45 research outputs found

    Structure-function relations of palm sap sugar in dark chocolate

    Get PDF

    Pengaruh Temperatur Pengeringan pada Karakteristik Pengeringan Nori dari Campuran Ulva lactuca dan Eucheuma cottonii

    Get PDF
    Nori merupakan makanan berbahan dasar rumput laut Porphyra namun hingga saat ini masih import. Perlu dilakukan penelitian untuk membuat nori dari bahan dasar rumput laut lokal. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan komposisi terbaik nori dari rumput laut Ulva lactuca dan Eucheuma cottonii serta mempelajari karakteristik pengeringannya. Kombinasi perlakuan yang digunakan adalah komposisi rumput laut dan suhu pengeringan. Komposisi yang digunakan A (85% Ulva lactuca  dan 15% Eucheuma cottoni), B (75% Ulva lactuca  dan 25% Eucheuma cottoni) dan C (65% Ulva lactuca  dan 35% Eucheuma cottoni). Suhu pengeringan yang digunakan adalah 75 °C, 85 °C, dan 100 °C dengan alat pengering oven memmert  UN series 55. Empat model pengeringan digunakan untuk mengevaluasi laju pengeringan yakni Henderson and Pubis, Lewis, Page dan Modified Page. Nilai Root Mean Square Error (RMSE) terendah, serta nilai R 2 tertinggi digunakan untuk menentukan model yang paling sesuai. Hasil penelitian menunjukkan suhu 100 °C memberikan waktu pengeringan yang lebih cepat. Nori dengan komposisi Ulva lactuca yang lebih besar dan suhu pengeringan yang lebih rendah memberikan permukaan nori yang lebih halus sehingga komposisi A dengan suhu pengeringan 75 °C memberikan tampilan nori yang paling baik. Suhu pengeringan 100 °C memberikan waktu pengeringan yang lebih cepat. Karakteristik pengeringan nori didominasi dengan laju pengeringan tetap sedangkan laju pengeringan menurun di akhir pengeringan. Laju pengeringan nori terbesar diperoleh pada suhu pengeringan tertinggi (100 °C) dengan nilai laju pengeringan kelompok A, B dan C secara berurutan adalah 12,97; 15,05; dan 16,92. Hasil evaluasi model pengeringan lapisan tipis menunjukkan bahwa model Page memiliki nilai R 2 tertinggi dan nilai RMSE terendah pada semua kelompok komposisi nori dan suhu pengeringan. Sehingga model Page merupakan model pengeringan lapisan tipis yang paling sesuai untuk menggambarkan karakteristik pengeringan nori Ulva lactuca dan E cottonii

