74 research outputs found

    PATTERNS OF MORPHOMETRIC VARIABILITY IN THREE STOCKS OF FARMED TIGER SHRIMP, Penaeus monodon, IN INDONESIA AND ITS APPLICATION FOR SELECTIVE BREEDING

    Get PDF
    Program perbaikan genetik secara konvensional mengandalkan dan mengeksploitasi pola-pola dan besarnya keragaman genetik pada karakter fenotipik sehingga pemahaman tentang kedua aspek tersebut sangat penting. Penelitian ini ditujukan untuk mengeksplorasi pola dan besarnya keragaman pada beberapa karakter fenotipik udang windu dan mengetahui karakter fenotipik terbaik untuk seleksi peningkatan bobot tanpa kepala. Tiga stok udang windu hasil budidaya di tambak yang masing-masig merupakan keturunan induk udang windu dari perairan Aceh, Cilacap dan Sumbawa dikoleksi dan diukur keragaman pada 22 karakter morfometriknya. Pola-pola keragaman antar karakter fenotipik dianalisis secara deskriptif sedangkan pola keragaman antar stok dianalisis menggunakan uji F. Eksplorasi untuk mendapatkan karakter fenotipik terbaik penduga bobot dilakukan dengan uji koefisien korelasi dan regresi berganda. Keragaman antar karakter fenotipik sangat ditentukan jenis karakter fenotipik yang diukur. Keragaman pada karakter yang diukur dengan satuan berat dua kali lebih besar dari pada keragaman karakter yang diukur dengan satuan panjang. Dengan beberapa perkecualian, urutan tingkat keragaman karakter fenotipik antar stok dari rendah ke tinggi adalah Aceh, Cilacap dan Sumbawa. Pada pembandingan berpasangan, banyaknya karakter fenotipik yang berbeda nyata terbanyak pada pembandingan antara Aceh dengan Cilacap dan Aceh dengan Sumbawa sedangkan yang paling sedikit terdapat pada pembandingan antara Cilacap dengan Sumbawa. Karakter morfometrik yang paling baik dalam menjelaskan keragaman bobot tanpa kepala adalah panjang parsial, lingkar abdomen anterior, lingkar abdomen posterior, dan endopod. Implikasi dari hasil-hasil penelitian ini dalam kaitan dengan program perbaikan genetik didiskusikan.Kata kunci: karakter morfometrik, program perbaikan genetik, udang windu, Penaeus monodon

    RESPON UDANG VANNAME (Litopenaeus vannamei) TERHADAP MEDIA AIR LAUT YANG BERBEDA

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk melihat respon udang vaname (Litopenaeus vannamei) terhadap berbagai media air laut buatan. Respon yang dimaksud pada penelitian ini adalah tingkat kelangsungan hidup dan laju pertumbuhan harian. Media air laut buatan ini meliputi campuran air laut dengan larutan garam krosok, air laut pekat yang diencerkan serta pembuatan artificial sea water dari campuran berbagai mineral dan unsur- unsur kimia lainnya. Parameter yang diamati meliputi tingkat kelangsungan hidup (survival rate/SR) dan laju pertumbuhan (growth rate). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa SR berturut-turut pada media kontrol (air laut), artificial sea water, air laut pekat yang diencerkan dan campuran garam krosok dengan air laut masing-masing sebesar 87, 82, 60 dan 55%. Sidik ragam menunjukkan bahwa ada perbedaan nyata antar perlakuan terhadap kelangsungan hidup udang vaname pada taraf kepercayaan 95%. Laju pertumbuhan harian individu tertinggi pada media budidaya berturut-turut yaitu media kontrol, artificial sea water, air laut pekat dan larutan garam krosok masing-masing sebesar 13.3002%, 13.0118%, 12.2022% dan 10.6384%. Sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan memberikan perbedaan nyata terhadap laju pertumbuhan harian individu udang vaname pada taraf kepercayaan 95%.Kata kunci: udang putih, pertumbuhan, air laut buatan

    VARIASI GEOGRAFIK DALAM STRUKTUR GENETIK POPULASI IKAN KAKAP MERAH, Lutjanus malabaricus (LUTJANIDAE) DAN INTERAKSI LINGKUNGAN DI LAUT JAWA

