61 research outputs found

    The effect of needle and syringe program on injecting drug usersā€™ use of non-sterile syringe and needle behaviour in Palembang, South Sumatera Province, Indonesia

    Get PDF
    HIV/AIDS has become one of international public health problem. An effective method to spread HIV/AIDS is through shared needle and syringe among Injecting Drug Users (IDUs). Many studies have been undertaken to know the effect of Needle and Syringe Program (NSP) to reduce the risk behaviours of IDUs in sharing needle and syringe among IDUs. NSP has been implemented in Palembang since 2009. However, there is no previous research to examine IDUs behaviours in using non sterile injection and syringe in Palembang.Therefore, a research is needed to be undertaken to know the effect of NSP on IDUsā€™ behaviours in using sterile needle an syringe.To identify association between seeking behaviours of NSP on IDUsā€™ behaviours in using sterile needle and syringe.This was a case control study with respondents recruited using snowball and purposive technique. Simple and multiple logistic regression tests were performed using statistics program (Stata version 10) to identify main association between NSP access status and behaviours of using non-sterile needle and syringe. Some possible confounders were also explored. Odds ratio, 95 % Confidence interval and P value were reported.There were 121 IDUs, consisting of 41 IDUs in cases group (High risk group to use non sterile injection and syringe) and 80 IDUs in control group (low risk group to use non sterile injection and syringe). Mostly, respondents were male with senior high school education level and single status. Crude odds ratio indicated that IDUs accessing NPSs had an odds of 1.07 to share needle and syringe among IDUs compared to IDUS without accessing NSPs (OR=1.07, 95 % CI = 0.49-2.31), p=0.87). After OR was adjusted by knowledge about the spread and prevention of HIV/AIDS, IDUsā€™ Attitude towards Harm Reduction, education level, age, length of using Injectig, and income level, IDUs accessing NSPS tend to minimize their behaviours to share needle and syringe compared to IDUs in NSPs group by 29 % (odd ratio, 0.69, 95 % CI = 0.23-2.06, p=0.51). P value showed that there is weak evidence against the null hypotesis of no association between IDUs accessing NSPs and risk behavior of using non-sterile needle and syringe. Previous studies indicated that IDUS using NSPs tend to reduce the use of shared needle and syringe, and tend to wash their needle and syringe before another IDUs use them again (Gibson, 2001, Wodak A & Cooney A 2006). Therefore, NSP increase awareness of IDUs to prevent the spread of HIV/AIDS.Availability of NSP appeared to reduce the use of shared or non-sterile syringe or needle in this study, although the association was not significant. One of the reasons could be the free access of needle and syringe in pharmacy could be one confounding factors that contributed to this non significant association. Further research with bigger sample size and qualitative research to explore more in-depth information about IDUsā€™ behaviours in using non-sterile injection and syringe is recommended

    ANALISIS HUBUNGAN KECEMASAN IBU HAMIL DENGAN KESIAPAN MENGHADAPI PERSALINAN DI MASA PANDEMI COVID-19 DI KOTA PALEMBANG

    Get PDF
    Latar Belakang: Situasi pandemi Covid-19 ini meningkatkan kecemasan ibu hamil, bukan saja mencemaskan keadaan janinnya tetapi juga mencemaskan apakah ibu dan janin akan sehat bebas infeksi Covid-19, aman atau tidaknya dalam pemeriksaan kehamilan selama pandemi. Ketidaksiapan ibu menghadapi persalinan menjadi salah satu faktor penyebab tingginya angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB). Terjadinya kematian ibu terkait faktor penyebab langsung dan penyebab tidak langsung. Metode: Penelitian ini bersifat survei analitik dengan desain Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang bertempat tinggal di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Palembang yang berjumlah 26.989 Orang. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian ibu hamil yang bertempat tinggal di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota Palembang dan pengambilan sampel dengan metode Cluster Random Sampling. Jadi besar sampel dalam penelitian ini adalah 190 Orang. Hasil: Hasil penelitian di peroleh frekuensi responden lebih banyak responden cukup kesiapan menghadapi persalinan yaitu 155 orang (81,6%) dan responden yang kecemasnnya kurang yaitu 163 orang (85,8%). Ada hubungan antara kecemasan (p value 0,045) dengan kesiapan menghadapi persalinan di masa pandemi Covid-19 di Kota Palembang. Kesimpulan: Faktor kecemasan ibu hamil berhubungan dengan kesiapan menghadapi persalinan di masa pandemi Covid-19 di Kota Palembang. Diharapkan ditingkatkan kegiatan penyuluhan tentang pentingnya kesiapan menghadapi persalinan dan tidak cemas sehingga masyarakat khususnya ibu hamil menjadi lebih siap dan tanpa beban dalam menghadapi persalinan di masa pandemi Covid-19. Kata kunci: Kecemasan, persiapan persalinan, Covid-1

