81 research outputs found

    Perbedaan Core Stability Exercise Secara Berkelompok dan secara individual untuk mengurangi nyeri Low Back Pain (LBP) Pada Pekerja Kuli Angkut Kayu Di Pacitan

    Get PDF
    Background: Low back pain (LBP) is a pain in the back between the lower corner of the costal (rib) until the lumbosacral (about coccyx). Pain can also spread to other areas such as the upper back and groin (Rakel, 2002). LBP or lower back pain is one of musculoskeletal disorders caused by the activity of the body that are less good (Maher, et al 2002). LBP classified into two groups, namely chronic and acute. Acute LBP will happen in less than 12 weeks. While chronic LBP occurs within 3 months. Objective: To determine differences in the provision of core stability exercises exercise in groups and individually to reduce pain Low Back Pain in workers porters teak in Pacitan. Methods: The study is Quasi Experiment is often called a quasi-experimental. Called quasi-experimental because not all external variables controlled by the researcher (Budiharto 2006) .Types research conducted with Pre and Post Test Two Groups Design. Results and Conclusion: Based on the test sign test showed that the value of p <0.05 then there is a difference between the exercise CSE individuals and groups. Exercise Core Stability Exercise is done by two methods, namely by groups and individuals. Advantages of individual exercises in which patients can exercise whenever and wherever accordance with the wishes of the patient (Sri, 2010). There are differences in the delivery of core stability exercises exeercise to groups and individuals to reduce the pain of low back pain in workers porters teak in Pacitan. This is evidenced by the value of the provision of core stability exercise in individuals is lower than the value of gifts core stability exercise in groups

    Pengaruh Masa Paparan Debu Kayu Dan Uap Thinner Terhadap VO2MAX Pada Tenaga Kerja Industri Mebel Di Jepara

    Get PDF
    Proses penghalusan produk mebel cenderung menghasilkan polusi berupa debu kayu. Proses finishing produk mebel menghasilkan polusi berupa uap thinner. Resiko yang dihadapi oleh tenaga kerja pada proses penghalusan dan finishing adalah terpapar debu kayu dan uap thinner selama bekerja. Akumulasi debu dan uap thinner dalam paru dapat menurunkan elastisitas paru yang menyebabkan kapasitas vital paru menurun. Penurunan kapasitas vital paru dapat mengakibatkan berkurangnya suplai konsumsi oksigen atau VO2Max ke dalam jaringan tubuh. Berkurangnya VO2Max juga dapat mempengaruhi dalam proses pemakaian energi untuk melakukan pekerjaan. Sehingga kemampuan kerja fisik tenaga kerja mebel dapat menurun dan berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Tujuan : Untuk mengetahui pengaruh masa paparan debu kayu dan uap thinner terhadap VO2Max pada tenaga kerja industri mebel di Jepara. Metode: penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional menggunakan metode comparative design. Hasil dan Kesimpulan : Analisa penelitian ini menggunakan uji Fisher pada kelompok yang terpapar debu kayu dan uap thinner. Kelompok yang terpapar debu kayu memperoleh nilai p = 0,019 dimana (p < 0,05), yang artinya ada pengaruh antara masa paparan debu kayu dengan nilai VO2Max pada tenaga kerja industri mebel Muji Jati di Jepara. Sedangkan kelompok yang terpapar uap thinner memperoleh nilai p = 0,013 dimana (p < 0,05), yang artinya ada pengaruh antara masa paparan uap thinner dengan nilai VO2Max pada tenaga kerja industri mebel Muji Jati di Jepara. Pada uji beda pengaruh menggunakan Independent-Sample T Test diperoleh nilai p = 0,633 dimana (p > 0,05) dan perbedaan rata-rata 0,045, yang artinya tidak ada beda pengaruh antara masa paparan debu kayu dan uap thinner terhadap VO2Max pada tenaga kerja industri mebel Muji Jati di Jepara dan tenaga kerja yang terpapar uap thinner memiliki rata-rata nilai VO2Max 0,647 kali lebih rendah dari pada tenaga kerja yang terpapar debu kayu

