271 research outputs found

    Efisiensi Pemanfaatan Lahan Perkotaan Melalui Pengembangan Pengisian Di Yogyakarta

    Get PDF
    ABSTRAK Perkembangan perkotaan di Indonesia pada umumnya dicirikan dengan pengembangan perumahan di wilayah pinggiran kota yang berpola sprawl yang menciptakan efek negative antara lain: menjauhkan penduduk dari tempat kerja, polusi, dan konversi lahan pertanian di pinggiran. Pola pengembangan yang barn sangat diperlukan untuk mengarahkan perkembangan kola yang kWh efisien termasuk juga melalui eara infill development. Penelitian, ini bertujuan untuk mendokumentasikan dart mengevalttasi pembangnnan perumahan melalui model pengisian di Kota Yogyakarta, khususnya menyangkut pola perkembangannya, motivasi pengembagannya, dan pengaruhnya pada perkembangan kota. Hasil penelitian mentinjukkan bahwa infill development di Yogyakarta mempunyai karakteristik sebagai bcrikut (1) merupakan perumahan untuk kelas menengah dan mewah, (2) umumnya merupakan rumah dcngan 1-2 lantai, (3) berkepadatan sedang. (4) sebagian besar lahan yang dipakai adalah lahan kosong. Penelitian ini menengarai bahwa pemerintah kola tidak secara sadar mendukung model pengembangan ini karena tidak mengetabui manfaatnya. Dengan kata lain, infill development yang terjadi di lapangan merupakan respon pasar terhadap kebuluhan rumah. Model ini membawa beberapa manfaat positip antara lain (1) effisiensi lahan. (2) perkembangan kota yang lebik kompak. (3) meningkatkan suplai perumahan, dan (4) meningkatkan aktivita

    PARTISIPASI MASYARAKAT SEBAGAI PERANGKAT HISTORIC URBAN LANDSCAPE DALAM PENGELOLAAN KAWASAN SUMBU FILOSOFI DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

    Get PDF
    Historic Urban Landscape is a historic city management approach that is considered more comprehensive in balancing between social and economic development and cultural heritage conservation. UNESCO adopted the Recommendation on The Historic Urban Landscape on 10 November 2011 at the UNESCO General Assembly. As an approach that can be adopted by various countries, this approach recommends four main tools, namely civic engagement, knowledge and planning, regulatory system, and financial tools. This research aims to identify civic engagement tools in the management of the historic city area called Kawasan Sumbu Filosofi in the Special Region of Yogyakarta. This research uses a qualitative approach with a type of case study research and is descriptive in nature. Data collection techniques were carried out through interviews, observation, and literature studies. This research reveals that civic engagement in the management of the Kawasan Sumbu Filosofi in the voice area has been granted and guaranteed through various regulations. In terms of access, the government has provided a space for discussion, but the information the government provides still predominates in this forum. Concerning the aspect of control, community control over the surrounding environment has not been built. In general, the quality of community participation must continue to be encouraged to realize sustainable urban development and preservation

    Urban Resilience: How to Apply in the Planning and Design Practice?

    Get PDF
    The topic of urban resilience has been gain much interest in the field of sustainability yet the use of the concept particularly for urban planning and design is still in debate. This paper searches for the gap in the use of the urban resilience concept for planning and design practice. The resilience terminology itself emerges and is known from the socio-ecological perspective, therefore the development of the terminology into the built environment issue needs to be appropriately translated. This paper aims to explore the advocacy of how urban resilience should be put into the discourse of planning and design practice, especially the standing of the concept within planning theory. The study is conducted through a literature review with objectives among others: (1) to get insight into what is urban resilience concept and how it has been used in the context of the urban and regional system? and (2) to elaborate on the potential of urban resilience concept be used in the planning and design practice through the perspective of planning theory. The initial result of the study concludes that the urban resilience concept has the potential to reframe the perspective of planning theory that has been applied nowadays, particularly the theory of planning and theory in planning with the emergence of so-called transformative and recovery planning. Both planning approaches must be considered the urban system as the object of planning

    KEARIFAN LINGKUNGAN DALAM PERENCANAAN DAN PENGELOLAAN HUTAN WONOSADI KECAMATAN NGAWEN KABUPATEN GUNUNG KIDUL = (Environmental Wisdom in Planning and Management of the Wonosadi Forest Ngawen District, Gunungkidul R