    Asupan Gizi, Usia Kehamilan dan Usia Anak Terkecil Sebagai Prediktor Pertumbuhan Janin di Kota Pangkalpinang

    Get PDF
    This study aimed to confirm various predictors that affect fetal growth in pregnant women in Pangkalpinang City, Bangka Belitung Islands. This observational analytic study with a cross-sectional design was conducted in December 2022. The subjects of the study were 121 pregnant women who were selected using the simple random sampling technique. The data in this study consisted of the size of the abdominal circumference as an indicator of fetal growth and is the dependent variable. Indicators of energy intake, protein, fat, carbohydrate, Fe, Ca, Vitamin C, the difference in weight, height, MUAC, Hb levels, blood pressure, the youngest child, age of pregnant women, and husband were determined as independent variables. A backward regression model with the IBM SPSS Statistics version 25 program defined risk factors as predictors. The results showed that energy and carbohydrate intake, gestational age, and the youngest child were responsive predictors of fetal growth in Pangkalpinang City with the regression model ?=-2,338+0,003X_1-0,025X_4+0,841X_16+0,210X_17. This research recommends that policymakers consider improving the socioeconomic conditions of families, especially mothers' education, family income, and social affiliation

    GAMBARAN USIA PADA KEJADIAN COVID-19

    Get PDF
    Covid-19 adalah Pandemi yang baru terjadi di akhir tahun 2019 yang disebabkan oleh SARS CoV2. Hal ini harus diwaspadai karena transmisi yang cepat, memiliki tingkat kesakitan yang tidak dapat diabaikan. Sampai saat ini, belum ada vaksin pencegahan dan terapi definitif yang belum terbukti. Usia lanjut pada beberapa artikel disebutkan sebagai faktor risiko Covid-19. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran usia pada kejadian Covid-19. Merupakan penelitian kuantitatif dengan desain analitik observasional dengan pendekatan unmathced case control. Data yang digunakan adalah data sekunder rekam medik dan surveilans ruang isolasi RSUP Dr. M. Hoesin Palembang periode 1 Maret 2020 s/d 31 Juli 2020 yang berjumlah 666 responden. Analisis data menggunakan univariat untuk mengetahui gambaran usia pada kejadian Covid-19. Hasil penelitian didapatkan bahwa dari 116 usia berisiko (>65 tahun) yang terkonfirmasi positif sebanyak 30 (40,2%) sisanya 49 (59,8%) negatif. Sedangkan dari 550 usia yang tidak berisiko,  sebanyak 277 (47,4%) terkonfirmasi positif dan sisanya 307 (52,6%) negative. Pada analisis bivariat, tidak ada hubungan yang signifikan secara statistik antara usia dengan Covid-19 dengan p value 0,270. Kesimpulan.Semua usia berisiko terkonfirmasi positif Covid-19, dan usia produktif paling berisiko Covid-19 yang dikarenakan mobilitas dan aktifitas sosial yang tinggi. Hal ini dapat dicegah dengan tetap melakukan protokol kesehatan