    Get PDF
    Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui struktur genetik populasi ikan kakap merah (Lutjanus malabaricus;LUTJANIDAE). Struktur genetik dianalisis berdasarkan polimorfisme mtDNA. Karakter polimorfisme diperoleh dari analisis RFLP (Restriction Fragment Length Polymorphism). Populasi contoh berasal dari lima populasi ikan di Laut Jawa, yaitu Blanakan, Batang, Banyutowo, Tuban dan Kotabaru. Berdasarkan tipe-tipe restriksi yang ditemukan, setiap tipe restriksi berbeda dalam jumlah situs dan fragmen restriksi. Telah teridentifikasi 5-6 haplotipe diversitas haplotipe (h) tingkat populasi bervariasi antara 0.60-0.76, dimana untuk populasi ikan di wilayah timur cenderung lebih tinggi. Didasarkan pada analisis jarak genetik terdapat tiga unit stok ikan Kakap merah di Laut Jawa: Unit stok 1, populasi Blanakan, Batang dan Banyutowo Unit stok 2populasi Kotabaru; dan Unit stok 3, populasi tuban.penstrukturan genetik demikian juga ditegaskan melalui analisis varian molekuler (AMOVA) yang menyatakan perbedaan sangat nyata antara   varian genetik populasi Tuban dengan keempat populasi lainnya. Dari fakta adanya pengelompokkan struktur genetik populasi ini, strategi manajemen perikanan sebaiknya dilaksanakan secara lokal menurut unit stokKata kunci: kakap merah, populasi eenetik, Laut Jawa

    Variasi Geografik dalam Struktur Genetik Populasi Ikan Kakap Merah, Lutjanus Malabaricus (Lutjanidae) dan Interaksi Lingkungan di Laut Jawa

    Full text link
    Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui struktur genetik populasi ikan kakap merah (Lutjanus malabaricus;LUTJANIDAE). Struktur genetik dianalisis berdasarkan polimorfisme mtDNA. Karakter polimorfisme diperoleh dari analisis RFLP (Restriction Fragment Length Polymorphism). Populasi contoh berasal dari lima populasi ikan di Laut Jawa, yaitu Blanakan, Batang, Banyutowo, Tuban dan Kotabaru. Berdasarkan tipe-tipe restriksi yang ditemukan, setiap tipe restriksi berbeda dalam jumlah situs dan fragmen restriksi. Telah teridentifikasi 5-6 haplotipe diversitas haplotipe (h) tingkat populasi bervariasi antara 0.60-0.76, dimana untuk populasi ikan di wilayah timur cenderung lebih tinggi. Didasarkan pada analisis jarak genetik terdapat tiga unit stok ikan Kakap merah di Laut Jawa: Unit stok 1, populasi Blanakan, Batang dan Banyutowo Unit stok 2populasi Kotabaru; dan Unit stok 3, populasi tuban.penstrukturan genetik demikian juga ditegaskan melalui analisis varian molekuler (AMOVA) yang menyatakan perbedaan sangat nyata antara varian genetik populasi Tuban dengan keempat populasi lainnya. Dari fakta adanya pengelompokkan struktur genetik populasi ini, strategi manajemen perikanan sebaiknya dilaksanakan secara lokal menurut unit sto

    Patterns of Morphometric Variability in Three Stocks of Farmed Tiger Shrimp, Penaeus Monodon, in Indonesia and Its Application for Selective Breeding

    Full text link
    Program perbaikan genetik secara konvensional mengandalkan dan mengeksploitasi pola-pola dan besarnya keragaman genetik pada karakter fenotipik sehingga pemahaman tentang kedua aspek tersebut sangat penting. Penelitian ini ditujukan untuk mengeksplorasi pola dan besarnya keragaman pada beberapa karakter fenotipik udang windu dan mengetahui karakter fenotipik terbaik untuk seleksi peningkatan bobot tanpa kepala. Tiga stok udang windu hasil budidaya di tambak yang masing-masig merupakan keturunan induk udang windu dari perairan Aceh, Cilacap dan Sumbawa dikoleksi dan diukur keragaman pada 22 karakter morfometriknya. Pola-pola keragaman antar karakter fenotipik dianalisis secara deskriptif sedangkan pola keragaman antar stok dianalisis menggunakan uji F. Eksplorasi untuk mendapatkan karakter fenotipik terbaik penduga bobot dilakukan dengan uji koefisien korelasi dan regresi berganda. Keragaman antar karakter fenotipik sangatditentukan jenis karakter fenotipik yang diukur. Keragaman pada karakter yang diukur dengan satuan berat dua kali lebih besar dari pada keragaman karakter yang diukur dengan satuan panjang. Dengan beberapa perkecualian, urutan tingkat keragaman karakter fenotipik antar stok dari rendah ke tinggi adalah Aceh, Cilacap dan Sumbawa. Pada pembandingan berpasangan, banyaknya karakter fenotipik yang berbeda nyata terbanyak pada pembandingan antara Aceh dengan Cilacap dan Aceh dengan Sumbawa sedangkan yang paling sedikit terdapat pada pembandingan antara Cilacap dengan Sumbawa. Karakter morfometrik yang paling baik dalam menjelaskan keragaman bobot tanpa kepala adalah panjang parsial, lingkar abdomen anterior, lingkar abdomen posterior, dan endopod. Implikasi dari hasil-hasil penelitian ini dalam kaitan dengan program perbaikan genetik didiskusikan

