32 research outputs found
Revitalisasi Budaya dan Pemberdayaan Masyarakat Melalui Karya Seni Lingkungan
Imah Budaya Cigondewah
Mencintai tanah, air, pohon dan warga Desa Batu Rengat Cigondewah dengan gairah penciptaan karya seni dari budaya desa yang kaya akan sumber mata air yang mengalir menjadi Sungai Cigondewah adalah gairah penciptaan karya seni bersama warga desa Cigondewah yang sedang terpinggirkan.
Pernah aliran sungai Cigondewah yang jernih itu mengalir penuh cinta ke sawah-sawah, menumbuhkan padi, tumbuh hingga panen dan dirayakan dengan berbagai helaran seni yang kaya akan nilai-nilai kearifan tradisi sunda, seperti Bring-Brung, Lais, Benjang, Pencak Silat, Jajampanaan serta syukuran Syalawatan.
Warga berkirim penganan Peuyeum Ketan, Rangginang, Kolontong, Bodol Osi sampai Beras Tutu Hawara Geulis yang berbentuk pipih, putih bersih, beras yang indah khas Cigondewah.
Perlahan air sungai Cigondewah dibanjiri limbah beracun limpahan dari pabrik , sumber mata air terperangkap oleh budaya pembiaran berjamaah, pepohonan dan padi serta alam tidak lagi menjadi sahabat, dan warga terperangkap ke dalam budaya baru dari perilaku produksi proses industrialisasi. Flora dan fauna punah..
Kini terhampar jemuran limbah plastik, gudang-gudang dan pabrik daur ulang plastik, kepul asap pembakaran limbah, sebuah desa di ujung perbatasan kota Bandung Barat yang tidak pernah pulas tertidur. Hilir mudik truk pengangkut limbah plasik yang diangkut dari pabrik-pabrik plastik desa Cigondewah Kidul meremukan Jalan Desa Batu Rengat.
Panen Raya produksi plastik tidak pernah ditandai oleh helaran beragam seni tradisi dan saling mencicipi berkirim hasil produksi. Hilang pula nilai-nilai budaya gotong royong, spirit religi yang kaya akan nilai-nilai kecintaan pada kerja keras mengolah bumi sebagai rasa syukur, dzikir sambil mengolah air, tanah, pepohonan dan tersingkir juga ruang terbuka yang aman dan nyaman untuk bermain anak-anak
Catatan-catatan Tanah
Islam, dari segi bahasa Arab, berasal dari kata istaslamaâmustaslimun yang berarti penyerahan diri total kepada Allah. Menjadi seorang muslim berarti berserah diri kepada Allah, menjadikan hidup dan mati hanya untuk Allah semata. Menempuh pendidikan di bidang seni rupa, penulis ingin dapat menjadikan kekaryaan ini, menjadi jalan untuk mencapai tujuan menjadi seorang muslim taat. Karya yang dibuat ini menjadi ruang dzikir (mengingat Allah), mengingat dosa, dan kesalahan yang pernah penulis lakukan sebagai seorang muslim, serta menjadi catatan tentang momen-momen spiritual yang dapat menjadi bahan kontemplasi dan introspeksi diri penulis tentang hubungan dirinya dengan Sang Pencipta
Aku dan Masa
Masa depan adalah kurun waktu atau kondisi yang berada di depan manusia, kondisi tersebut tidak terbatas dan masih bersifatabstrak. Kegiatan meramal adalah upaya untuk mendapatkan wawasan tentang pertanyaan atau situasi tentang masa depan.Pertanyaan akan seperti apakah kehidupan di masa depan nanti menjadi kegelisahan penulis. Melalui kegiatan meramaldengan media kartu tarot, penulis mencari jawaban atas permasalahan tersebut. Gagasan tersebut divisualisasikan dalam karyaTugas Akhir ini. Ketertarikan dengan visual kartu tarot bergaya art nouveau mengingatkan penulis akan lukisan kaca Cirebonyang juga memiliki visual bergaya sama. Isu mengenai masa depan diwakilkan dengan visualisasi kartu tarot yang dibuatdengan teknik cetak saring di atas akrilik. Teknik ini dipilih karena merupakan teknik yang memiliki hasil akhir menyerupailukisan kaca Cirebon. Lukisan kaca Cirebon diangkat untuk mewakili identitas diri penulis sebagai keturunan Cirebon dalamkarya ini. Karya ini dibuat sebagai media rebalancing penulis dalam mengukuhkan keyakinan penulis tentang kegelisahan dimasa depan. Jawaban dari permasalahan yang diangkat memang sejatinya telah disadari penulis dari sebelum karya ini dibuat,tetapi dengan membuat karya ini penulis menemukan keseimbangan batin
Harmoni dalam Tri Hita Karana
Manusia, dikatakan sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Kesempurnaan manusia kini menjadikan manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang merasa paling berkuasa diantara mahluk ciptaan Tuhan lainnya. Kedekatan secara spiritual telah luntur, keharmonisan di Dunia bukanlah nilai yang utama. Bukankah jika manusia terus hidup seperti ini, manusia justru akan kehilangan segalanya. Melalui proses perenungan penulis teringat akan sebuah konsep kehidupan sederhana untuk menjaga keharmonisan dalam kehidupan. Sebuah filosofi hidup masyarakat Hindu Bali âTri Hita Karanaâ. Penulis menyadari bahwa manusialah yang memegang peranan penting untuk membangun keharmonisan kehidupan. Konsep Tri Hita Karana dituangkan penulis melalui karya Instalasi yang diperkuat dengan Performance Art sebagai satu kesatuan karya dengan dorongan totalitas berkesenian.Melalui kesenianlah penghayatan nilai luhur kehidupan tersebut dapat tersampaikan. Penulis percaya bahwa seni dapat membawa Perubahan, seni dapat memperkaya rasa, mempertajam empati dan menyuburkan nilai-nilai kemanusiaan