    PERILAKU SEKSUAL BERISIKO HIV/AIDS PADA KELOMPOK PRIA RISIKO TINGGI

    Get PDF
    Pendahuluan: Perkembangan penularan HIV/AIDS cukup meningkat dari tahun ke tahun. Penularan ini dipercepat dengan adanya kelompok pria berisiko tinggi yang melakukan perilaku seksual berisiko. Populasi kelompok pria yang berisiko tinggi tertular HIV pada umumnya adalah pria yang berpotensi sebagai pelanggan penjaja seks atau mereka melakukan hubungan seks dengan pasangan resmi/tetapnya namun kelompok tersebut masih melakukan seks dengan yang bukan pasanganresmi/tetapnya. Hal ini didorong oleh mobilitas pekerjaan yang tinggi, tempat bekerja yang tidak menetap dengan waktu yang cenderung relatif cukup lama seperti anak buah kapal (ABK), tenaga bongkar muat (TKBM), dan sopir truk. Kelompok pria berisiko tinggi tersebut dapat berperan sebagai jembatan utama penularan antara wanita penjaja seks dan masyarakat umum. Menurut  hasil Survei Terpadu Biologis dan Perilaku Tahun 2018-2019,proporsi kejadian HIV pada kelompok pelanggan sebesar 1,1%.(Risti). Metode: penelitian deskriptif observasional dengan menggunakan desain literaturereview dengan pendekatan naratifreviewuntuk mengetahuideterminan perilaku seks berisiko pada populasi pria berisiko tinggi. Dimana ulasan, rangkuman, dan pemikiran dari beberapa sumber pustaka dibahas sesuai topik yang ditentukan, rentang waktu artikel yang dipilih dalam studi ini adalah 10 tahun terakhir (2012-2022).Hasil dan Pembahasan: Dari 17 artikel kemudian diketahui beberapa faktor yang berkontribusi terhadap perilaku seksual berisiko adalah karakteristik responden (usia, tingkat pendidikan, status pernikahan, penghasilan) pengetahuan, sikap, dorongan wanita pekerja seks (WPS), keterjangkauan transaksi seks, dukungan rekan kerja. Kesimpulan: Berbagai penelitian menemukan sebagian besar responden berperilaku seksual berisiko dan ditemukan juga hubungan yang signifikan dari beberapa faktor risiko antara lain yaituusia, tingkat pendidikan, status pernikahan, penghasilan) pengetahuan, sikap, dorongan wanita pekerja seks (WPS), keterjangkauan transaksi seks, serta dukungan rekan kerja terhadap perilaku seks berisiko

    Pemanfaatan Layanan Telemedicine Peserta Jaminan Kesehatan Nasional di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama

    Get PDF
    Pelayanan Kesehatan melalui kontak tidak langsung/telemedicine dapat menjadi solusi bagi peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) mendapatkan pelayanan kesehatan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dimasa pandemi COVID-19. Namun faktanya, pemanfaatan telemedicine di FKTP masih rendah dibandingkan dengan pelayanan kontak langsung. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis cakupan pemanfaatan penggunaan layanan telemedicine oleh peserta JKN di FKTP Kabupaten Musi Rawas. Sebuah desain kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional digunakan dalam penelitian ini.  Pengumpulan data dilakukan pada Juli 2021āˆ’Oktober 2021 terhadap peserta JKN yang terdaftar di FKTP di Kabupaten Musi Rawas menggunakan kuesioner yang disebarkan secara online (Google Form) maupun offline. Sampel dipilih menggunakan teknik consecutive sampling. Data dianalisis secara univarit, bivariat dengan uji chisquare, dan multivariat dengan uji regresi logistik, dengan p-value 0.05 dan CI 95% setiap uji.  Mayoritas responden (73,9%) tidak memanfaatkan layanan telemedicine di FKTP Kabupaten Musi Rawas. Faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan layanan telemedicine peserta JKN di FKTP adalah kepercayaan, pendidikan, lamanya waktu tempuh ke pelayanan kesehatan, segmen kepesertaan JKN, perilaku petugas kesehatan, sosialisasi, penggunaan telepon seluler, dan mengakses internet (p<0.05). Variabel kepercayaan (p-value <0.000 (OR 53,3; 95% CI:23,55-120,64)) dan sosialisasi (p-value <0.000 (OR: 7.167; 95%CI: 3.339-15.384)) merupakan variabel yang paling mempengaruhi pemanfaatan layanan telemedicine peserta JKN di FKTP Kabupaten Musi Rawas. Pemanfaatkan layanan telemedicine di FKTP Kabupaten Musi Rawas belum maksimal. Hal ini dipengaruhi oleh kepercayaan dan sosialiasi layanan telemedicine. Dibutuhkan sosialisasi yang massif oleh FKTP, BPJS Kesehatan dan Pemerintah Daerah tentang penggunaan layanan Kesehatan melalui telemedicine di FKTP disertai pengembangan aplikasi telemedicine

