48 research outputs found

    THE IMPORTANCE OF TEACHING MORAL VALUES TO THE STUDENTS

    Get PDF
    Debating whether moral values are important to be taught or not is the wrong issue. Moral values have to be taught to the students to decrease a moral decadence. The question is how to teach moral values to the students. Education is the best way to teach moral values to the students. Education needs educators or teachers and strategies to deliver the materials. The strategies can be Character Building program in which the activities are arranged to increase the students’ emotional quotient, Caring School Community in which the activities are arranged to create a caring relationship between teachers-students, and Integrative Ethical Education model which has five steps for moral character development (supportive climate, ethical skills, apprenticeship instruction, self-regulation and adopting a developmental system approach). And the teachers should have four basic principles in teaching at the class such as Amanah, Rahmah, Taadubah and Sillah (calledReligiulitas Profesional). Keywords:Moral, values, education, teaching, character buildin

    PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BEKERJASAMA SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS

    Get PDF
    Penelitian ini dilatarbelakangi oleh beberapa permasalahan siswa dalam kegiatan bekerjasama. Penelitian ini didasarkan pada hasil observasi awal yang menunjukkan siswa belum mampu saling bertukar pendapat, belum dapat menerima dan menghargai pendapat orang lain dan belum mampu menyelesaikan tugas secara bersama-sama. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together pada pembelajaran IPS dan mendeskripsikan perkembangan kemampuan bekerjasama siswa pada pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan model Kemmis dan Taggart sebanyak dua siklus yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Penelitian ini menggunakan instrumen penelitian berupa lembar observasi pelaksanaan pembelajaran, lembar observasi kemampuan bekerjasama, field notes, dokumentasi dan kuesioner. Kemampuan bekerjasama siswa meningkat setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together. Pada siklus I kemampuan bekerjasama siswa mencapai 64,42% dan pada siklus II meningkat menjadi 90,38%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together dapat meningkatkan kemampuan bekerjsama siswa pada pembelajaran IPS. Penelitian ini memberikan gambaran bagi Guru SD bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together dapat diimplementasikan pada pembelajaran IPS . This study is motivated by several challenges faced in cooperative learning. These challenges, as shown by the initial observation, include the inability of students to exchange their views, respect each other’s opinions, and work in teams. This study aims to provide an overview on the implementation of Numbered Head Together (henceforth NHT), a cooperative learning strategy, in social sciences (Indonesian: Ilmu Pengetahuan Sosial/IPS) classroom. Moreover, it also aims to explore NHT’s potential for developing students’ cooperative skills. To achieve these aims, it employs Kemmis and McTaggart’s two-cycle approach to Classroom Action Research (CAR) which consists of four steps, namely planning, implementing, observing, and reflecting. Besides that, it also uses several instruments, viz. learning observation sheets, cooperative skill observation sheets, field notes, documentation, and questionnaire. The results of this study show that after the implementation of NHT, students’ cooperative skill scores have improved. The scores continue to improve from 64.42% in the first cycle to 90.38% in the second cycle. Thus, based on the findings, it can be concluded that NHT is effective in developing students’ cooperative skills in IPS classroom. Finally, it is expected that this study can increase primary school teachers’ understanding of how NHT can be implemented in IPS classroom

    EFISIENSI BIAYA OPERASIONAL TERHADAP PENINGKATAN LABA BERSIH

    Get PDF
    ABSTRACT This research was conducted with the aim to determine the effect of operating cost on Net Income at PT HM Sampoerna Tbk in 2012 – 2018. The method used in this study is the associative analysis method. The population in this study is the financial report of PT HM Sampoerna Tbk in the form of an audited profit and loss statement in the form of operational costs and net income for 28 Years starting from 1990-2018. The sampling technique used was purposive sampling and the number of samples obtained for 7 years (2012 – 2018). The data used are secondary data sourced fro the financial statements of PT HM Sampoerna Tbk listed on the Indonesian Stock Exchange. Data analysis techniques used in this study are simple linear regression, simple correlation, coefficient of determination, and hypothesis testing using t statistics using SPSS 16.0. The result showed that the variable operational costs Significantly influence net income Keyword: Operational Cost, Net Income, finance, Efficiency, IDX  ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh Biaya Operasional terhadap Laba bersih pada PT. HM Sampoerna Tbk tahun 2012-2018. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis asosiatif.  Populasi dalam penelitian ini adalah laporan keungan PT. HM Sampoerna Tbk dalam bentuk laporan Laba rugi yang telah di audit berupa biaya operasional dan laba bersih selama 28 (dua puluh delapan) di mulai dari tahun 1990 - 2018. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dan diperoleh jumlah sampel selama 7 tahun  (2012-2018). Data yang digunakan adalah data sekunder yang bersumber dari laporan keungan PT. HM Sampoerna Tbk yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier sederhana, korelasi sederhana, koefisien determinasi, dan uji hipotesis menggunakan uji t-statistik menggunakan uji spss 16.0. Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel Biaya Operasional berpengaruh signifikan terhadap Laba bersih. Kata Kunci : Biaya Operasional, Laba bersih, Keuangan, Efisiensi, BE

    PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK TALK WRITE TERHADAP PEMAHAMAN SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI (Sub pokok Pengantar ilmu ekonomi Kelas X IIS di SMA Kartika XIX-1 Bandung Tahun ajaran 2015-2016)

    Get PDF
    Penelitian ini berjudul “PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK TALK WRITE TERHADAP PEMAHAMAN SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI” Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran cooperative learning tipe think talk write terhadap pemahaman siswa pada mata pelajaran ekonomi kelas X IIS di SMA Kartika XIX-1 Bandung. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai penggunaan model pembelajaran kooperatif learning tipe think talk write dalam meningkatkan pemahaman siswa. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode Quasi Eksperimen dengan desain penelitian Control group pre test-post test. Populasi dari penelitian ini adalah kelas X SMA Kartika XIX-1 Bandung, dengan sampel sebanyak 2 kelas, yaitu kelas X IIS 2 dan X IIS 4. Data hasil penelitian diperoleh dengan menggunakan instrumen berbentuk pilihan ganda sebanyak 20 soal yang diberikan melalui pretest dan posttest. Berdasarkan hasil analisis rata-rata ( pretest kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah sebesar 26,93 dengan perolehan nilai berkisar antara 5 - 45 dan rata-rata ( ) posttest sebesar 71,95 dengan perolehan nilai berkisar antara 40 - 90. Sedangkan kelas yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif learning tipe think talk write, rata-rata ( ) pretest sebesar 28,64 dengan perolehan nilai berkisar antara 15 – 60 dan rata- rata ( ) posttest sebesar 76,68 dengan perolehan nilai berkisar antara 55 - 95. Setelah diketahui hasil pretest dan posttes tiap kelas maka dilakukan uji t, tes awal (pretest) terlihat bahwa nilai signifikansi (sig.2-tailed) dengan uji-t adalah 0,390. Karena nilai probabilitasnya lebih besar dari 0,05 maka H 0 diterima atau kemampuan memahami materi siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol pada tes awal (pretes) tidak berbeda secara signifikan. Dan test post dengan hasil nilai p-value (2-tailed) harus dibagi dua”, sehingga menjadi . Karena p-value = 0,0055 < α = 0,05 maka H 0 : µ 1 =µ 2 ditolak dan H a : µ 1 >µ 2 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran think talk write lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan metode ceramah. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif learning tipe think talk write dapat meningkatkan pemahaman siswa. Kata Kunci : Model pembelajaran kooperative learning tipe think talk write, Pemahaman Sisw

    Manajemen pembinaan karakter peserta didik berbasis Masjid: Penelitian di Madrasah Aliyah Negeri 3 Kabupaten Tasikmalaya

