralization) / pengetahuan (knowledge) informasi dan data secara ekstrem.Kemudahan akses Internet inilah yang kemudian menghadirkan banyak sekali situs-situs yang menyediakan materi-materi perkuliahan di internet. Situs tersebut dapat dengan mudah dan cepat diakses oleh pengguna internet. Mahasiswa yang membutuhkan materi perkuliahan dengan cepat, membuka peluang bagi situs tersebut sebagai media pilihan akan hal itu. Sebagian besar dari situs tersebut merupakan teks yang berbentuk media digital dan kadang-kadang dilindungi dengan hak cipta digital, yang dapat diunduh secara gratis. Denganhadirnya situs-situs tersebut ini para pembaca dimudahkan untuk tidak menyimpan buku-buku favoritnya dalam bentuk fisik, sehingga menjadikan internet sebagai jalan pintas bagi para mahasiswa untuk mencari materi perkuliahan dan mencari ilmu di internet.B. PERUMUSAN MASALAHSetiap perkembangan teknologi biasanya menimbulkan dampak bagi teknologi sebelumnya. Dalam hal ini adalah buku yang ada di perpustakaan sebagai materi. Buku-buku yang terdapat di perpustakaan merupakan salah satu wujud ilmu pengetahuan, karena dapat diakses oleh kalangan mahasiswa. Tempat yang nyaman dan mudah dijangkau, membuat perpustakaan mampu menggaet pengunjung dari mahasiswa tingkat bawah hingga mahasiswa tingkat akhir.Dalam hal kecepatan menyediakan materi perkuliahan, perpustakaan memang bisa dibilang tertinggal oleh teknologi modern yang bermunculan, namun apakah munculnya situs-situs yang menyediakan materi perkuliahan dan kemudahannya dalam mengakses melalui internet, mempengaruhi turunnya minat mahasiswa dalam mencari materi perkuliahan di perpustakaan?Melalui berbagai uraian di atas, menarik untuk diteliti, bagaimanakah hubungan intensitas mahasiswa mengakses materi perkuliahan melalui internet dengan minat mencari materi perkuliahan di perpustakaan.C. TUJUAN PENELITIANPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara intensitas mengakses materi perkuliahan melalui layanan di internet dengan minat mencari materi perkuliahan di perpustakaan.D. KERANGKA TEORINew Media atau media baru tengah menjadi fenomena yang hangat dalam dunia komunikasi. Kehadiran media baru ini ditengarai akibat dari perkembangan teknologi yang sangat pesat, di mana secara perlahan mulai menggeser peran dominan dari media konvensional atau tradisional sebagai salah satu saluran komunikasi. “Bahwa studi media baru telah mendapatkan tempat sebagai cabang dari teori komunikasi juga bersandar pada klaim bahwa lingkungan media tradisional telah ditantang tidak hanya dengan inovasiteknologi, tapi pada tingkat ekologis, terdiri dari substansial, Perubahan kualitatif daripada perkembangan tambahan untuk lingkungan media.” (Littlejohn & Foss, 2009: 684).Internet berkembang pesat mulai tahun 1990an di Amerika. “Kendati dalam beberapa hal internet mirip dengan medium massa tradisional yang mengirim pesan dari titik transmisi sentral, tetapi Internet lebih dari itu. Perbedaan signifikan lain dari media massa adalah Internet bersifat interaktif. Internet punya kapasitas untuk memampukan orang berkomunikasi, bukan sekedar menerima pesan belaka, dan mereka bisa melakukannya secara real time.” (Vivian, 2008: 263).Intensitas mengakses materi perkuliahan didefinisikan sebagai kegiatan berulang-ulang dengan keadaan dan frekuensi yang semakin lama semakin meningkat untuk memperoleh materi dalam bentuk digital melalui media Internet. Banyak media massa yang kita kenal sekarang sedang mengalami konvergensi ke format digital. “Konvergensi teknologi ini dipicu oleh percepatan miniaturisasi peralatan canggih dan kemampuan untuk mengompres data menjadi bit digital yang kecil sehingga mudah disimpan dan ditransmisikan. Dan Perusahaan-Perusahaan media, baik yang produknya didasarkan pada teknologi cetak, elektronik, atau fotografis, semuanya terlibat dalam konvergensi ini.” (Vivian, 2008: 279)Minat merupakan sebuah hubungan antara seseorang dengan sebuah obyek yang melibatkan unsur perasaan terhubung antara seseorang tersebut dengan obyeknya, memiliki perasaan positif terhadap obyek, tumbuhnya keinginan untuk mengetahui obyek lebih lanjut, berusaha menyelidiki dan terlibat dengan objek, dan memiliki keputusan untuk memelihara hubungan tersebut. (Schutz and Pekrun, 2007 : 152)Perpustakaan dan bahan bacaan adalah dua kata yang saling bertautan. Karena di perpustakaanlah bahan pustaka dikumpulkan, diproses, dan disebarluaskan dan didistribusikan kepada para pembaca/pemakai perpustakaan . (Sumpeno, 1994: 8)Pengertian minat mencari materi di perpustakaan dapat didefinisikan sebagai keadaan seseorang