49 research outputs found
Guiding Questions Method and Extrinsic Learning Motivation of First Year University Students
The study aimed to examine the effects of guiding questions method on university students’ extrinsic motivation to study. The theory used was the ARCS model from Keller (1987) regarding extrinsic motivation to study. This study used a quasi-experimental method using a sample of 51 university students enrolled in General Psychology subject. Measurement used was an extrinsic motivation to study scale consisting of ARCS aspects which are attention, relevance, confidence, and satisfaction. Data was analysed using paired sample t-test and results showed that the guiding questions method was not effective to increase students’ extrinsic motivation to study. However, results also showed an increase in the ”satisfaction” aspect of extrinsic motivation to study following the guiding questions method
Self-Regulated Learning Strategy Training: Improving Self-Regulated Learning of First Year University Students
Penelitian ini bertujuan untuk menguji efek dari pelatihan self-regulated learning strategy untuk meningkatkan self-regulated learning pada maha-siswa tahun pertama. Penelitian ini menggunakan desain one group pretest-posttest. Pemilihan partisipan di pelatihan ini didasarkan pada skor yang didapatkan mahasiswa tahun pertama pada Self-Regulatory Strategies Scales (SRSS). Partisipan pada pelatihan ini adalah sepuluh orang mahasiswa tahun pertama yang memiliki skor yang rendah pada skala SRSS. Penelitian ini menggunakan tiga alat ukur, yaitu tes pemahaman materi self-regulated learning strategies, SRSS, dan self-regulated learning behaviour checklist. Data partisipan pada tes pemahaman dan self-regulated learning behaviour checklist dianalisis menggunakan paired-sample t-test, sedangkan data SRSS dianalisis menggunakan Wilcoxon signed-rank test. Tes pemahaman memiliki t-value sama dengan 10,67, p sama dengan 0,000 (p kurang dari 0,05), self-regulated learning behaviour checklist memiliki t-value sama dengan 9,861, p sama dengan 0,000 (p kurang dari 0,05), dan SRSS memiliki nilai Z-value sama dengan -2,092, p sama dengan 0,036 (p kurang dari 0,05). Ketiga hasil tersebut menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest dan posttest partisipan pada ketiga alat ukur. Nilai posttest partisipan meningkat dibandingkan nilai pretest. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pelatihan self-regulated learning strategy dapat meningkatkan self-regulated learning pada mahasiswa tahun pertama
REGULASI DIRI DAN DUKUNGAN SOSIAL DARI KELUARGA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2
Diabetes melitus adalah kondisi kronis yang ditandai dengan peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah disertai urine yang mengandung glukosa. Salah satu tipe dari diabetes melitus adalah tipe 2 atau non insulin dependent diabetes melitus. Pasien dengan kondisi diabetes melitus tipe 2 harus menjalani pengobatan agar kondisi gula darahnya tetap stabil. Keberhasilan pengobatan pasien dipengaruhi oleh regulasi diri yang dimiliki oleh pasien. Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi regulasi diri pasien adalah dukungan sosial dari keluarga. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara regulasi diri dengan dukungan sosial dari keluarga pada pasien diabetes melitus tipe 2. Subjek penelitian ini adalah pasien diabetes melitus tipe 2 (N=74) yang berdomisili di Surabaya. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan skala regulasi diri dan skala dukungan sosial dari keluarga. Hasil penelitian menunjukkan nilai rxy=0,507 dan nilai p=0,000 (p<0,05). Dengan demikian ada hubungan yang signifikan antara regulasi diri dengan dukungan sosial dari keluarga pada pasien diabetes melitus tipe 2. Saran yang dapat diberikan adalah dukungan keluarga merupakan faktor yang penting untuk membantu pasien dalam meregulasi diri terkait pengobatan diabetes melitus tipe 2. Kata kunci:Regulasi diri, dukungan sosial dari keluarga, diabetes melitus tipe 2 Diabetes mellitus is a chronic condition characterized by increased concentration of glucose in the blood with urine containing glucose. One