Tubuh, Tubuh, Tubuh
Abstrak. Tubuh merupakan bentuk representasi identitas dari individu. Bentuk tubuh dari satu individu ke individu yang lain pasti berbeda, setiap bentuk tersebut dapat dengan mudah diidentifikasi dan juga dimaknai tidak hanya secara visual melainkan juga nilai-nilai lain yang mengikutinya. Nilai dan norma terhadap bentuk tubuh dinilai berdasarkan nilai tatanan sosial yang berlaku di mana individu itu berada, sehingga bentuk dan nilai kesempurnaan akan tubuh tidaklah absolut, namun demikian penilaian dan pemaknaan akan tubuh tersebut secara tidak langsung dapat mempengaruhi cara pandang dan pemahaman individu itu sendiri akan tubuhnya. Pembuatan karya seni gambar tentang tubuh yang dibuat penulis, merupakan sebuah bentuk penghayatan dan pengenalan lebih dalam akan tubuh penulis sendiri, bagaimana kekecewaan dan kebencian akan ketidaksempurnaan tubuh penulis dikonfrontasikan melalui kegiatan intimasi yang dilakukan selama melakukan penciptaan karya seni gambar pada penelitian kali ini yang diberi judul 'Tubuh, Tubuh, Tubuh'. Penggambaran representasi tubuh dalam karya ini memperlihatkan pose tubuh secara detil dan realis, tubuh secara keseluruhan baik itu dari depan maupun belakang, juga ditambahkan dengan bentuk-bentuk abstrak dan detail dari pemahaman penulisan akan tubuh tersebut, menggunakan pensil berwarna sebagai medium penggambaran karyanya. Penciptaan karya gambar tentang tubuh ini, melalui proses yang cukup panjang, memberikan ruang untuk penulis dalam memahami tubuh sendiri, melalui detail arsiran, warna, dan kedekatan akan detail-detail bentuk realis tubuh yang digambarkan secara sempurna, membawa penulis ke ruang yang lebih intim tetapi juga kadang berjarak, tentang bagaimana penulis pada akhirnya menerima pemahaman dan keadaan terhadap ketidaksempurnaan, kekecewaan dan kebencian akan tubuh penulis sendiri. Perenungan dan kontemplasi selama proses penciptaan membawa pemikiran penulis ke ranah yang lebih terbuka, penulis menyadari proses penciptaan karya kali ini merupakan bentuk lain katarsis penulis dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang sebelumnya dimiliki penulis.Kata kunci: drawing; katarsis; konflik; konfrontasi; penghayatan;tubuh. Body, Body, BodyAbstract. The body is a representation of the individual identity. Body shape is different from one individual to another. Each form can be easily identified and interpreted not only visually but also by other values that follow. Values and norms toward body shape are valued based on the prevailing social order. Therefore, shapes and values of the perfection of the body are not absolute. However, rating and explaining the body can indirectly affect the perspective and understanding of the individual's own body. Creating art images of the body by the author is a form of appreciation and recognition even deeper into the body of the author herself. Disappointment and hatred of the imperfections of the author's body were confronted through intimacy which was conducted during the creation of the artwork images of this final work entitled 'Body, Body, Body'. The depiction of the body in this work shows body poses in detail and with realism, overall, both front and back, and added with abstract forms and details of the author's understanding of the body, using colored pencils as a medium for the author's depictions. This creation of drawings in this project, through a long process, provided space for the author to understand her own body. Through detailed shading, color, and proximity of detailed body shapes depicted perfectly, bringing the author to a more intimate space yet sometimes also more distant, about how the author finally accepted the understanding and the circumstances of the imperfections, disappointment, and hatred of the body of the author herself. Reflection and contemplation during the creation process brought the author to a more open realm; the author realizes the process of creating the work this time is a form of catharsis of the author in overcoming previous problems.Keywords: body; catharsis; conflict; confrontation; contemplation; drawing
Relational Art Work in Kampung Public Space through Found Object in Bandung, West Java, Indonesia : Identity Through Public Art