dimana kondisi mental terfokus, dimana kondisi ini melibatkan beberapa faktor yaitu, keterpusatan atensi atau perhatian, meningkatnya fungsi kognitif dalam diri, ketekunan dan keterlibatan faktor afeksi, sehingga ia memiliki keinginan dan ketertarikan tertentu untuk melakukan kegiatan membaca dan memperoleh materi dari perpustakaan.Keaktifan seseorang dalam memilih media massa yang digunakan, dijelaskan pada unsur-unsur teori Uses and Gratification yang diungkapkan oleh Katz, Blumler, dan Gurevitch (1968:22-23, dalam Severin and Tankard, 2008:356), menyatakan bahwa :1. Audiens dipandang bersikap aktif, hal ini bermaksud bahwa peranan penting media massa bagi seseorang diorientasikan pada tujuannya.2. Tingkat kepuasan dan pemilihan media yang digunakan ditentukan oleh audiens sendiri3. Media bersaing dengan media-media lain dalam memenuhi kebutuhan.E. HIPOTESIS PENELITIANBerdasarkan penjelasan dari gambaran geometri, hipotesis pada penelitian ini adalah terdapat hubungan negatif antara intensitas mengakses materi perkuliahan melalui internet dengan minat mencari materi perkuliahan di perpustakaan. Hal ini berarti, bahwa semakin tinggi intensitas mengakses materi perkuliahan melalui internet, maka semakin rendah minat mencari materi perkuliahan dari perpustakaan.F. METODOLOGI PENELITIAN1. Tipe PenelitianPenelitian ini menggunakan jenis penelitian eksplanatif, karena riset akan menghubungkan atau mencari sebab akibat antara dua atau lebih konsep (variabel) yang akan diteliti. (Kriyantono, 2007: 69)2. Populasia. PopulasiPopulasi dari penelitian ini adalah pengakses materi perkuliahan melalui internet.3. Teknik Pengambilan SampelDalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik quota sampling. Teknik sampel ini adalah bentuk dari sampel distratifikasikan secara proposional, namun tidak dipilih secara acak melainkan secara kebetulan saja..5. Alat dan Teknik Pengumpulan Dataa. Alat Pengumpulan DataAlat pengumpulan data dengan metode kuesioner, yaitu kumpulan daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis dan berisi alternatif jawaban terstruktur. (Kriyantono. 2007: 93).6. Teknik Pengolahan Dataa. EditingKegiatan memeriksa atau memilih kembali jawaban responden. Pada tahap ini dilakukan pengecekan jawaban responden atas daftar pertanyaan untuk menghindari adanya kekeliruan, ketidaklengkapan, kepalsuan dan ketidaksesuaian.b. KodingMemberikan penilaian untuk jawaban yang sesuai dengan hipotesis. Jika mendukung diberikan skor yang tinggi dan sebaliknya.c. TabulasiMembuat tabulasi termasuk dalam kerja memproses data. Membuat tabulasi tidak lain adalah memasukkan data ke dalam tabel-tabel, dan mengatur angka-angka sehingga dapat dihitung jumlah kasus dalam berbagai kategoriBAB IIGAMBARAN UMUMDESKRIPSI TENTANG INTERNET, DAN PERPUSTAKAANI. INTERNETSecara harfiah, Internet (kependekan dari interconnection-networking) ialah sistem global dari seluruh jaringan komputer yang saling terhubung menggunakan standar Internet Protocol Suite (TCP/IP) untuk melayani miliaran pengguna di seluruh dunia. Saat ini Internet berkembang pesat, tidak hanya digunakan untuk keperluan militer dan keperluan universitas namun hampir seluruh keperluan penyebaran informasi bisa melalui Internet. Internet seolah-olah mampu menyatukan dunia yang terpisah jarak dan waktu. Melalui Internet segala bentuk informasi dapat dicari dan ditemukan dengan mudah, tidak ada lagi batasan jarak dan waktu.II. PERPUSTAKAANPerpustakaan merupakan upaya untuk memelihara dan meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses belajar-mengajar. Perpustakaan yang terorganisasi secara baik dan sisitematis, secara langsung atau pun tidak langsung dapat memberikan kemudahan bagi proses belajar mengajar di institusi tempat perpustakaan tersebut berada. Hal ini, terkait dengan kemajuan dibidang pendidikan dan dengan adanya perbaikan metode belajar-mengajar yang dirasakan tidak bisa dipisahkan dari masalah penyediaan fasilitas dan sarana pendidikan. (Sinaga, 2007:15)Tujuan dari perpustakaan adalah untuk membantu masyarakat dalam segala umur dengan memberikan kesempatan dengan dorongan melalui jasa pelayanan perpustakaan agar mereka dapat mendidik dirinya sendiri secara berkesinambungan, tanggap dalam kemajuan pada berbagai ilmu pengetahuan, kehidupan social dan politik. Ada juga agar masyarakat mau mengembangkan kemampuan berpikir kreatif, dan dapat menggunakan waktu senggang dengan baik yang bermanfaat bagi kehidupan pribadi dan social.BAB IIITEMUAN PENELITIAN TENTANG HUBUNGAN INTENSITAS MAHASISWA MENGAKSES MATERI PERKULIAHAN MELALUI LAYANAN INTERNET