    Pengaruh Harmonisasi Otak Terhadap Peningkatan Koordinasi Pasien Pasca Stroke

    Get PDF
    Latar belakang: Jumlah penderita stroke di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun, bahkanpenyakit ini sudah menjadi pembunuh nomor 3 di Indonesia setelah penyakit infeksi dan jantung koroner. Problematika pasca stroke ini umumnya adalah kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh atau hemiparese, gangguan sensoris yang mengakibatkan kelainan sensibilitas, perasaan gerak dan gangguan koordinasi. Salah satu solusi untuk memperbaiki fungsi koordinasi adalah mengharmonisasikan otak pada masa regenerasi saraf pasca stroke. Aktifasi saraf melalui harmonisasi otak dapat menstimulasi pembentukan zat-zat yang penting untuk pertumbuhan sel saraf. Tujuan: Mengetahui pengaruh harmonisasi otak terhadap peningkatan koordinasi pada pasien pasca stroke. Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan Single Case Research serta desain yang digunakan adalah A-B-A dengan jumlah sampel 2 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode Purposive Sampling yaitu dalam menetapkan sampel berdasarkan ciri-ciri dan karakteristik tertentu sesuai dengan kriteria inklusi. Hasil dan kesimpulan: Analisa penelitian ini menggunakan statistik deskriptif dengan tujuan memperoleh gambaran secara jelas tentang hasik intervensi dalam jangka waktu tertentu dengan menggunakan grafik garis sebagai suatu gambaran dari pelaksanaan dan hasil eksperimen. Berdasarkan analisa grafik bahwa latihan harmonisasi otak berpengaruh terhadap peningkatan koordinasi pasien pasca stroke dengan hasil peningkatan pada 2 responden yaitu 29,5% dan 27%

    Hubungan Physical Activity Terhadap Perubahan Physical And Mental Fatigue pada Relawan Covid-19 Di Yogyakarta

    Get PDF
    Latar Belakang: Ketidakpastian umum, ancaman kesehatan individu, serta tindakan karantina dapat memperburuk kondisi yang sudah ada sebelumnya seperti depresi, kecemasan, dan gangguan stress pasca trauma. Aktivitas fisik (Physical Activity) diketahui memberikan banyak manfaat dalam hal kesehatan, termasuk dalam menghadapi pandemic COVID-19, maka dari itu perlu bagi kita untuk mengetahui aktivitas fisik yang aman dilakukan pada masa pandemic COVID-19. Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan hubungan physical activity terhadap perubahan physical and mental fatigue pada relawan COVID-19 di Yogyakarta. Metode: penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif desain observasional. Responden berjumlah 30 Relawan dari Satuan Tugas Penanggulangan Penyebaran COVID-19 di Yogyakarta. Menggunakan teknik proportional random sampling. Pengambilan data menggunakan kuesioner dari NASA-TLX untuk pengukuran kelelahan fisik dan mental dan kuesioner GPAQ untuk mengetahui tingkat aktivitas fisik relawan COVID-19. Hasil: Hasil observasi menggunakan kuesioner menggunakan uji Rank Spearman didapatkan hasil nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,361 > 0 dan P sebesar 0,001 ≤ 0,05 yang berarti terdapat hubungan antara kelelahan fisik dan mental pada relawan COVID-19. Kesimpulan: Adanya hubungan physical activity terhadap perubahan physical and mental fatigue pada relawan COVID19 di Yogyakarta. Saran: Bagi peneliti selanjutnya untuk hasil yang lebih baik disarankan untuk melakukan penelitian ini dengan metode eksperimen, yang mana diharapkan dapat mengetahui secara valid dalam penelitian yang dilakukan

    Pengaruh Latihan Aerobik Terhadap Nilai Saturasi Oksigen Dalam Tubuh Pada Pemain Futsal di Universitas Muhammadiyah Surakarta