    Get PDF
    Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kebutuhan peserta didik akan nilai-nilai karakter seperti nilai religius, nasionalis, mandiri, gotong royong dan integritas mengingat pengaruh dari luar yang semakin kompleks dapat membawa peserta didik terjerumus ke dalam kondisi yang kurang baik. Oleh karena itu, diperlukan pembinaan karakter peserta didik. Pembinaan tersebut dapat dilakukan disemua jenis lembaga pendidikan, salah satunya di madrasah. Madrasah memiliki ciri khas nilai keislaman. Nilai keislaman identik dengan kegiatan yang ada di masjid yakni shalat. Karena shalat memiliki pengaruh dan hikmah yang luar biasa bagi kehidupan. Dari itu, untuk membentuk nilai karakter peserta didik salah satunya adalah dengan melakukan pembinaan karakter peserta didik berbasis masjid. Pembinaan tersebut akan berjalan dengan baik apabila diatur dan dikelola dengan baik pula oleh stakeholder. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: (1) Perencanaan pembinaan karakter peserta didik berbasis masjid (2) Pengorganisasian pembinaan karakter peserta didik berbasis masjid (3) Pelaksanaan pembinaan karakter peserta didik berbasis masjid (4) Pengawasan pembinaan karakter peserta didik berbasis masjid dan (5) Evaluasi pembinaan karakter peserta didik berbasis masjid. Penelitian ini didasarkan pada asumsi teori manajemen dari G.R. Terry yang meliputi planning, organizing, actuating, dan controlling. Pada penelitian ini planning mencakup identifikasi kebutuhan peserta didik, organizing mencakup stuktur organisasi beserta tugas pokok kepengurusan dalam struktur organisasi, actuating mencakup pelaksanaan program kegiatan berbasis masjid, dan controlling mencakup pengawasan secara langsung dan tidak langsung. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Adapun pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan dokumentasi dengan sumber data terdiri dari sumber data primer yang diperoleh dari pihak Madrasah Aliyah Negeri 3 Kabupaten Tasikmalaya, dan sumber data sekunder yang diperoleh dari literatur-literatur dan sumber dokumen yang lain. Hasil penelitian yang didapatkan bahwa manajemen pembinaan karakter peserta didik berbasis masjid diawali dengan identifikasi kebutuhan peserta didik yakni karakter religius sebagai pondasi dari nilai-nilai karakter yang lain. Oleh karena itu diperlukan program kegiatan yang meliputi wudhu, shalat dhuha bersama, adzan, iqamah, pembacaan al-asma’ al-husna, tadarus al-Quran, kultum, shalat dzuhur berjamaah, dzikir, dan doa. Kemudian program tersebut dilaksanakan sesuai jadwal yang telah ditetapkan. Untuk mengetahui kelancaran pelaksanaan program maka diperlukan pengawasan. Pengawasan di Madrasah Aliyah Negeri 3 Kabupaten Tasikmalaya dilakukan dengan cara pengawasan langsung dan tidak langsung. Pembinaan karakter peserta didik tersebut kemudian dievaluasi untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari program kegiatan masjid. Evaluasi tersebut dilakukan dengan dua cara yakni absensi dan observasi

    Efektivitas Vaksinasi terhadap Tingkat Keparahan Covid-19

    Get PDF
    Vaksin COVID-19 terbilang efektif untuk mengendalikan pandemi, namun pemberian vaksinasi belum tentu dapat 100% menjamin seseorang terhindar dari COVID-19, vaksin COVID-19 bisa mencegah dari tingkat keparahan COVID-19. Tujuan penelitian ini untuk melihat besaran risiko faktor prediktor yang mempengaruhi derajat keparahan COVID-19. Penelitian ini menggunakan desain studi crossectional dengan purposive sampling. Sampel berjumlah 1530 responden, diambil dari seluruh kasus positif COVID-19 yang berada di 4 puskesmas di Kabupaten Bandung pada Desember 2021 hingga Mei 2022 dan memiliki ketersediaan data lengkap. Data dianalisis dengan menggunakan software analisis dengan Regresi Logistik. Hasil penelitian didapatkan bahwa odds responden yang belum mendapat vaksin sebesar 2,8 kali untuk mengalami tingkat keparahan COVID-19 dibandingkan subjek penelitian yang sudah booster. Jenis vaksin AstraZeneca 1,8 kali mengalami tingkat keparahan COVID-19 dibandingkan vaksin Pfizer. Vaksinasi terbukti dapat mencegah keparahan COVID-19 namun tidak dapat mencegah tertular COVID-19

    MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA DINI DENGAN METODE BERCERITA MENGGUNAKAN MEDIA FLASHCARD : Penelitian Tindakan Kelas Terhadap siswa Kelompok B di Taman Kanak-Kanak Ashfiya Kecamatan Rancasari Kota Bandung Tahun Pelajaran 2009-2010