type of diabetes mellitus is type 2 or non-insulin dependent diabetes mellitus. Patients with diabetes mellitus type 2 must undergo treatment in order to achieve stable blood sugar level. Successful treatments are influenced by self-regulation of the patients. One of the external factors that affects the patient's self-regulation is the social support from family. This study aims to identify the relationship between self-regulation and family social suppport on patients diabetes mellitus type 2. Subjects of this study are patients with diabetes mellitus type 2 (N = 74) who live in Surabaya. Samples were taken by using purposive sampling technique. Self-regulation scale and Social support from family scale are used to collect the data. The results show that rxy = 0.507 and p = 0.000 (p < 0.05), means that there is a significant relationship between self-regulation and social support from family on patients with diabetes mellitus type 2. Social support from family is considered to be an important factor to encourage self-regulation of patients with diabetes mellitus type 2 when they undergo medical treatments.Keywords:Self regulation, social support from family, diabetes mellitus type
SOCIAL ANXIETY DAN ONLINE SELF-DISCLOSURE PADA MAHASISWA PENGGUNA TWITTER/X
Abstrak - Mahasiswa berada dalam tahapan usia emerging adulthood yang memiliki tugas perkembangan untuk menjalin relasi. Dalam usahanya menjalin relasi, mahasiswa menggunakan aplikasi media sosial seperti Twitter/X. Selain untuk menjalin relasi, mahasiswa juga melakukan pengungkapan diri berupa curhatan, mengungkapkan emosi dan opini yang ada pada dirinya di Twitter/X. Perilaku pengungkapan diri mahasiswa di media sosial disebut online self-disclosure. Mahasiswa menggunakan Twitter/X dikarenakan terdapat fitur untuk mengunggah tulisan, foto atau video, maka penggunaannya oleh mahasiswa juga dapat memfasilitasi proses keterbukaan dirinya. Seseorang melakukan SD dapat dipengaruhi rasa cemas dan takut ketika mendapat evaluasi negatif dari orang lain yang disebut sebagai social anxiety. Perasaan takut ditolak akan muncul ketika hal yang diungkapkan tidak disukai oleh orang lain yang merupakan gambaran dari social anxiety. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara social anxiety dengan online self-disclosure pada mahasiswa pengguna Twitter/X. Pengambilan data menggunakan metode incidental sampling dan didapatkan sebanyak 165 mahasiswa pengguna Twitter/X. Variabel online self-disclosure diukur menggunakan General Disclosiveness Scale milik Gibbs et al. (2006) dan variabel social anxiety diukur menggunakan Interaction Anxiousness Scale milik Leary (1983). Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara social anxiety dengan online self-disclosure pada mahasiswa pengguna Twitter/X (r = 0.035; p = 0.519; p > 0.05). Sebagian besar responden memiliki tingkat online self-disclosure pada kategori sedang (51.5%) sedangkan pada variabel social anxiety sebagian besar responden berada pada kategori sedang-tinggi (40.6%). Kata Kunci: online self-disclosure, social anxiety, mahasiswa, Twitter/X, emerging adulthoodAbstract – University students who are in the emerging adulthood stage is a critical period where individuals focus on developing social connections and forming significant relationships. In their effort to establish relationships, students use social media platforms like Twitter/X. Students engage in self-disclosure by sharing personal stories, expressing emotions, and sharing opinions on Twitter/X. This behavior of students disclosing personal information on social media is known as online self-disclosure. Students use Twitter/X because it has features that allow users to upload text, photos, or videos, which can facilitate their self-expression. The act of self-disclosure can be influenced by feelings of anxiety and fear of negative evaluation from others, known as social anxiety. The fear of rejection may arise when the content shared is not well-received by others, indicating the presence of social anxiety. This study aims to examine the relationship between social anxiety and online self-disclosure among students who use Twitter/X. Data