45 research outputs found

    Pertumbuhan Ikan Hias Banggai Cardinalfish (Pterapogon Kauderni) Pada Media Pemeliharaan Salinitas Yang Berbeda

    Full text link
    Ikan endemik Banggai cardinalfish Pterapogon kauderni (Koumans, 1933) umumnya dinilai terancam punah oleh permanfaatan sebagai ikan hias. Indonesia berkomitmen untuk menjamin kelestarian ikan dengan pola pemanfaatan berkelanjutan. Dalam rangka mendukung pengelolaan lestari ikan P. kauderni, dilaksanakan penelitian terhadap pengaruh salinitas terhadap pola pertumbuhan. Ikan uji berasal dari populasi introduksi di Teluk Palu. Penelitian terhadap pengaruh salinitas melengkapi penelitian sebelumnya pada kisaran salinitas 27-35 ppt. Kisaran ukuran awal panjang baku (SL) ikan uji berkisar antara 1,2 sampai 1,7cm, perlakuan salinitas yang diterapkan adalah: 16 ppt, 18 ppt, 20 ppt, 22 ppt, 24 ppt dan 26 ppt dengan 3 ulangan dan ikan sampel yang digunakan 5 ekor/ulangan (N=90). Berat tubuh (W) dan panjang baku (SL) diukur setiap 10 hari selama periode/masa pemeliharaan 60 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan mutlak selama periode penelitian P. kauderni juvenil terjadi penurunan seiring dengan penurunan salinitas (pada perlakuan), namun tidak berpengaruh nyata (Fhitung<Ftabel). Sintasan terjadi penurunan seiring dengan penurunan salinitas (pada perlakuan), salinitas ≤ 24 ppt berpengaruh nyata sampai sangat nyata

    PERTUMBUHAN IKAN HIAS BANGGAI CARDINALFISH (PTERAPOGON KAUDERNI) PADA MEDIA PEMELIHARAAN SALINITAS YANG BERBEDA

    Get PDF
    Ikan endemik Banggai cardinalfish Pterapogon kauderni (Koumans, 1933) umumnya dinilai terancam punah oleh permanfaatan sebagai ikan hias.  Indonesia berkomitmen untuk menjamin kelestarian ikan dengan pola pemanfaatan berkelanjutan. Dalam rangka mendukung pengelolaan lestari ikan P. kauderni, dilaksanakan penelitian terhadap pengaruh salinitas terhadap pola pertumbuhan. Ikan uji berasal dari populasi introduksi di Teluk Palu. Penelitian terhadap pengaruh salinitas melengkapi penelitian sebelumnya pada kisaran salinitas 27-35 ppt. Kisaran ukuran awal panjang baku (SL) ikan uji berkisar antara 1,2 sampai 1,7cm, perlakuan salinitas yang diterapkan adalah: 16 ppt, 18 ppt, 20 ppt, 22 ppt, 24 ppt dan 26 ppt dengan 3 ulangan dan ikan sampel yang digunakan 5 ekor/ulangan (N=90). Berat tubuh (W) dan panjang baku (SL) diukur setiap 10 hari selama periode/masa pemeliharaan 60 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan mutlak selama periode penelitian P. kauderni juvenil terjadi penurunan seiring dengan penurunan salinitas (pada perlakuan), namun tidak berpengaruh nyata (Fhitung<Ftabel). Sintasan terjadi penurunan seiring dengan penurunan salinitas (pada perlakuan), salinitas ≤ 24 ppt berpengaruh nyata sampai sangat nyata