Kampung is characteristic of living life that can be considered as a traditional settlement arrangement before the advent of modern settlement planning, especially in Indonesia. Kampung can be a source of civilization, creativity and culture of the city because of the conditions and limitations that exist. Locality contained in the order of the village will give character to the further development of the space, through the deepening of public character, the potential social, economic and cultural will produce a modern character of the hometown. Relational art practices are able to bridge the peculiarities of public character and development of artistic discourse in the visual arts packing date. The use of material findings (found object) located in the area around kampung will facilitate the preparation of semiotics as a visual language in the work, the proximity of the material with the public and public understanding in the room they will make the work of a strong public space. Keywords: kampung, relational art, found object, public ar
Spirituality, Art, and Islamic Mysticism
The general way taken by human beings in exploring the nature beyond their knowledge in order to obtain the deepest understanding is conducted by referring to religions for they do believe that knowledge directly comes from the Source that is manifested in His Revelation. In one religion, there are many channels can be chosen, one among the others is the mystical way, a âway of exercising a religionâ that is emphasizing on spiritual experience. In Islamic terminology, it is called Tasawuf. Besides religion, there is another mode that is believed to possess similar characteristics, i.e. art. Parallel to tasawuf, in solving problems art is experience-driven as Nasr (193:37) says, âthere is no art without knowledgeâ (ars sine scientia nihil). One of art natures is its subject matter to disclose the meaning of beauty or to study beauty as a journey toward the state of knowing so as beauty in art is the knowledge itself. In Islamic dogma the source of knowledge is God as Haqiqah (the core of revelation). However, if tasawuf and art have something in common and intersecting, for art especially even if it âtalksâ about God it does not mean that the subject matter refers to religion. There are art discourses whose subject matter seems to express something religious, yet in its manifestation Godâs name does not mentioned at all. Meanwhile, art that is created by anchoring it to religion automatically will refer to God as a knowledge source. It is what it is because there is no religion that does not use Godâs name in its dogma (whatever the name the religion uses to name Him). Keywords: spirituality, knowledge, tasawuf, experience, Haqigah
Instalasi Buku dari Batu sebagai Representasi Reinkarnasi Ilmu dalam Pengkaryaan Tiga Dimensi Seni Patung Kontemporer
Penemuan tulisan telah membawa cahaya peradaban kedalam kehidupan manusia, penemuan yang telah ada lebih dari 5000 tahun yang lampau tersebut memungkinkan pelestarian buah pikiran maupun pengalaman, dan pewarisan kebijaksanaan yang telah diperoleh kepada generasi berikutnya. Tulisan-tulisan tersebut awalnya hanya berupa lembaran atau lempengan yang terpisah, namun seiring dengan perubahan jaman dan kebutuhannya maka lempengan batu dan tanah berubah menjadi lembaran kulit, daun, maupun kayu. Media kulit, kayu, serta daun kemuadian tidak lagi dipakai dan kertas menjadi media utama. Kumpulan kertas tersebut disatukan dalam jumlah yang banyak yang kita kenal saat ini sebagai wujud buku. Sesuai kebutuhan zamannya, wujud buku secara fisik sudah mengalami beberapa kali perubahan namun secara fungsi buku tetap sebagai medium untuk dibaca dan dituliskan sesuatu. Berdasarkan fakta tersebut, kita perlu menyadari bahwa peran buku selama sejarah manusia akan tetap sama, yaitu sebagai media transfer ilmu pengetahuan, baik dengan cara penulisan ilmiah, novel, dongeng, maupun ayat-ayat kitab suci. Peranan buku terhadap perubahan sangatlah signifikan. Berapa banyak buku yang dapat mempengaruhi pemikiran orang lain. Berapa banyak orang yang dapat dipengaruhi pikirannya oleh satu buku yang berkualitas. Berapa banyak perubahan yang diawali oleh satu tulisan. Buku sebagai objek karya merupakan kumpulan sebuah tulisan perwujudan buah pikiran maupun pengalaman yang tersusun dari berbagai kalimat, terdiri atas kata-kata yang terbentuk akibat susunan huruf dan menghasilkan makna. Secara harfiah buku itu sendiri terdiri atas sampul depan, halaman-halaman isi yang dilambangkan dengan tumpukan lembaran kertas, ketebalan jilid, judul buku dan pengarang pada sampul depan dan pada ketebalan jilid. Seiring perkembangan buku secara fisik, dari awal penciptaannya hingga kini, telah banyak tulisan tentang perasaan, ide,dan pengalaman diungkapkan. Selama itu pula telah tercipta interaksi secara fisik dan psikis antara manusia sebagai apresiator dengan buku. Manusia memegang peranan penting sebuah siklus kehidupan dalam ilmu pengetahuan yang dilandasi oleh keinginan dan ide-idenya. Hasrat dan imajinasi menjadi titik penting perkembangan kebudayaan dan peradaban manusia. Karya ini merupakan upaya untuk kembali mendekatkan apresiator dengan buku namun dengan kondisi visual yang