DENGAN MINAT MENCARI MATERI PERKULIAHAN DI PERPUSTAKAANUntuk mengetahui bagaimana ‘hubungan intensitas mahasiswa mengakses materi perkuliahan melalui layanan internet dengan minat mencari materi perkuliahan di perpustakaan\u27 dapat digambarkan dalam tabulasi silang berikut ini.HubunganIntensitasMahasiswaMengaksesMateriPerkuliahanMelaluiLayanan Internet DenganMinatMencariMateriPerkuliahan di PerpustakaanHubunganintensitasmahasiswamengaksesmateripekuliahanmelaluilayanan internetMinatmencarimateriperkuliahan di perpustakaanTOTALTINGGISEDANGRENDAHTINGGI( 2 )16,7 %( 3 )25 %( 7 )58,3 %( 12 )100%SEDANG( 1 )7,7 %( 4 )30,8 %( 8 )61,5 %( 13 )100 %RENDAH( 0 )0 %( 2 )40 %( 3 )60 %( 5 )100%30PembahasanDari hasil pengujian pada tabel silang antara variabel intensitas mencari materi perkuliahan melalui layanan internet dengan minat mencari materi perkuliahan di perpustakaan menunjukkan tidak adanya keterkaitan hubungan antar kedua variabel tersebut karena tidak diketemukannya hubungan positif ataupun hubungan negatif antar variabel tersebut. Artinya bahwa minat mencari materi perkuliahan di perpustakaan seseorang tidak dipengaruhi dari tinggi rendahnya intensitas mencari materi perkuliahan melalui layanan internet. Atau dengankata lain dalam analisis tersebut menunjukkan bahwa hasil dari penelitian terjadi penyimpangan dari hipotesis awal. Terlihat dari tanggapan responden yang menyatakan bahwa rendahnya intensitas mencari materi perkuliahan melalui layanan internet menunjukkan hubungan rendah pula pada minat mencari materi perkuliahan di perpustakaan, bahkan minat mencari materi perkuliahan di perpustakaan terhitung rendah disaat intensitas mencari materi perkuliahan melalui layanan internet tinggi. Ada pula tanggapan responden yang menyatakan dengan intensitas mencari materi perkuliahan melalui layanan internet yang sedang, maka minat mencari materi perkuliahan di perpustakaan juga rendah dengan persentase 61,5 %. Sehingga dari temuan ini dapat disimpulkan bahwa bagaimanapun intensitas mencari materi perkuliahan melalui layanan internet, minat mencari materi perkuliahan di perpustakaan tetap rendah bagi responden.BAB IVPENUTUPPerkembangan teknologi Internet yang sangat pesat memunculkan digitalisasi media. Dari hasil penelitian, hipotesis ini tidak terbukti. Tidak terdapat hubungan positif maupun hubungan negatif antara varibel (X) Intensitas mahasiswa mengakses materi perkuliahan melalui layanan internet dengan variabel (Y) minat mencari materi perkuliahan di perpustakaan.IV.1 KesimpulanBerdasarkan hasil analisis jawaban responden pada kuesioner yang telah dibagikan sebelumnya untuk kemudian diolah melalui tabulasi silang, maka dapat ditarik kesimpulan dari penelitian ini sebagai berikut :1.Berdasar tabel silang, tidak ditemukannya hubungan antara intensitas mengakses materi perkuliahan melalui layanan internet (X) dengan minat mencari materi perkuliahan di perpustakaan (Y) pada penelitian ini.2.Dari penelitian didapatkan bahwa minat mahasiswa dalam mencari materi perkuliahan di perpustakaan tergolo3.Dari penelitian ini juga didapatkan bahwa intensitas mahasiswa dalam mengakses materi perkuliahan melalui layanan internet dalam kategori sedang – tinggi. Hal tersebut diindikasikan dengan banyaknya jawaban responden yang lebih mengerti materi perkuliahan yang diakses dengan baik dibandingkan dengan yang terdapat di perpustakaan.IV.2 Saran1.Dari hasil penelitian, sebanyak 60% responden mempunyai minat mencari materi perkuliahan di perpustakaan yang rendah sehingga ada baiknya bagi pengelola perpustakaan, untuk lebih mengedepankan dan meningkatakan kualitas, dengan cara meningkatkan kegiatan sosialisasi mengenai program-program baru yang lebih variatif.2.Berdasarkan hasil dari penelitian ini, peneliti menyarankan agar diadakan penelitian lanjutan terhadap perkembangan situs-situs yang memuat materi perkuliahan dan penggunaannya.DAFTAR PUSTAKALittlejohn, Stephen W and Foss, Karen A. 2009. Encyclopedia of COMMUNICATION THEORY. Los Angeles: SAGE.Vivian, John. 2008. Teori Komunikasi Massa edisi kedelapan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.Schutz, Paul A. And Reinhard Pekrun. 2007. Emotion in Education. Oxford: Elsevier IncSeverin, Werner J. And James W. Tankard, Jr. 2008. Teori Komunikasi: Sejarah, Metode & Terapan di Dalam Media Massa. Jakarta: KencanaKriyantono, Rachmat. 2007. Teknis Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana.Sumpeno, Wahyudin. 1994. Perpustakaan Mesjid. Bandung: PT. Remaja RosdakaryaSinaga, Dian. 2007. Mengelola Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Kreasi Media Utam