    Get PDF
    ABSTRAK PROGRAM STUDI S 1 FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI, 2015 IDIAL FITRIAN RAFANDI / J120141078 “PENGARUH LATIHAN AEROBIK TERHADAP NILAI SATURASI OKSIGEN DALAMTUBUH PADA PEMAIN FUTSAL DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA“ (Pembimbing : Dwi Rosella K., S.Fis, M.Fis, Sugiono.,S.Fis, MH.Kes) Latar Belakang Masalah: Saat ini olahraga futsal sedang popular pada masyarakat Indonesia, bahkan menjamur hingga kekalangan mahasiswa.Untuk mencapai prestasi maksimal dalam olah raga futsal diperlukan beberapa faktor.Faktor-faktor tersebut menurut Harsono(2001:100) yaitu ada empata spek yang perlu diperhatikan dan dilatih oleh atlit, yaitu (a) Latihan fisik (b) Latihan teknik (c) Latihan taktik dan (d) Mental, keempat latihan tersebut mutlak harus dimiliki atlit futsal.Salah satu faktor diatas untuk mencapai prestasi maksimal dalam olah raga futsal adalah dengan menggunakan Latihan Fisik.Melihat dari masalah diatas fisioterapi sebagai tenaga kesehatan yang bergerak dalam bidang kapasitas fisik dan kemampuan fungsional serta meningkatkan derajat kesehatan salah satunya dengan memberikan latihan olah raga. Salah satu bentuk latihan olah raga yang dapat diberikan fisioterapi adalah latihan aerobik. Tujuan:Untukmengatahuipengaruhlatihanaerobikterhadapkonsumsioksigendalamtubuh pada pemain futsal. MetodePelnelitian :Penelitian ini menggunakan dengan pendekatan eksperimen semu (quasi eksperimen) menggunakan rancangandesain penelitian pre and post test without control design. Populasi dan Sampel: Populasi penelitian adalah mahasiswa pemain futsal yang yang melakukan latihan aerobik 2 kali seminggu selama 2 minggu berjumlah 30 orang. Pengambilan sampel penelitian dengan menggunakan purposive sampling. Sampel penelitian yang sudah terpilih berdasarkan kriteria inklusi berjumlah 16 orang. Subyek penelitian dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan yang berjumlah 8 orang dan kelompok kontrol yang berjumlah 8 orang. Analisa Data: Analisis menggunakan Wilcoxon testuntuk mengetahui pengaruh pre and post testpada kelompok perlakuan. Untuk uji beda post test pada kelompok perlakuan menggunakan mann-whitney test. Hasil : Uji statistik kelompok perlakuan pada nilai saturasi oksigen dengan uji Wilcoxon didapatkan nilai p = 0,01 yang berarti latihan aerobik berpengaruh terhadap peningkatan nilai saturasi oksigen pada pemain futsal. Pada uji Mann- Whitney didapatkan nilai p = 0,0001 yang artinya ada perbedaan pengaruh setelah dilakukan senam tai chi terhadap peningkatan keseimbangan dinamis dan penurunan faktor resiko jatuh pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Kata Kunci : Latihan Aerobik, Saturasi Oksigen xiv ABSTRACT S1 PROGRAM STUDY OF PHYSIOTHERAPY HEALTH SCIENCE FACULTY MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF SURAKARTA MINITHESIS, 2014 IDIAL FITRIAN RAFANDI / J120141078 "EFFECT OF AEROBIC EXERCISE ON THE CONSUMPTION OF OXYGEN IN THE BODY OF FUTSAL PLAYERS IN MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF SURAKARTA " (Guided by: Dwi Rosella K., S.Fis, M.Fis. Sugiono., S.Fis, MH.Kes.) Background: Currently futsal sport being popular in Indonesian society, even mushroomed up to the students. To achieve maximum performance in sport futsal takes several factors. These factors, according Harsono (2001: 100) that there empata spec that need to be considered and trained by athletes, namely (a) Exercise (b) Exercise technique (c) Exercise of tactics and (d) Mental, the fourth such exercise absolute must owned futsal athletes. One of these factors to achieve maximum performance in sport futsal is to use the Physical Exercise. See from the above problems physiotherapy as health workers engaged in physical capacity and functional capabilities as well as improve the health of one of them by giving sports training. One form of exercise training can be given physiotherapy is aerobic exercise. Objective: To know the effect of aerobic exercise on the body's oxygen consumption at futsal players. Methods: This study used a quasi-experimental approach (quasi) using the draft design study pre and post test without control design. Population and Sample: The study population are students futsal players who perform aerobic exercise two times a week for 2 weeks were 30 people. The sampling study using purposive sampling. Samples studies that have been selected based on inclusion criteria amounted to 15 people. Data Analysis: An analysis using the Wilcoxon test to determine the effect of pre and post test in the treatment group. For different test post-test in the treatment group using the Mann-Whitney test. The subjects were divided into two groups: the treatment group, amounting to 8 people and the control group, amounting to 8 people. Results: Statistical test treatment group on the oxygen saturation value by Wilcoxon p value = 0.01 which means aerobic exercise influence on the increase in value of the oxygen saturation in futsal players. On the Mann-Whitney test p value = 0.0001, which means there are differences in the effect after exercise tai chi to increased dynamic balance and decrease risk factors fall in the treatment group and the control group. Keywords: Aerobic Exercise, Oxygen Saturas

    EFEKTIVITAS WORKPLACE EXERCISE DAN ISTIRAHAT PENDEK TERHADAP UPPER CROSS SYNDROME AKIBAT REPETITIVE MOTION : NARRATIVE REVIEW