    RANCANG BANGUN SATELIT FINDER PORTABEL SEBAGAI METODE TRACKING SINYAL PARABOLA DENGAN LNB KU-BAND

    Get PDF
    Abstrak Pelacakan (tracking) parabola adalah kegiatan memposisikan parabola menuju satelit yang telah diketahui koordinatnya. Penelitian ini menggunakan koordinat 122.0° E milik satelit Asiasat 9 dengan sudut azimuth 52.23° dan sudut elevasi 76.20° terhadap lokasi penelitian yang dilakukan di wilayah Surabaya, informasi diketahui dari website https://www.lyngsat.com/AsiaSat-9.html. Sinyal yang dipancarkan satelit ini merupakan jenis gelombang radio dengan frekuensi antara 3 kHz hingga 300 GHz. Agar aktivitas pelacakan lebih mudah diakses, dapat dilakukan dengan menggunakan satfinder (satellite finder). Penggunaan satfinder sangat memudahkan teknisi terutama untuk mengetahui kualitas sinyal yang ditampilkan di televisi, sehingga perlu dirancang sat finder yang sekaligus menampilkan kualitas dan intensitas tanda pada monitor. Penelitian ini berfokus pada satfinder portabel yang dibuat untuk mengkomunikasikan informasi terkait hasil pelacakan di monitor, yang lebih mudah digunakan karena portabel. Berikutnya adalah uji langsung pada parabola dengan frekuensi 12-18 GHz. Frekuensi ini terdapat pada jenis LNB Ku-band (Low Noise Block) yang digunakan. Dari penelitian ini telah dibuat pencari satelit portabel yang dapat diisi ulang band. Sedangkan setelah dilakukan kegiatan pelacakan, dihasilkan data sebanyak 117 saluran televisi dengan 11 saluran berbayar dan 106 saluran free to air (FTA / gratis). Dari 106 saluran FTA, terdapat 75 saluran Nasional dan 31 saluran Internasional. Penggunaan satfinder portable ini masih terbatas karena kualitas baterainya masih dibawah rata-rata. Diharapkan kualitas baterai bisa ditingkatkan sehingga bisa digunakan dalam waktu yang lama.   Kata Kunci: satelit, portabel, dish Abstract Parabola tracking is an activity to position the satellite dish towards a satellite whose coordinates have been known. This study using the coordinates 122.0° E belonging to the Asiasat 9 satellite with an azimuth angle of 52.23° and an elevation angle of 76.20° to the research location carried out in the Surabaya area, information is known from the website https://www.lyngsat.com/AsiaSat-9.html. The signal emitted by this satellite is a radio wave type with a frequency between 3 kHz to 300 GHz. To tracking activities more accessible, it can be done using the sat finder (satellite finder). The sat finder's use makes it very easy for technicians, especially to find out the quality of the signal displayed on the television, so it is necessary to design a sat finder that simultaneously displays the quality and intensity of the sign on the monitor. This research focuses on a portable sat finder made to communicate information related to tracking results on a monitor, which is easier to use because it is portable. Next is a direct test on a satellite dish with a 12-18 GHz; this frequency is found in the Ku-band LNB (Low Noise Block) type used. From this research, a portable sat finder that can be recharged has been made. On the other hand, after carrying out the tracking activity, data were generated as many as 117 television channels with 11 paid channels and 106 free to air (FTA / free) channels. Of the 106 FTA channels, there are 75 national channels and 31 international channels. This portable sat finder is still limited because the quality of the battery is still below average. It is hoped that the battery's quality can be improved so that it can be used for a long time.   Keywords: satellite, portable, dis

    Implementasi Teori Dempster Shafer dalam Pembentukan Portofolio Saham Mean-Semivarian

    Get PDF
    Terdapat beberapa cara dalam membentuk portofolio saham. Dalam pemilihan saham untuk dimasukkan kedalam portofolio, tentunya investor menginginkan nilai return yang tinggi atau nilai risiko yang rendah. Dalam tugas akhir ini pembentukkan portofolio Mean-Semivarian dilakukan dengan menerapkan teori Dempster-Shafer (DS) untuk mendapatkan portofolio yang diharapkan. Teori Dempster-Shafer disini digunakan untuk menyeleksi saham dengan nilai performansi tinggi. Data saham yang digunakan pada tugas akhir ini adalah saham yang masuk dalam indeks LQ45. Kemudian diseleksi dengan mengunakan teori Dempster-Shafer dan didapatkan 10 saham dengan nilai performansi tertinggi untuk dimasukkan ke dalam portofolio yaitu BSDE, GGRM, INDF, SGRO, SMGR, SCMA, MNCN, BBCA, HMSP, dan BMTR dengan menghasilkan return portofolio sebesar 0.00511 sedangkan return portofolio tanpa Dempster-Shafer sebesar 0.0026. Untuk evaluasi kinerja portofolio dengan menggunakan metode Sharpe Ratio hasil yang didapatkan portofolio dengan Dempster-Shafer sebesar 0.07329 dan portofolio saham Mean-Semivarian tanpa Dempster-Shafer sebesar 0.00598. Hasil dari tugas akhir ini menunjukkan portofolio saham Mean-Semivarian dengan Dempster-Shafer memiliki kinerja portofolio yang lebih baik dibandingkan dengan portofolio Mean-Semivarian tanpa Dempster-Shafer.Terdapat beberapa cara dalam membentuk portofolio saham. Dalam pemilihan saham untuk dimasukkan kedalam portofolio, tentunya investor menginginkan nilai return yang tinggi atau nilai risiko yang rendah. Dalam tugas akhir ini pembentukkan portofolio Mean-Semivarian dilakukan dengan menerapkan teori Dempster-Shafer (DS) untuk mendapatkan portofolio yang diharapkan. Teori Dempster-Shafer disini digunakan untuk menyeleksi saham dengan nilai performansi tinggi. Data saham yang digunakan pada tugas akhir ini adalah saham yang masuk dalam indeks LQ45. Kemudian diseleksi dengan mengunakan teori Dempster-Shafer dan didapatkan 10 saham dengan nilai performansi tertinggi untuk dimasukkan ke dalam portofolio yaitu BSDE, GGRM, INDF, SGRO, SMGR, SCMA, MNCN, BBCA, HMSP, dan BMTR dengan menghasilkan return portofolio sebesar 0.00511 sedangkan return portofolio tanpa Dempster-Shafer sebesar 0.0026. Untuk evaluasi kinerja portofolio dengan menggunakan metode Sharpe Ratio hasil yang didapatkan portofolio dengan Dempster-Shafer sebesar 0.07329 dan portofolio saham Mean-Semivarian tanpa Dempster-Shafer sebesar 0.00598. Hasil dari tugas akhir ini menunjukkan portofolio saham Mean-Semivarian dengan Dempster-Shafer memiliki kinerja portofolio yang lebih baik dibandingkan dengan portofolio Mean-Semivarian tanpa Dempster-Shafer