    STRUKTUR UKURAN GLASS EEL IKAN SIDAT (Anguilla marmorata) DI MUARA SUNGAI PALU, KOTA PALU, SULAWESI TENGAH

    Get PDF
    Ikan sidat memiliki nilai ekonomis tinggi dan permintaan global semakin meningkat. Salah satu spesies yang memiliki nilai ekonomis tinggi adalah Anguilla marmorata. Sungai-sungai di Sulawesi Tengah umumnya terdapat populasi ikan sidat, selama ini penelitian cenderung terfokus pada Sungai dan Danau Poso dan ketersediaan data sangat kurang di sungai/danau lainnya, termasuk Sungai Palu. Salah satu jenis ikan sidat ukuran glass eel yang melakukan ruaya anadromous di Sungai Palu adalah Anguilla marmorata. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan menganalisa struktur ukuran glass eel ikan sidat (Anguilla marmorata) yang beruaya anadromous di Sungai Palu. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai April 2009 di muara Sungai Palu dan Laboratorium Sekolah Tinggi Perikanan dan Kelautan (STPL) Palu. Sampling glass eel dengan cara penangkapan menggunakan alat tangkap berupa seser (hand scoop net) ukuran mata jaring 1 mm. Setiap kali dilakukan penangkapan/pengumpulan sampel dilakukan pengukuran salinitas dan suhu air sungai. Salah satu cara yang umum digunakan dalam mengidentifikasi spesies glass eel adalah identifikasi berdasarkan karakter kunci Anal Dorsal Vertebrata (ADV) atau anodorsal vertebrae. Setelah glass eel diidentifikasi selanjutnya dilakukan pengukuran panjang dan berat. Setiap jenis yang teridentifikasi dimasukkan ke dalam akuarium yang terpisah.  Khusus jenis Anguilla marmorata dihitung jumlahnya dan dikelompokkan berdasarkan struktur ukuran panjang maupun  berat. Untuk mengetahui frekuensi rata-rata ukuran panjang total dan berat tubuh masing-masing populasi spesies tiap bulan dalam sampel hasil tangkapan glass eel, dianalisis menggunakan teknik histogram frekuensi, perhitungan rata-rata dan standar deviasi (Standard Deviation). Kisaran panjang total glass eel ikan sidat Anguilla marmorata yang tertangkap selama bulan Januari sampai April berkisar antara 4,1 sampai 5,0 cm dengan modus distribusi frekuensi berada pada kelas 4,5 sampai 4,8 cm. Secara keseluruhan frekuensi panjang total terbanyak 180 ekor (4,8 cm).  Rata-rata panjang total Anguilla marmorata yang ditemukan adalah 4,838 ± 0,023.  Kisaran berat tubuh Anguilla marmorata yang tertangkap selama bulan Januari sampai April adalah 0,04 sampai 0,15 gram dengan modus distribusi frekuensi berada  pada kelas ukuran 0,05 sampai 0,10 gram.  Secara umum frekuensi berat tubuh terbanyak terdapat pada kelas ukuran 0,10 gram sebanyak 130 ekor

    KAJIAN POTENSI BUDIDAYA ALGA MERAH (Gelidiella acerosa) DI TELUK PALU

    Get PDF
    Seiring dengan pertumbuhan penduduk global dan kemajuan teknologi, kebutuhan produk perikanan budidaya semakin meningkat, termasuk khususnya produksi global alga merah (Rhodophyta). Selain rumput laut yang telah umum dikembangkan seperti dari Genus Gracilaria, Euchema atau Kappaphyccus, masih banyak jenis yang memiliki nilai ekonomis sebagai bahan baku industri pangan dan pakan, farmasi, energi, cat, tekstil, kertas dan lainnya, namun belum dimanfaatkan sebagai komoditas ekonomi penting di Indonesia. Salah satu spesies alga merah dengan penyebaran asli di Indonesia yang dapat menghasilkan berbagai produk bernilai ekonomis tinggi adalah Gelidiella acerosa. Tujuan penelitian adalah untuk menyediakan data dan informasi mengenai potensi pengembangan budidaya alga merah Gelidiella acerosa di Sulawesi Tengah dengan fokus utama di Teluk Palu. Penelitian terdiri dari desk study dan uji-coba pemeliharaan Gelidiella acerosa yang dilaksanakan pada bulan Februari sampai Oktober 2010 di perairan Teluk Palu khususnya di perairan Kelurahan Watusampu, Kota Palu. Bibit G. acerosa dipelihara dalam wadah tertutup yang terbuat dari waring. Wadah tersebut dipasang pada 3 stasiun kedalaman yaitu: Stasiun I dekat permukaan (kedalaman sekitar 0,3 meter); Stasiun II (kedalaman 1 meter) dimana suhu cenderung lebih stabil; dan Stasiun III (kedalaman 2 meter) untuk menilai pengaruh penetrasi sinar matahari. Parameter utama yang diamati adalah sintasan, pertumbuhan dan kondisi bibit G. acerosa, serta parameter lingkungan terutama kualitas air. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Kondisi dinilai berdasarkan skala kondisi (Neish, 2005). Parameter utama yang diamati adalah: (i) Grazing: pemangsaan oleh herbivora; (ii) Bleaching = pemutihan; (iii) W.E.E.D = weed/gulma, epiphytes/tumbuhan penempel, epizoa/hewan penempel dan disease/penyakit. Empat kondisi pada skala tersebut adalah: kondisi hijau = baik; kondisi kuning = kurang baik; kondisi oranye = menghawatirkan; dan kondisi merah = sebagian besar mati atau akan mati dalam waktu dekat. Kondisi Green/Hijau harus bebas pemutihan dan pemangsaan yang berarti, penyakit, serta komponen WEED lainnya tidak ada atau hanya sedikit. Hasil yang diperoleh adalah bahwa Gelidiella acerosa, merupakan suatu alga merah bernilai ekonomi tinggi, dapat bertahan hidup dengan sintasan 100%. Laju pertumbuhan bibit pada kedalaman 0 sampai 30 cm sekitar 15,4% dan pada kedalaman 1 sampai 2 meter sekitar 12,5%. Hasil pengamatan tersebut sesuai hasil desk study bahwa pertumbuhan G. acerosa yang hendak dikembangkan dengan metode pembiakan vegetatif (stek) kurang baik. Dinilai dari aspek ekologi peluang pengembangan sebagai komoditas budidaya cukup baik namun diperlukan program riset untuk mengembangkan metode budidaya berdasarkan produksi tetraspora atau karpospor