    KEJADIAN SARIAWAN PADA PEROKOK AKTIF DAN PASIF BERBASIS DATA IFLS 5 (Recurrent Aphthous Stomatitis among Active and Passive Smoker from Indonesian Family Life Survey 5)

    Get PDF
    Sariawan tercatat sebagai penyakit yang dikeluhkan seperlima populasi dunia. Dan beberapa studi mengungkapkan tidak adanya pengaruh antara kebiasaan merokok dengan kejadian sariawan. Namun penelitan sebelumnya memiliki jumlah sampel yang tidak besar. Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan prevalensi dan distribusi sariawan dengan kebiasaan merokok pada perokok aktif dan pasif. Metode penelitian yang dipergunakan adalah cross-sectional dengan mempergunakan data Indonesia Family Life Survey (IFLS) 5 sebagai data induk untuk menganalisis hubungan antara kebiasaan merokok dan kejadian sariawan. Prevalensi sariawan didapatkan dari keterangan lisan partisipan terhadap keluhan sariawan dalam sebulan terakhir. Kebiasaan merokok adalah kategori paparan rokok antara perokok aktif dan pasif. Distribusi paparan didasarkan atas usia, jenis kelamin, pendidikan, gejala depresi, riwayat hipertensi dan diabetes, dan jenis makanan yang dikonsumsi dalam sepekan terakhir.Ā  Peluang kejadian dari faktor pajanan dominan dihitung dengan analisis multivariat regresi logistik. Hasil dari penelitian ini mengungkapkan angka kejadian sariawan sebesar 17,89%. Dan hasil analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian sariawan. Peluang kejadian sariawan dari faktor resiko dominan, antara lain kebiasaan merokok, usia, gejala depresi, riwayat diabetes melitus, konsumsi mie instan, minuman berkarbonasi, makanan pedas dan gorengan sebesar 55,40%. Dari penelitian tersebut didapatkan kesimpulan terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian sariawan dengan pvalue>0,0001

    ANALISIS DETERMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPESERTAAN KELUARGA BERENCANA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DI BALAI PENYULUHAN KELUARGA BERENCANA KECAMATAN INDRALAYA SELATAN TAHUN 2021

    Get PDF
    Latar Belakang: Indonesia merupakan salah satu penandatangan komitmen pembangunan global. Tujuan Pembangunan Global ini juga meliputi indikator-indikator program Keluarga Berencana (KB). Pandemi Covid-19 juga memiliki dampak tidak langsung bagi program kesehatan masyarakat lain, yang disebabkan oleh sumber daya kesehatan yang mayoritas terserap untuk penanganan pandemic. Pada masa Pandemi Covid-19 ini pencapaian target kunjungan peserta KB (Akseptor) di wilayah kerja Balai Penyuluhan Keluarga Berencana Kecamatan Indralaya Selatan mengalami penurunan yang drastis di tahun 2020 yang seharusnya target yang harus di capai 50 orang tetapi hanya tercapai 12 orang. Metode: Penelitian ini bersifat survei analitik dengan desain Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perempuan usia subur (PUS) di wilayah kerja Balai Penyuluhan Keluarga Berencana Kecamatan Indralaya Selatan yang berjumlah 5904 Orang. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian perempuan usia subur (PUS) di wilayah kerja Balai Penyuluhan Keluarga Berencana Kecamatan Indralaya Selatan dan pengambilan sampel dengan metode Sistematic Random Sampling. Jadi besar sampel dalam penelitian ini adalah 150 orang. Hasil: Hasil penelitian di peroleh ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga (p value 0,000), pendapatan (p value 0,000), pendidikan (p value 0,010) dengan Kepesertaan Keluarga Berencana (KB) Pada Masa Pandemi Covid-19 Di Balai Penyuluhan Keluarga Berencana Kecamatan Indralaya Selatan Tahun 2021. Kesimpulan: Terdapat 3 faktor yang berhubungan dengan Kepesertaan Keluarga Berencana (KB) Pada Masa Pandemi Covid-19 yaitu dukungan keluarga, pendapatan dan Pendidikan. Diharapkan seluruh masyarakat khususnya wanita usia subur melakukan pola hidup sehat dan mewujudkan selogan ā€œdua anak lebih sehatā€. Kata kunci: Keluarga Berencana (KB), Covid-19, Dukungan Keluarga &nbsp