    Rekayasa Teknologi Penyimpanan dengan Atmosfer Termodifikasi untuk Memperpanjang Umur Simpan dalam Penanganan Pascapanen Tomat

    Get PDF
    Tomat adalah salah satu komoditas hortikultura yang bernilai ekonomis tinggi dan berpotensi untuk diekspor. Buah tomat memerlukan penanganan serius, terutama dalam hal peningkatan hasil, mutu, dan penanganan pascapanennya. Salah satu tahapan pascapanen produk segar hasil pertanian yang sangat penting adalah penyimpanan. Penelitian ini bertujuan untuk merancang alat yang mampu mengatur suhu dan memodifikasi komposisi gas di dalam suatu ruangan tertutup (Modified Atmosphere Storage, MAS), melakukan kajian matematis maupun statistika mengenai pengaruh komposisi gas serta variasi suhu udara ruang simpan terhadap berbagai sifat fisik buah tomat dan menentukan kombinasi perlakuan terbaik antara konsentrasi oksigen dan suhu ruang simpan untuk penyimpanan buah tomat. Penelitian dimulai dengan pembuatan peralatan MAS dengan berbagai kelengkapannya. Setelah peralatan MAS jadi, kemudian dilakukan pengujian dengan variasi perlakuan konsentrasi gas O2 3%, 10%, 15%, dan 21% dan suhu ruang MAS 10 °C, 15 °C, dan 28 °C, dengan sampel buah tomat. Pengamatan dilakukan setiap hari selama 15 hari terhadap perubahan kualitas fisik buah tomat yang disimpan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peralatan MAS dapat dibuat dari bahan-bahan yang tersedia dipasaran lokal dengan hasil yang memuaskan. Penurunan konsentrasi gas O2 ruang MAS dapat dilakukan dengan mengalirkan gas N2 kedalam ruang simpan MAS. Kombinasi perlakuan variasi konsentrasi oksigen dan suhu penyimpanan berpengaruh terhadap parameter laju respirasi, susut bobot, total padatan terlarut, pH, dan kekerasan buah. Secara umum kombinasi perlakuan terbaik adalah perlakuan dengan konsentrasi oksigen 10% dan suhu penyimpanan 15 °C.Tomat adalah salah satu komoditas hortikultura yang bernilai ekonomis tinggi dan berpotensi untuk diekspor. Buah tomat memerlukan penanganan serius, terutama dalam hal peningkatan hasil, mutu, dan penanganan pascapanennya. Salah satu tahapan pascapanen produk segar hasil pertanian yang sangat penting adalah penyimpanan. Penelitian ini bertujuan untuk merancang alat yang mampu mengatur suhu dan memodifikasi komposisi gas di dalam suatu ruangan tertutup (Modified Atmosphere Storage, MAS), melakukan kajian matematis maupun statistika mengenai pengaruh komposisi gas serta variasi suhu udara ruang simpan terhadap berbagai sifat fisik buah tomat dan menentukan kombinasi perlakuan terbaik antara konsentrasi oksigen dan suhu ruang simpan untuk penyimpanan buah tomat. Penelitian dimulai dengan pembuatan peralatan MAS dengan berbagai kelengkapannya. Setelah peralatan MAS jadi, kemudian dilakukan pengujian dengan variasi perlakuan konsentrasi gas O2 3%, 10%, 15%, dan 21% dan suhu ruang MAS 10 °C, 15 °C, dan 28 °C, dengan sampel buah tomat. Pengamatan dilakukan setiap hari selama 15 hari terhadap perubahan kualitas fisik buah tomat yang disimpan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peralatan MAS dapat dibuat dari bahan-bahan yang tersedia dipasaran lokal dengan hasil yang memuaskan. Penurunan konsentrasi gas O2 ruang MAS dapat dilakukan dengan mengalirkan gas N2 kedalam ruang simpan MAS. Kombinasi perlakuan variasi konsentrasi oksigen dan suhu penyimpanan berpengaruh terhadap parameter laju respirasi, susut bobot, total padatan terlarut, pH, dan kekerasan buah. Secara umum kombinasi perlakuan terbaik adalah perlakuan dengan konsentrasi oksigen 10% dan suhu penyimpanan 15 °C