    A preliminary study on the effect of enriching feed with fish oil on the growth and survival rate of climbing perch Anabas testudineus

    Get PDF
    The climbing perch (Anabas testudineus) is an economically valuable freshwater fish. Relatively slow growth has been a challenge in the domestication of this species in Indonesia. Nutrition, including feed lipid content, is one factor affecting growth. This study examined the effect of enriching feed with fish oil on the growth and survival of climbing perch (A. testudineus) fingerlings. The research was carried out at the Water Quality and Aquatic Biology Laboratory, Faculty of Animal Husbandry and Fisheries, Tadulako University, Palu, Central Sulawesi, Indonesia from 17 December to 18 January 2020. A completely randomized design (CRD) was used with 4 treatments and 5 replicates. The fish oil feed enrichment treatments were: A (control, 0%); B (1%); C (2%) and D (3%). Water quality remained within the optimum range throughout the research period. Over the month, climbing perch absolute weight gain ranged from 2.4±0.981 g (A) to 3.4 ± 0.836 g (D), while growth in length ranged from 0.404±0.092 cm (A) to 0.504±0.071 cm (D); however, the differences were not statistically significant (P0.05). The survival rate of climbing perch over the one month study period was 100% under all treatments, indicating that basic nutritional needs were met. Enrichment of a commercial feed with fish oil (Scott’s emulsion) at rates of 1-3% did not provide a significant benefit in terns of climbing perch fingerling growth