    Perspective on Institutional Legitimacyof Sea-ranching at Seribu Island-Jakarta

    Get PDF
    ABSTRACTThe main problem of shallow water fisheries is overfishing. To improve fishing capacity of overfished fisheries is potentially by implementing sea ranching. Sea ranching isa process of releasing juvenile to certain enclose marine water under process of put-grow-take system. Two crucial aspects for implementing sea-ranching system are space management and access control of fishermen to fisheries resources. Implementation of this concept needsstrong legitimated institution. This paper is aimed to analysis legitimation issues of sea ranching institution at Semak Daun shallow water in Seribu Island-Jakarta base on legitimacy theory both of legal-substantial and sociopolitic-cognitive perspective.Legitimacy is heavily perception matter, which is assumed that institution body is allowed to take expected, proper and right actions. The legitimated sea ranching institutionrequires a powerful authority to develop regulations and to take enforcement actions. For doing so, itmust meet political, regulative, scientific and morality reasons. For complementary that institution also needs to be supported by institutional pillars including regulative, normative and cognitive perspectives. Results of this analysis will be one of references to develop implementing institution of sea ranching at study site.Keywords: institutional legitimacy, overfishing, sea-ranching, shallow waterABSTRAKProblem utama perikanan perairan dangkal adalah tangkap lebih.Untuk meningkatkan produktivtas perikanan yang tangkap lebih dapat dilakukan dengan menerapkan sea ranching. Sea ranching adalah pelepasan juvenil yang dibudidayakan ke lingkungan laut tertutup dalam sistem lepas-tumbuh-panen. Dua aspek krusial penerapansea-ranching adalah tata ruang dan pengendalian akses nelayan pada sumberdaya. Implementasi sea ranchingmemerlukan kelembagaan yang mempunyai legitimasi kuat. Artikel ini bertujuan untuk menganalisis isu-isu legitimasi kelembagaan sea ranching pada perairan dangkal Semak Daun di Kepulaun Seribu-Jakarta dalam pandangan teoritis baik dalam perspektif legal-substansial dan sosial politik-koginitif. Legitimasi lebih merupakan persoalan persepsi, yang diasumsikan bahwa lembaga diijinkan untuk melakukan suatu tindakan yang yang diharapkan, tepat dan benar. Lembaga pengelola sea ranching yang legitimatif membutuhkan kewenangan yang kuat untuk menyusun peraturan dan melakukan tindakan penegakannya. Untuk itu, kelembagaan sea ranching harus memenuhi alasan politis, regulatif, ilmiah, dan moralitas. Untuk melengkapinya, kelembagaan tersebut juga membutuhkan dukungan pilar-pilar kelembagaan yang mencakup perspektif regulatif, normatif dan kognitif.Hasil analisis ini dapat menjadi salah satu rujukan untuk membangun kelembagaan implementasi sea ranching di lokasi studi.Kata kunci: legitimasi kelembagaan, perairan dangkal, sea-ranching, tangkap lebi

    GENETIC DIFFERENTIATION OF THE KAMPAR RIVER'S GIANT FEATHERBACK (Chitala lopis BLEEKER 1851) BASE ON MITOCHONDRIAL DNA ANALYSIS

    Get PDF
    Although the giant featherback Chitala lopis is an important fish in Kampar River, the population structure has not been investigated. In this study, genetic diversity and population structure of giant featherback were examined using nucleotide sequence analysis of mitochondrial DNA control region for 54 fish collected from Kampar River

    ANALISIS KERAGAMAN GENETIK BEBERAPA POPULASI IKAN BATAK (Tor soro) DENGAN METODE RANDOM AMPLIFIED POLYMORPHISM DNA (RAPD)

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman genetik ikan batak dari beberapa lokasi yang berbeda. ikan batak yang digunakan dalam penelitian ini di kumpulkan dari sungai tarautung , sungai Baho-rok. sungai Aek Sirambe dan sungai asahan dinprovinsi sumatera utara , dan dari kabupaten sumedang,jawa barat . penelitian ini menggunakan metode random Amplified Polymorphism DNA (RPAD). Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai rata-rata heterrozzygote adalah antara 0.0909-0.1407. populasi ikan batak dari tarutung bahorok memiliki jarak genetik paling dekat dengan nilai 0.1272 dan populasi ikan batak dari asahan dan aek sirambe memiliki jarak genetik paling jauh dengan nilai 0.3106 dari dendogram jarak genetik terlihat bahwa terjadi dua pengelompokan populasi , kelompok pertama terdiri dari populasi tarutung, bahorok dan asahan, dan kelompok kedua terdiri dari populasi sumedang dan Aek Sirambe Kata Kunci: ikan batak, Tor soro ,RAP
    corecore