    Effect of Antioxidant and Pro-oxidant on the Stability of Microencapsulated Squalene by Spray Drying

    Get PDF
    Natural hydrocarbon compounds are extremely in high demand across various applications. For instance, squalene (SQ) is widely used in cosmetic and food supplement industries, due to beneficial health components. The aim of this study was to investigate the potentials of antioxidant addition on the physical properties, as well as SQ stability in spray-dried powder at various oil droplet diameters (0.3 – 4 µm). Rosemary oil extract served as antioxidant, while iron (II) sulfate accelerated the oxidation. Subsequently, SQ stability was evaluated at four separate temperatures, termed 25, 50, 70, and 105°C, after one month storage. Also, the morphological structures of the samples were characterized with scanning electron microscopy (SEM). The results showed the oil droplet diameter influenced the physical properties of SQ, as lesser drip sizes were known to enhance material strength. Furthermore, antioxidant inclusion proved to be effective in inhibiting oxidation, particularly in powders with extensive oil droplet diameter. Therefore, high regression coefficients (R2 > 0.97) and reduced chi-square confirmed Weibull model acceptance in predicting the retention of SQ content

    Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (Dau), Dan Luas Wilayah Terhadap Alokasi Belanja Modal (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/ Kota Se Jawa Tengah Dan DIY)

    Get PDF
    The purpose of this research is to know the Native Revenue (PAD), General Allocation Funds (DAU), and an area Against the allocation of capital expenditures. Research method using the method documentation. The sample was done by collecting, recording and calculating the data related to the research took the population of Kabupaten/Kota YOGYAKARTA Central Java and Se in 2012 to 2014. Sampling techniques using the Census Method is a method of taking samples all over the County and cities that exist in Central Java and Yogyakarta.: 1) Multiple Linear regression test, 2) Test t, 3) F Test (test the accuracy of the models) and 4) the coefficient of Determination (R2) Analysis of the results obtained as follows: 1) PAD has an impact on the allocation of capital expenditures, proved the value of sig. of 0.000 of less than 5%, so that the H1 is accepted, 2) DAU had an impact on the allocation of capital expenditure, evidenced by the results of the DAU sig value. of 0.000 of less than 5%, so H2 is received. 3) Locality has no effect on the allocation of capital expenditure, evidenced by the results of GIS value. of 0.063 is greater than 5%, so that the H3 is denied. Key words: Native Revenue (PAD), General Allocation Funds (DAU), Area and capital expenditure Allocation