    The Influence of Advertising Exposure and Frequency of Parent-Children Communication Towards Purchase Request Food and Beverage Products From Children to Parent

    Full text link
    Children are the potential market for the marketers because they are seen as a target in three markets, such as current market, future market and influential market. Therefore, marketers would seek for appropriate strategies to target children market. One of strategy that employed by marketers of food and beverage products in targeting children is advertising to persuade them by attractive ads. Because children have limited cognitive ability, they have to given socialization consumers by the parents so the children didn't accept the information provided ads as a truth which will raise purchase request of children. The aims of this study to determine the influence of television advertising exposure and frequency of parent-children communication towards purchase request food and beverage products from children to parent. The theory that used was Advertising Exposure Processing Model and Children in Consumer Socializations. This type of research is explanatory research. The sample in this study are children aged 7 to 11 years who were exposed to food and beverage products on television. Respondents were taken from 50 respondents using non-random sampling technique. Data analysis used simple linear regression analysis with SPSS. The first hypothesis test results indicated that television advertising exposure (X1) isn't significantly affect purchase request food and beverage products from children to parent (Y), while the significance of the results indicated the value of 0.231. The second hypothesis test indicated that frequency of parent-children communication (X2) significantly affects purchase request food and beverage products from children to parent (Y), with the results that indicates the value of 0.007