    PEREMPUAN DAN PENYAKIT KEGANASAN (KANKER PAYUDARA DAN KANKER SERVIKS)

    Get PDF
    ABSTRAKLatar Belakang:Kanker payudara dan kanker serviks muncul sebagai tantangan kesehatan global utama dansecara tidak proporsional menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang berlebihan di negara-negaraberpenghasilan rendah dan menengah bila dibandingkan dengan negara-negara berpenghasilan tinggi.Kankerpayudara dan serviks adalah kanker paling umum yang didiagnosis pada wanita yang tinggal di negaraberpenghasilan rendah dan menengah, di mana peluang untuk pencegahan, deteksi dini, atau keduanya sangatsedikitMetode: Penelitian ini menggunakan Literature Review dengan menggunakan pencarian grey literature GoogleScholar. Hasil pencarian yang memenuhi kriteria kemudian dilakukan analisis artikel.Hasil: Hasil didapatkan 12 artikel yang memenuhi kriteria inklusi. Dari 12 artikel didapatkan tiga temayaitupengetahuan, usia, dan pencegahan serta pengendalian.Kesimpulan:Strategi promosi dan pencegahan harussegeradiimplementasikan ke publik melalui layanan untukmembangun manajemen penanggulangan kanker yang lebih baik dimasyarakat dan menjamin manfaat yangsebesar-besarnya baginegara.Unit pemerintah daerah bekerja dengan pemerintah pusat untuk menentukan faktorfaktor penentu pembangunandan pelaksanaan program kebijakan kesehatan dan untuk mempresentasikan hasildari program yang dilaksanakan.Kata Kunci: Women, Breast Cancer, Cervix Cance

    Hubungan Pengetahuan tentang Gizi Seimbang dengan Status Gizi pada Remaja di Kabupaten Musi Rawas

    Get PDF
    Pengetahuan gizi berperan penting dalam pemilihan makanan yang baik dan konsumsi harian. Status gizi mencerminkan kondisi nutrisi seseorang, seperti buruk, kurang, baik, lebih, atau obesitas. Kurangnya pengetahuan gizi pada remaja dapat menyebabkan masalah kesehatan dan produktivitas. Pengetahuan gizi memberikan pemahaman kepada remaja tentang pentingnya makanan sehat dan hubungannya dengan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan gizi dengan status gizi pada remaja usia 15-18 tahun. Metode yang digunakan adalah Literature Review dengan subyek penelitian remaja usia 15-18 tahun. Pencarian literatur dilakukan melalui Google Scholar dengan tahun publikasi 2017-2020. Hasil dari 10 jurnal yang dianalisis menunjukkan bahwa 6 jurnal menemukan adanya hubungan antara pengetahuan gizi dengan status gizi remaja, dengan nilai p masing-masing (0,000, 0,007, 0,046, 0,044, 0.261, dan 0,006). Sementara 4 jurnal menyatakan tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan gizi dengan status gizi remaja, dengan nilai p (0,323, 0,147, 0,619, 0,064, dan 0,165). Kesimpulannya, terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan gizi dengan status gizi remaja karena pengetahuan gizi memengaruhi sikap dan perilaku dalam memilih makanan. Namun, hubungan tersebut tidak selalu signifikan karena kurangnya penerapan pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari
    • ā€¦
    corecore