    Pemodelan Laju Respirasi Buah Kolang-kaling (Arenga pinnata) pada Penyimpanan Modified Atmospheric Packaging (MAP)

    Get PDF
    Buah kolang-kaling (Arenga pinata) merupakan buah tropis yang yang penanganan pascapanen dan penyimpanannya masih menggunakan cara tradisional. Hal ini menyebabkan kesulitan dalam distribusi pemasaran. Salah satu cara yang belum banyak digunakan untuk mempertahankan umur simpan buah kolang-kaling adalah dengan penyimpanan dalam Modified Atmospheric Packaging (MAP). Penentuan suhu ruang penyimpanan dan kemasan diketahui dapat mempengaruhi kualitas produk segar yang diwakili oleh laju respirasi produk (produksi CO₂). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis laju respirasi dalam MAP dan memodelkan laju respirasi berdasarkan suhu ruang penyimpanan dan ketebalan kemasan. Kombinasi perlakuan yang digunakan adalah suhu ruang penyimpanan dan ketebalan kemasan. Suhu ruang penyimpanan yang digunakan adalah 5, 15, dan 28 °C. Kemasan yang digunakan adalah Low Density Polyethylene (LDPE) dengan ketebalan 30, 50, dan 80 μm. Nilai permeabilitas CO₂ sebesar 13205,4; 8390,1; dan 5260 cm³/m².d.0,1MPa untuk ketebalan 30, 50, dan 80 μm. Laju respirasi tertinggi didapatkan pada suhu penyimpanan 28 °C dengan ketebalan kemasan 30 μm sebesar 8,61 mL/kg.jam. Laju respirasi produksi CO₂ terendah didapatkan pada suku penyimpanan 5 °C dengan ketebalan kemasan 80 μm sebesar 1,97 mL/kg.jam. Suhu ruang penyimpanan dan kemasan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap laju respirasi buah kolang-kaling dalam MAP. Suhu ruang penyimpanan yang tinggi dan kemasan yang lebih tipis atau kemasan dengan nilai permeabilitas yang tinggi akan menghasilkan laju respirasi yang lebih tinggi. Analisis statistik mengindikasikan bahwa suhu ruang penyimpanan, karakteristik kemasan, dan interaksi kedua faktor tersebut berpengaruh secara signifikan pada laju respirasi produksi CO2 buah kolang-kaling dalam MAP (p<0,05). Persamaan Arrhenius dan persamaan regresi polinomial dapat menjelaskan pengaruh suhu ruang penyimpanan dan ketebalan kemasan terhadap pola perubahan laju respirasi dari buah Kolang-kaling dalam MAP

    Changes of Dark Couverture Chocolate Hardness During Storage Tempered Using Automatic Tempering Machine with Tank and Tempering Temperature as Variables

    Get PDF
    Couverture chocolate is highly demanded by consumers. Dark couverture chocolate is known as chocolate with high proportion of cocoa. There are several parameters that need to be considered to ensure the quality of this chocolate. One of the important chocolate qualities is hardness. In chocolate making, which is affected by the tempering process. Generally, the tempering process is carried out manually or automatically. Manual tempering is done by hand and is difficult to control the process temperature. Therefore, an automatic tempering machine was chosen in this study by controlling the tank and tempering temperatures. The purpose of the research was to optimize the combined effect between tank temperatures and tempering temperatures of the automatic tempering machine on the chocolate hardness parameter. Different ranges of the tank and tempering temperatures were applied to the chocolate mass processed in the machine. Chocolate hardness during storage was in the range 12.27 to 20.19 N/mm2 in 45oC tank and 32.5oC tempering temperature. The optimum of the tank and tempering temperatures were 45oC-32.5oC (A), 48oC-32.5oC (B), and 50oC-31.5oC (C) which resulted in different k values and glossy appearances. The k values for A, B, and C were -0.00195; -0.0024; and -0.0031, respectively. While the determination coefficients for A, B, and C were 0.8970; 0.8887; and 0.9013, respectively
    corecore