was collected using incidental sampling and there were 165 respondents who use Twitter/X. The online self-disclosure variable was measured using the General Disclosiveness Scale by Gibbs et al. (2006), while the social anxiety variable was measured using the Interaction Anxiousness Scale by Leary (1983). The results revealed no significant correlation between social anxiety and online self-disclosure among college students using Twitter/X (r = 0.035; p = 0.519; p > 0.05). Most respondents had a moderate level of online self-disclosure (51.5%), while for the social anxiety variable, most respondents were in the moderate-high category (40.6%).Keywords: online self-disclosure, social anxiety, university student, Twitter/X, emerging adulthoo
SELF REGULATED LEARNING DAN STRES AKADEMIK PADA MAHASISWA
Stres akademik merupakan respons individu terhadap kejadian yang menekan ketika menghadapi tuntutan akademik yang mempengaruhi fisiologis, kognitif, emosi, dan perilaku dari individu tersebut. Faktor yang diduga berhubungan dengan stres akademik pada mahasiswa adalah self regulated learning. Self regulated learning merupakan cara individu untuk melakukan pengaturan diri yang melibatkan pikiran, perasaan dan perilaku guna mencapai tujuan belajarnya. Mahasiswa yang memiliki self regulated learning yang tinggi cenderung melakukan melakukan evaluasi, menjaga motivasi, menyusun rencana dan strategi belajarnya, serta berinisiatif mencari informasi mengenai materi perkuliahan jika mengalami kesulitan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara self regulated learning dengan stres akademik pada mahasiswa. Subjek dalam penelitian ini adalah 134 mahasiswa tingkat menengah yaitu mahasiswa tahun kedua dan tahun ketiga di Fakultas Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya. Data dikumpulkan dengan menggunakan skala stres akademik dan skala self regulated learning. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara stres akademik dan self regulated learning pada mahasiswa. Mahasiswa yang memiliki self regulated learning yang baik akan memiliki stres akademik yang rendah. Saran yang dapat diberikan adalah kampus dapat membantu mahasiswa memberikan program-program pengelolaan self regulated learning sehingga mahasiswa dapat mengendalikan stres akademik yang mereka miliki
SELF REGULATED LEARNING DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMALB/B X
Abstraksi Siswa tunarungu dapat mengalami kesulitan untuk belajar khususnya pada pelajaran Matematika. Prestasi belajar matematika adalah pencapaian yang dapat diamati yang berhubungan dengan proses belajar matematika. Salah satu faktor dari dalam diri siswa yang berpengaruh pada prestasi belajar matematika adalah self regulated learning (SRL). SRL adalah kemampuan peserta didik untuk mengaktifkan dan memfokuskan pikiran, perasan, tindakan serta melakukan perencanaan agar siswa dapat mencapai tujuan belajar yang dimilikinya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara SRL dengan prestasi belajar matematika pada siswa tunarungu di SMALB/B X. Subjek penelitian adalah 37 siswa tunarungu di SMALB/B X. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur SRL adalah skala self regulated learning dan prestasi belajar dinilai melalui nilai ulangan harian dan nilai ujian tengah semester. Hasil penelitian menunjukkan r = 0,585 (p<0.05) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara self regulated learning (SRL) dengan prestasi belajar matematika pada siswa di SMALB/B X. Sekolah disarankan untuk dapat merancang program yang dapat mengembangkan self regulated learning siswa sehingga prestasi belajar matematika siswa dapat meningkat. Kata Kunci:self regulated learning, prestasi belajar matematika, siswa tunarungu Abstract Deaf students might have difficulties in learning especially Mathematics. Mathematics achievement is student’s performance in learning mathematic. Regarding mathematics achievement, self regulated learning (SRL) is considered to be one of the important factors that contribute to mathematics achievement. SRL is defined as student’s ability to activate and focus their thoughts, feelings, actions and plans to achieve their learning