berbeda karena telah mengartefak dan membatu.Kata kunci: artefak; buku; batu; ide; pengalaman; perjalanan; tulisan.Book Installation from Stone as a Scientific Reincarnation Representation in a Contemporary Three-dimensional Art SculptureThe invention of script, more than 5000 years ago, brought enlightenment to human civilization. Script enabled the transfer of ideas, experiences and wisdom to the next generation. The book is an arrangement of writings embodying ideas and experiences, containing words that convey meanings. The book as a physical object consists of the cover and the book block, i.e. a voluminous stack of paper sheets. The book's title and the author's name are printed on the cover and on the side of book. At first, script was enscribed on rocks or pieces of clay, but as time went by and needs changed, the rocks and clay were replaced by separate sheets of leather, leaves and wood. After some time, leather, wood and leaves were no longer used and paper became the mainstream medium. During its evolution, the appearance of the book has changed, but it has always essentially remained a medium for writing and reading. Books will always play the same role in human existence, i.e. as a knowledge transfer medium, either in the form of scientific publications, novels, fairy tales or holy scriptures. Through the influence of books, civilization has changed significantly. Many books have changed people's way of thinking, many people have been influenced by a good book, and many changes have occurred because of one single writing. Through all the physical changes of the book, from the very beginning until now, things have been written about feelings, ideas, and experiences. Through all this time, also a physical and psychological interaction between humans and the book was created. Human individuals have a large influence on the life cycle of knowledge, based on their desires and ideas. Passion and imagination are important triggers of change in cultures and civilizations. This artwork is a way of creating a physical interaction with the book by giving it a different visual appearance, that is by fossilizing the book.Keywords: artifact; book; experience; idea; journey; script; stone
Pengembangan Kreativitas dalam Berkarya Seni Rupa Melalui Teknologi Digital pada Masa Pandemi Covid-19
Situasi pandemi dapat disikapi sebagai salah satu tantangan untuk pengembangan kreativitas sehingga aktivitas berkesenian tetap bisa berjalan dengan baik. Salah satu di antaranya adalah dengan penerapan teknologi digital dalam berkarya seni rupa seperti yang ditunjukkan dalam pameran seni rupa yang bertajuk âLight Weekendâ. Kegiatan pameran yang diselenggarakan pada saat pandemi Covid-19 ini menjadi tantangan tersendiri untuk mengembangkan kreativitas melalui penerapan teknologi digital sesuai dengan gagasan dari setiap peserta. Penerapan teknologi digital dalam berkarya seni rupa tentu tidak hanya persoalan teknik penciptaan, tetapi juga sangat berkaitan dengan problem estetika dan kompleksitas digitalisasi itu sendiri. Penulis menggunakan metode etnografi yang fokus pada kajian terhadap pengalaman proses berkarya seni rupa dalam bentuk wawancara terhadap peserta pameran guna menelusuri relasi antara potensi teknologi digital dan problem estetika yang ditawarkan. Melalui pendekatan semiotika, ditelusuri relasi antara potensi teknologi digital dengan problem estetika yang ditawarkan. Dengan demikian, kekayaan unsur estetik yang tercipta melalui teknologi digital dapat menjadi salah satu alternatif bentuk kreativitas yang dikembangkan pascapandemi Covid-19.  During the COVID-19 pandemic, activities in various fields are still being strived to continue with work patterns and governance adapted to the pandemic situation. In the field of fine arts, the pandemic situation can be considered as one of the challenges for the development of creativity so that artistic activities can still run well. One of them is the application of digital technology in creating visual art as shown in the art exhibition entitled "Light Weekend" The exhibition, which was held during the COVID-19 pandemic, was a challenge in itself to develop creativity through the application of digital technology following the ideas of each participant. The application of digital technology in creating fine art is certainly not only a matter of creation technique but is also closely related to aesthetic problems and the complexity of digitalization itself. Through an ethnographic approach, some of the works in this exhibition are exploring how the uniqueness of artistic experience and the relationship between the potential of digital technology and the aesthetic problems offered. Thus, the wealth of aesthetic elements created through digital technology can be an alternative form of creativity developed after the COVID-19 pandemic