    Get PDF
    Penelitian ini mengkaji tentang kearifan lingkungan masyarakat dalam perencanaan dan pengelolaan Hutan Wonosadi, salah satu hutan adat yang terletak di Desa Beji, Kecarnatan Ngawen Kabupaten Gunungkidul. Kearifan Lingkungan dalam mengelola hutan adat telah mengakar kuat di tengah-tengah rnasyarakat di sekitar Hutan Wonosadi dan bersumber dari adanya rnitologi dan sejarah hutan. Proses pengelolaan Hutan Wonosadi telah berjalan sangat panjang. Pada kurun waktu Tahoo 1960 sid Tahoo 1965 Hutan Wonosadi hampir musnah akibat penjarahan liar. Pada saat itu daerah di sekitar Hutan Wonosadi mengalarni kerusakan parah akibat banjir krakal dan tanah longsor apabila musim penghujan tiba. Melalui prakarsa perangkat desa beserta tokoh rnasyarakat, pada Tahoo 1966 diadakan perencanaan kembali Hutan Wonosadi (reforestrasi). Masyarakat bahu-membahu mengimplementasikan rencana penghutanan kembali tersebut. Kegiatan ini setelah beberapa tahoo larnanya telah rnampu mengembalikan keberadaan Hutan Wonosadi. Adanya rnitologi dan sejarah Hutan Wonosadi telah menciptakan banyak rnitos yang dipercaya oleh rnasyarakat sekitar secara turun temurun. Kejadian empiris yang dialarni oleh rnasyarakat terkait dengan rnitos tersebut telah menjadikan rnasyarakat mempunyai keterkaitan secara batiniah ootuk tetap menjaga kelestarian Hutan Wonosadi. Di samping itu, rnasyarakat juga menerapkan konsep kesadaran realitas dengan idiom tekun (soogguh-soogguh), teken (petunjuk), tekan (sampai pada hal yang dicita-citakan) serta konsep kesadaran rnitologi sangkan paraning dumadi. Hutan Wonosadi telah memberikan rnanfaat yang sangat besar bagi penduduk di sekitamya karena rnasyarakat mempunyai kesadaran dalam kerangka rnitologi dan realitas ootuk mengelola hutan dan tetap ingin merasakan rnanfaat yang positif dari keberadaan hutan tersebut

    INDIKATOR KEBERLANJUTAN KOTA DI INDONESIA : STUDI KOMPARASI EMPAT KOTA DI JAWA (Sustainability Indicators of Indonesian Cities: Comparative Studies of Four Cities in Java)

    Get PDF
    ABSTRAK Walaupun ide pembangunan kota yang berkelanjutan semakin diterima oleh banyak kalangan di Indonesia, kondisi kota-kota di Indonesia semakin saja buruk dan mengkhawatirkan. Ide-ide pembangunan kota yang berkelanjutan masih sekedar diwacanakan dan tidak dirumuskan menjadi satu program yang rinci dan terukur, sehingga secara berkala dapat dievaluasi perkembangannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur indikator keberlanjutan kota di Indonesia, khususnya indikator lingkungan fisik. Penelitian ini merupakan penelitian komparasi empat kota yakni: dua kota pantai (Semarang dan Surabaya) serta dua kota pedalaman (Bandung dan Yogyakarta). Hasil penelitian menunjukkan bahwa keempat kota menunjukkan perkembangan yang tidak menggembirakan dari aspek lingkungan fisik. Beberapa indikator utama lingkungan seperti: kualitas udara, kualitas air, sampah padat, perumahan, dan ketersediaan ruang terbuka hijau, cenderung menurun kondisinya. Penelitian ini juga menunjukkan variasi kondisi lingkungan yang cukup lebar antar empat kota yang dikaji. Kecenderungan kesamaan dan perbedaan indikator ini tidak disebabkan karena kebijakan dan program pemerintah kota, melainkan lebih karena kondisi geografis dan proses pertumbuhan kotanya masing-masing. Penelitian ini menyarankan diberlakukannya indikator keberlanjutan kota di Indonesia secara konsisten agar ide-ide pembangunan kota yang berkelanjutan dapat lebih aplikatif direalisasikan dan dimonitor. ABSTRACT Although the ideas of sustainable city are widely accepted in Indonesia, the environmental quality of Indonesian cities is getting worst. City governments in Indonesia do not have clear and consistent policy and program to implement the ideas of sustainable cities, nor do they have clear and practical indicators to monitor and evaluate city development. This study aims to measure sustainability indicators of Indonesian cities, particularly from the environmental point of views. It is a comparative study of four major cities in Java: two coastal cities (Semarang and Surabaya) and two inland cities (Bandung and Yogyakarta). The study used five indicators to meassure  namely: (1) air quality, (2) water quality and provision, (3) solid waste, (4) housing, and (5) green-open spaces. The study shows that there are wide variations of environmental performance among four cities.  Such variations are not caused by specific government policy and program, but merely caused by the natural condition and the growth of the cities themselves. The study suggests the importance of applying clear and consistent indicator of sustainable city in Indonesia as it would serve practical and useful means to monitor and evaluate city development
    corecore