    Get PDF
    Penelitian ini dilatar belakangi oleh permasalahan yang ada di lapangan tentang kurang optimalnya kemampuan membaca dini pada anak di TK Ashfiya yang ditunjukkan dengan terbatasnya anak dalam mengenal huruf ataupun kata. Sementara itu di TK banyak terdapat media pembelajaran yang dapat membantu untuk meningkatkan kemampuan membaca dini, namun hal itu belum dilakukan disebabkan pemahaman guru yang kurang tentang membaca dini. Pada saat mengerjakan lembar kerja yang berhubungan dengan membaca dini biasanya dilakukan secara klasikal, hal ini berdampak negatif terhadap perkembangan anak karena anak menjadi kurang mandiri. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah: Meningkatkan Kemampuan Membaca Dini dengan Metode Bercerita Menggunakan Media Flashcard. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK), dengan subjek penelitian adalah guru dan anak TK B Ashfiya tahun ajaran 2009-2010. Penelitian ini dilakukan melalui tiga siklus, masing-masing siklus terdiri dari tiga tahap. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kemampuan membaca dini sebelum metode bercerita dengan menggunakan media flashcard dilakukan, upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan membaca dini melalui penerapan metode bercerita menggunakan media flashcard dan gambaran kemampuan membaca dini setelah dilakukan metode bercerita menggunakan media flashcard. Hasil Penelitian mengenai kemampuan membaca dini melalui metode bercerita menggunakan media flashcard menunjukkan adanya peningkatan dan perubahan terhadap kemampuan membaca dini anak yang sebelumnya baru mengenal beberapa huruf menjadi bisa membaca kata bahkan menyusun kata menjadi sebuah kalimat sederhana, membaca kalimat sederhana, pembelajaran yang sebelumnya berpusat pada guru menjadi lebih beragam dan lebih kreatif dalam menciptakan suasana pembelajaran yang menjadikan anak lebih mandiri pada saat mengikuti kegiatan

    IMPLEMENTASI METODE TRANSLANGUAGING DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA BIPA TINGKAT DASAR : Penelitian Eksperimen Subjek Tunggal terhadap Pemelajar BIPA Tingkat Dasar asal Korea Selatan di Bandung Independent School

    Get PDF
    Dalam beberapa waktu terakhir, minat terhadap bahasa Indonesia meningkat di berbagai negara. Bahasa Indonesia telah menjadi yang terbesar di Asia Tenggara bahkan penyebarannya sudah mencapai 47 negara di kancah International. Pengajar BIPA berperan penting dalam prestasi ini, dengan pembelajaran BIPA dilakukan oleh 428 lembaga. Pengajar BIPA perlu menjaga inovasi dan relevansi pembelajaran, mengingat pemelajar BIPA berasal dari latar belakang budaya yang beragam. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran proses pembelajaran berbicara pada saat treatment (implementasi metode translanguaging), respons pembelajar BIPA tingkat dasar asal Korea Selatan terhadap proses kegiatan pembelajaran berbicara, dan pengaruh metode translanguaging terhadap kemampuan berbicara pembelajar BIPA. Metode translanguaging dalam pembelajaran adalah ketika pengajar mengintegrasikan lebih dari satu bahasa untuk menjembatani berbagai kepentingan komunikasi dalam proses pembelajaran guna meningkatkan pemahaman pemelajar terhadap bahasa sasaran. Metode yang digunakan yaitu metode eksperimen subjek tunggal (single subject research) yang di dalamnya terdapat tiga fase utama yaitu, fase baseline-1, intervensi, dan baseline-2. Perbandingan nilai rata-rata dari berbagai fase menunjukkan peningkatan signifikan: baseline-1 (50), intervensi (65), dan baseline-2 (90). Ini menegaskan peran intervensi dalam meningkatkan keterampilan berbicara pemelajar. Peningkatan ini mencerminkan efektivitas metode translanguaging dalam pembelajaran berbicara BIPA tingkat dasar. In recent times, there has been an increasing interest in the Indonesian language in various countries. Indonesian has become the largest language in Southeast Asia also with its presence for at least 47 countries in International. Teachers of Indonesian for Foreign Speakers (BIPA) have played a crucial role in this achievement, with BIPA learning being conducted by 428 institutions. BIPA instructors need to maintain innovation and relevance in their teaching, considering that BIPA’s students come from diverse cultural backgrounds. This research aims to provide an overview of the speaking learning process during treatment (implementation of the translanguaging method), the response of basic-level BIPA learners from South Korea to the speaking learning process, and the impact of the translanguaging method on the speaking proficiency of BIPA learners. Translanguaging in education is when instructors integrate more than one language to bridge various communication needs in the learning process, thereby enhancing learners' understanding of the target language. The method used in this study is the single-subject experimental method, which consists of three main phases: baseline-1, intervention, and baseline-2. A comparison of average scores across these phases indicates a significant improvement: baseline-1 (50), intervention (65), and baseline-2 (90). This underscores the role of intervention in enhancing learners' speaking skills. This improvement reflects the effectiveness of the translanguaging method in basic-level BIPA speaking learning
    corecore