goals. This study aims to determine the relationship between self regulated learning and mathematics achievement of deaf students in SMALB/B X. Participants in this study are 37 deaf students in SMALB/B X. Self regulated learning scale is used to measure student’s self regulated learning while mathematics achievement is measured using daily mathematics tests and midterm exam scores. The results show that r = 0,585 (p<0.05) means that there is a significant relationship between self regulated learning (SRL) and student’s mathematics achievement in SMALB/B X. Schools should design self regulated learning training program for the students in order to optimize student’s mathematics achievement.  Keywords:self regulated learning, mathematics achievement, deaf student
Academic Burnout dan Self-Regulated Learning pada Mahasiswa yang Bekerja di Masa Pandemi Covid-19
Abstrak- Mahasiswa yang bekerja akan rentan mengalami kelelahan berlebih baik dari segi fisik dan juga emosional. Kelelahan berlebih dari segi fisik dan emosional pada perkuliahan berhubungan dengan konsep academic burnout. Academic burnout ditandai dengan rasa lelah yang muncul karena beban pembelajaran, pandangan sinis pada tugas-tugas kewajiban perkuliahan dan juga adanya rasa kurang kompeten yang dirasakan oleh mahasiswa. Salah satu cara agar mahasiswa dapat mengurangi tingkat academic burnout yang dimilikinya akibat bekerja adalah melakukan pengaturan diri untuk belajar yang disebut sebagai self-regulated learning. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji hubungan self-regulated learning dan academic burnout pada mahasiswa yang bekerja di masa pandemi Covid-19. Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa di Surabaya dengan metode incidental sampling dan terdapat sebanyak 149 responden mahasiswa yang bekerja di Surabaya. Responden dalam penelitian ini meliputi 64 mahasiswa dan 85 mahasiswi. Variabel academic burnout diukur memakai skala yang disusun oleh peneliti sendiri dengan didasari oleh aspek-aspek skala dari Salmela-Aro et al. (2009). Self-regulated learning diukur menggunakan aspek dari alat ukur Kadioǧlu et al. (2011). Uji hipotesa korelasi menunjukkan nilai r = -0.468 (p = 0.00; p < 0.05) sehingga dapat disimpulkan bahwa self-regulated learning memiliki hubungan yang signifikan dengan academic burnout pada mahasiwa yang bekerja di masa pandemi Covid-19. Arah hubungan yang bersifat negatif menunjukkan bahwa semakin tinggi self-regulated learning yang dimiliki mahasiswa yang bekerja maka semakin rendah academic burnout yang dirasakannya. Tingkat academic burnout mahasiswa dengan jumlah terbanyak adalah kategori sedang (59.6%) sedangkan jumlah responden terbanyak pada self-regulated learning adalah self-regulated learning dengan kategori tinggi (66.2%). Kata kunci: academic burnout, self-regulated learning, mahasiswa yang bekerja Abstract- Students who work are prone to excessive fatigue both physically and emotionally. Physical and emotional overexertion in lectures is related to academic burnout. Academic burnout characteristics are fatigue caused by the burden of learning, a cynical attitude toward lecture assignments, and a feeling of incompetence as a student. One way that students can reduce their academic burnout due to work is to self-regulate their learning, or what is known as self-regulated learning. This study examines the relationship between self-regulated learning and academic burnout in students who work during the Covid-19 pandemic. This research was conducted on 149 students who work in Surabaya using the incidental sampling method. Respondents in this study included 64 male students and 85 female students. The academic burnout variable was measured by an academic burnout scale made by the researcher based on some aspects of the academic burnout scale by Salmela-Aro et al. (2009). Self-regulated learning was measured using aspects from the measuring instrument of Kadioǧlu et al. (2011). The results showed r = -0.468 (p = 0.00; p < 0.05), indicating a significant relationship between self-regulated learning and academic burnout in students working during the Covid-19 pandemic. The direction of the negative relationship shows that the higher the level of self-regulated learning of working students, the lower their academic burnout. The level of academic burnout students feel is mostly in the moderate category (59.6%), and the highest level of self-regulated learning is in the high category (66.2%). Keywords: academic burnout, self-regulated learning, working students