    Annotationes iuridicae, praesertim ad leges regni Navarrae [Manuscrito] ]

    Get PDF
    Tít. tomado de Goñi GaztambideFecha tomada de Goñi Gaztambide. Probablemente escrito en PamplonaEn cub.: De don Fermín de Lubián, canónigo de la Santa Iglesia Catedral de la ciudad de Pamplona y lo escribió su más fiel amigo don Juan de EcheniqueTexto a línea tirada con apostillas marginale

    Analysis of gene expression data from non-small celllung carcinoma cell lines reveals distinct sub-classesfrom those identified at the phenotype level

    Get PDF
    Microarray data from cell lines of Non-Small Cell Lung Carcinoma (NSCLC) can be used to look for differences in gene expression between the cell lines derived from different tumour samples, and to investigate if these differences can be used to cluster the cell lines into distinct groups. Dividing the cell lines into classes can help to improve diagnosis and the development of screens for new drug candidates. The micro-array data is first subjected to quality control analysis and then subsequently normalised using three alternate methods to reduce the chances of differences being artefacts resulting from the normalisation process. The final clustering into sub-classes was carried out in a conservative manner such that subclasses were consistent across all three normalisation methods. If there is structure in the cell line population it was expected that this would agree with histological classifications, but this was not found to be the case. To check the biological consistency of the sub-classes the set of most strongly differentially expressed genes was be identified for each pair of clusters to check if the genes that most strongly define sub-classes have biological functions consistent with NSCLC

    Kinome rewiring reveals AURKA limits PI3K-pathway inhibitor efficacy in breast cancer.

    Get PDF
    Dysregulation of the PI3K-AKT-mTOR signaling network is a prominent feature of breast cancers. However, clinical responses to drugs targeting this pathway have been modest, possibly because of dynamic changes in cellular signaling that drive resistance and limit drug efficacy. Using a quantitative chemoproteomics approach, we mapped kinome dynamics in response to inhibitors of this pathway and identified signaling changes that correlate with drug sensitivity. Maintenance of AURKA after drug treatment was associated with resistance in breast cancer models. Incomplete inhibition of AURKA was a common source of therapy failure, and combinations of PI3K, AKT or mTOR inhibitors with the AURKA inhibitor MLN8237 were highly synergistic and durably suppressed mTOR signaling, resulting in apoptosis and tumor regression in vivo. This signaling map identifies survival factors whose presence limits the efficacy of targeted therapies and reveals new drug combinations that may unlock the full potential of PI3K-AKT-mTOR pathway inhibitors in breast cancer