    PERTUMBUHAN DAN KADAR ALBUMIN IKAN GABUS (Channa striata) YANG DIBERI JENIS PAKAN SEGAR BERBEDA

    Get PDF
    Selama ini, ketersediaan ikan gabus (Channa striata) dipasaran masih mengandalkan hasil tangkapan di alam. Selain faktor teknis budidaya, kandungan albumin ikan gabus hasil tangkapan di alam lebih tinggi dari hasil budidaya. Budidaya ikan gabus secara terkontrol dengan pemberian pakan alami sesuai dengan lingkungan alaminya merupakan salah satu upaya untuk mengatasi kadar albumin yang rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis pakan alami (pakan segar) yang memberikan pertumbuhan dan kadar albumin tertinggi pada ikan gabus (C. striata) yang dibudidayakan secara terkontrol. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dengan mengujikan tiga jenis pakan segar (ikan nilem, cacing tanah, dan berudu), dan masing-masing diberi tiga kali ulangan. Benih ikan gabus (berukuran 8,54±1,85 g) dipelihara dalam baskom (diameter 48 cm dan tinggi 22 cm) yang telah diisi dengan air tawar sebanyak 6 L dengan kepadatan 3 ekor per wadah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian jenis pakan segar tidak memberikan pengaruh (p&gt;0,05) terhadap laju pertumbuhan spesifik harian, pertumbuhan bobot mutlak dan kelangsungan hidup benih ikan gabus dengan lama pemeliharaan 21 hari. Persentase kadar albumin lebih tinggi diperoleh pada benih ikan gabus yang diberi pakan segar jenis berudu (4,2%) dibandingkan cacing tanah (3,10%) dan ikan nilem (3,03%). Pakan segar jenis berudu dapat diterapkan untuk meningkatkan kadar albumin dalam pemeliharaan benih ikan gabus secara terkontrol.Selama ini, ketersediaan ikan gabus (Channa striata) dipasaran masih mengandalkan hasil tangkapan di alam. Selain faktor teknis budidaya, kandungan albumin ikan gabus hasil tangkapan di alam lebih tinggi dari hasil budidaya. Budidaya ikan gabus secara terkontrol dengan pemberian pakan alami sesuai dengan lingkungan alaminya merupakan salah satu upaya untuk mengatasi kadar albumin yang rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis pakan alami (pakan segar) yang memberikan pertumbuhan dan kadar albumin tertinggi pada ikan gabus (C. striata) yang dibudidayakan secara terkontrol. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dengan mengujikan tiga jenis pakan segar (ikan nilem, cacing tanah, dan berudu), dan masing-masing diberi tiga kali ulangan. Benih ikan gabus (berukuran 8,54±1,85 g) dipelihara dalam baskom (diameter 48 cm dan tinggi 22 cm) yang telah diisi dengan air tawar sebanyak 6 L dengan kepadatan 3 ekor per wadah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian jenis pakan segar tidak memberikan pengaruh (p&gt;0,05) terhadap laju pertumbuhan spesifik harian, pertumbuhan bobot mutlak dan kelangsungan hidup benih ikan gabus dengan lama pemeliharaan 21 hari. Persentase kadar albumin lebih tinggi diperoleh pada benih ikan gabus yang diberi pakan segar jenis berudu (4,2%) dibandingkan cacing tanah (3,10%) dan ikan nilem (3,03%). Pakan segar jenis berudu dapat diterapkan untuk meningkatkan kadar albumin dalam pemeliharaan benih ikan gabus secara terkontrol

    Growth of Banggai Cardinalfish Pterapogon kauderni Reared at Different Salinity in a Controlled System

    Get PDF
    The research was conducted to study the effect of salinity on the growth of Banggai Cardinalfish Pterapogon kauderni. The research was set up in completely randomized design with different salinity as the main variable, i.e. 27, 29, 31, 33 and 35 ppt with 4 replications. The result showed that the lowest salinity (27 ppt) resulted in the highest fish growth (1.625 g). Keywords : Growth, salinity, Banggai Cardinalfish   ABSTRAK Penelitian telah dilakukan  untuk mengetahui pengaruh salinitas terhadap pertumbuhan ikan kardinal banggai Pterapogon kauderni yang dipelihara dalam akuarium. Penelitian  menggunakan  Rancangan  Acak   Lengkap  dengan 5 perlakuan salinitas, yaitu 27, 29, 31, 33 dan 35 ppt, masing-masing 4 kali ulangan.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan berat mutlak (1,625 g) tertinggi diperoleh pada salinitas 27 ppt. Kata kunci : Pertumbuhan, salinitas, Kardinal Bangga

    PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP GLASS EEL IKAN SIDAT (Anguilla marmorata) YANG DIPELIHARA DALAM MEDIA BERSALINITAS BERBEDA

    Get PDF
    Peningkatan salinitas pada media budidaya pembesaran glass eel ikan sidat (Anguilla marmorata) perlu dilakukan sebagai pengalihan energi yang digunakan untuk osmoregulasi menjadi energi yang digunakan untuk pertumbuhan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pertumbuhan dan kelangsungan hidup glass eel ikan sidat (Anguilla marmorata) yang dipelihara dalam media bersalinitas berbeda. Penelitian dilakukan di Laboratorium Perikanan/Budidaya Perairan Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas Tadulako, Palu, Sulawesi Tengah. Penelitian dirancang dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) menggunakan 5 (lima) perlakuan yang masing-masing diulang sebanyak 4 (empat) kali sehingga diperoleh 20 unit percobaan. Perlakuan tersebut adalah S0 (kontrol), S3 (salinitas 3 ppt), S6 (salinitas 6 ppt), S9 (salinitas 9 ppt) dan S12 (salinitas 12 ppt). Hasil penelitian menunjukan pertumbuhan terbaik bobot rata-rata glass eel ikan sidat (Anguilla marmorata) pada perlakuan salinitas 3 ppt dengan nilai 0,8 g, pertumbuhan terbaik panjang rata-rata pada salinitas 3 ppt dengan nilai 4,96 cm dan kelangsungan hidup terbaik pada perlakuan 6 ppt dengan presentasi 94,16%
    corecore