Regulasi Belajar pada Mahasiswa Psikologi
Penelitian ini adalah penelitian tentang regulasi belajar yang didasarkan pada hasil penelitian oleh Kadioglu, Uzuntiryaki & Aydin (2011) yang merumuskan ada tujuh aspek regulasi belajar yaitu : motivation regulation, planning, effort regulation, attention focusing, task strategies, using additional resources dan self instruction. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan regulasi belajar yang dimiliki oleh mahasiswa Fakultas Psikologi. Subjek penelitian adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Unika Widya Mandala Surabaya yang aktif pada tahun ajaran Genap 2015/2016. Subjek penelitian sejumlah 170 orang. Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini adalah self regulatory strategic scale (SRSS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar subjek memiliki regulasi belajar yang tergolong tinggi dan sangat tinggi. Prosentase tertinggi pada aspek regulasi belajar adalah pada aspek effort regulation dan attention focusing. Aspek regulasi belajar dengan kategori rendah dan sangat rendah dengan nilai prosentase tertinggi adalah pada aspek task strategies dan planning. Fakultas disarankan untuk dapat mengembangkan program-program yang dapat mengembangkan regulasi belajar pada mahasiswa. Penelitian selanjutnya disarankan dapat mengembangkan alat ukur yang lebih variatif untuk mengungkap perilaku regulasi belajar.
Kata kunci : self-regulated learning, mahasiswa Psikologi, effort regulation, attention focusing, task strategies, plannin
Intensi Social Loafing pada Tugas Kelompok Ditinjau dari Adversity Quotient pada Mahasiswa
Tugas kelompok dalam perkuliahan dapat menimbulkan social loafing pada mahasiswa. Social loafing adalah kecenderungan seseorang untuk mengurangi USAhanya ketika mengerjakan tugas secara kelompok dibandingkan ketika mereka dievaluasi secara personal. Intensi mahasiswa untuk melakukan social loafing diduga berhubungan dengan adversity quotient yang dimiliki oleh mahasiswa. Adversity quotient adalah kemampuan seseorang untuk bertahan dalam menghadapi dan mengatasi masalah, hambatan atau kesulitan yang dimilikinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara adversity quotient dengan intensi mahasiswa untuk melakukan social loafing pada tugas kelompok. Subyek penelitian adalah 85 orang mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan skala intensi social loafing dan skala adversity quotient. Hasil analisa data menunjukkan nilai -0.299 dengan p < 0.001 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara adversity quotient dengan intensi mahasiswa untuk melakukan social loafing pada tugas kelompok. Semakin tinggi adversity quotient yang dimiliki oleh mahasiswa maka semakin rendah intensi mahasiswa untuk melakukan social loafing pada tugas kelompok. Dosen disarankan untuk memberikan tugas-tugas perkuliahan yang dapat menstimulasi adversity quotient pada mahasiswa sehingga intensi mahasiswa untuk melakukan social loafing dapat menurun
Using Ethnography in Psychological Research: Challenges and Opportunities
Ethnography has gained more popularity in psychological research in recent years. As one of the qualitative traditions, ethnography is best to describe the behaviour of group and group member deeply rooted in its culture and cultural values. This paper presents a literature review on the role, challenges, and opportunities in adopting ethnography in psychological research. Study examples are presented within which,types of ethnographical design to explore new psychological phenomena are discussed. Continous self-reflection for both researchers and participants and researcher’s flexibility of using data collection methods informed by researcher’s positionality and engagement are suggested to further advance rigour in the study findings