    Amplicon-Dependent CCNE1 Expression Is Critical for Clonogenic Survival after Cisplatin Treatment and Is Correlated with 20q11 Gain in Ovarian Cancer

    Get PDF
    Genomic amplification of 19q12 occurs in several cancer types including ovarian cancer where it is associated with primary treatment failure. We systematically attenuated expression of genes within the minimally defined 19q12 region in ovarian cell lines using short-interfering RNAs (siRNA) to identify driver oncogene(s) within the amplicon. Knockdown of CCNE1 resulted in G1/S phase arrest, reduced cell viability and apoptosis only in amplification-carrying cells. Although CCNE1 knockdown increased cisplatin resistance in short-term assays, clonogenic survival was inhibited after treatment. Gain of 20q11 was highly correlated with 19q12 amplification and spanned a 2.5 Mb region including TPX2, a centromeric protein required for mitotic spindle function. Expression of TPX2 was highly correlated with gene amplification and with CCNE1 expression in primary tumors. siRNA inhibition of TPX2 reduced cell viability but this effect was not amplicon-dependent. These findings demonstrate that CCNE1 is a key driver in the 19q12 amplicon required for survival and clonogenicity in cells with locus amplification. Co-amplification at 19q12 and 20q11 implies the presence of a cooperative mutational network. These observations have implications for the application of targeted therapies in CCNE1 dependent ovarian cancers

    Identification of links between small molecules and miRNAs in human cancers based on transcriptional responses

    Get PDF
    The use of small molecules to target miRNAs is a new type of therapy for human diseases, particularly cancers. We proposed a novel high-throughput approach to identify the biological links between small molecules and miRNAs in 23 different cancers and constructed the Small Molecule-MiRNA Network (SMirN) for each cancer to systematically analyze the properties of their associations. In each SMirN, we partitioned small molecules (miRNAs) into modules, in which small molecules (miRNAs) were connected with one miRNA (small molecule). Almost all of the miRNA modules comprised miRNAs that had similar target genes and functions or were members of the same miRNA family. Most of the small molecule modules involved compounds with similar chemical structures, modes of action, or drug interactions. These modules can be used to identify drug candidates and new indications for existing drugs. Therefore, our approach is valuable to drug discovery and cancer therapy

    Benchmarking of Mutation Diagnostics in Clinical Lung Cancer Specimens

    Get PDF
    Treatment of EGFR-mutant non-small cell lung cancer patients with the tyrosine kinase inhibitors erlotinib or gefitinib results in high response rates and prolonged progression-free survival. Despite the development of sensitive mutation detection approaches, a thorough validation of these in a clinical setting has so far been lacking. We performed, in a clinical setting, a systematic validation of dideoxy ‘Sanger’ sequencing and pyrosequencing against massively parallel sequencing as one of the most sensitive mutation detection technologies available. Mutational annotation of clinical lung tumor samples revealed that of all patients with a confirmed response to EGFR inhibition, only massively parallel sequencing detected all relevant mutations. By contrast, dideoxy sequencing missed four responders and pyrosequencing missed two responders, indicating a dramatic lack of sensitivity of dideoxy sequencing, which is widely applied for this purpose. Furthermore, precise quantification of mutant alleles revealed a low correlation (r2 = 0.27) of histopathological estimates of tumor content and frequency of mutant alleles, thereby questioning the use of histopathology for stratification of specimens for individual analytical procedures. Our results suggest that enhanced analytical sensitivity is critically required to correctly identify patients responding to EGFR inhibition. More broadly, our results emphasize the need for thorough evaluation of all mutation detection approaches against massively parallel sequencing as a prerequisite for any clinical implementation
    corecore