    Get PDF
    Latar Belakang: Upper cross syndrome adalah pola disfungsional postural umum yang menggambarkan disfungsi tonus otot disekitar shoulder atau cervicothoracic sehingga menyebabkan muscle imbalance dan abnormal postur. Upper cross syndrome biasanya disebabkan oleh sesi kerja yang terlalu lama, posisi statis yang berkelanjutan dan repetitive motion dengan poor posture. Pengukuran menggunakan DASH kuisioner menunjukan hasil 65 % karyawan mengeluh upper cross syndrome dari grade ringan sampai berat, sehingga dapat mempengaruhi kualitas kerja dan produktivitas karyawan. Salah satu cara untuk menangani keluhan upper cross syndrome yaitu dengan pemberian workplace exercise dan istirahat pendek. Tujuan: Untuk mengetahui efektivitas workplace exercise dan istirahat pendek terhadap upper cross syndrome akibat repetitive motion berdasarkan 11 jurnal narrative review. Metode: Jenis penelitian ini adalah narrative review, dimana pencarian literatur melalui PEDro, APTA dan Google Schoolar yaitu jurnal ilmiah yang diterbitkan minimal pada tahun 2010. Strategi pencarian menggunakan kata kunci dengan format PICO, kemudian di pilih berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi. Hasil studi literatur dari 3 database didapat 30 artikel yang dianggap bisa memberikan kontribusi data artikel terkait hasil yang ingin dicapai penulis. Tahap selanjutnya dilakukan penyaringan data termasuk duplikasi artikel, screening abstrak, full text, dan flowchart sehingga meninggalkan 11 artikel untuk dilakukan review akhir. Artikel yang telah didapat dan sesuai dengan topik penelitian, selanjutnya dilakukan ekstraksi data. Hasil: Workplace exercise dan istirahat pendek sama-sama memiliki efektivitas terhadap upper cross syndrome akibat repetitive motion tapi berdasarkan analisis 11 jurnal workplace exercise memiliki efektivitas yang lebih tinggi, dibuktikan dengan nilai (p <0,05) pada 4 jurnal sedangkan untuk istirahat pendek hanya 3 jurnal. Kesimpulan: Ada efektivitas workplace exercise dan istirahat pendek terhadap upper cross syndrome akibat repetitive motion. Saran: Penelitian ini dapat dijadikan evidance based fisioterapi dalam menangani keluhan upper cross syndrome khususnya workplace exercise yang memiliki pengaruh lebih tinggi

    Perbedaan Vo2Max Pada Perokok Yang Tinggal Di Daerah Pegunungan Dan Dataran Rendah Di Kabupaten Boyolali

    Get PDF
    Background: Accumulated kanduangan smoke in the lungs can reduce lung elasticity which causes lung vital capacity decreased. The decline in vital capacity of the lung can result in reduced oxygen supply to the tissues. The condition, plus the living conditions will affect the person's physiology. PO2 difference between mountainous areas and lowlands will affect hemoglobin levels and lung capacity, both of which are a deciding factor VO2max values. Objective: To menggetahui VO2max difference in smokers who live in the area pegununggan and low-lying areas in the district boyolali. Methods: This study is a research type of research is an observational study, with crosss sectional approach. The study design using one test shoot. Results and Conclusions: The analysis of this study using the test shepiro Wilk test on a group of smokers who live in the area pegununggan and smokers who live in low-lying areas .. The group of smokers area pegununggan acquire wherein p = 0.628 (p> 0.05). While the group of smokers who live in the lowlands acquire wherein p = 0.683 (p> 0.05), which means that there are differences in VO2max values in smokers who live in the area and smokers pegununggan low-lying areas in the district Boyolali.ini mean normal distribution so that the data this qualifies using T test test. In the test the difference of using Independent-sample T test obtained by value t = 2,661 0,010 denggan significant figures. Due to the significance of the numbers is less than 0.05, then conclude that there are no differences in VO2max in smokers who live in low-lying areas in pegununggan and Boyolali districts

    Pengaruh High Intensity Interval Training (HIIT) dan Continues Training Terhadap VOâ‚‚ Max Pada Pemain Basket Unit Bola Basket Universitas Muhammadiyah Surakarta

    Get PDF
    Background: The game of basketball is played for 40 minutes which is divided into four quarters, with each quarter consisting of 10 minutes. To play the game of basketball, it is necessary to have a lot of stamina which can be seen from the value VOâ‚‚ Max. There are different types of exercises to improve VOâ‚‚ Max, such as high intensity interval training (HIIT) and Continues training. Objective: The objective is to know the difference between the effect of high intensity interval training (HIIT) and continues traning against VOâ‚‚ Max Of Basketball Players of Muhammadiyah University of Surakarta. Method: The method of this study uses pre and post tests of two groups designed, with a total sample of 9 basketball players as high intensity interval training (HIIT) group , and 10 players as continues training group taken using purposive sample.The high intensity interval training (HIIT) method is to run 30 seconds for the sprint interspersed with 30 seconds of jogging and is done alternately for 20 minutes. The continues training method is running at moderate intensity for 30 minutes. The duration of the exercise is as many as 3 times a week for 4 sundays. The measurement of the VOâ‚‚ Max is by using multistage fitness test, the comparative test data analysis using the wilcoxon signed ranks test and mann whitney test. Result: The results are the difference between pre-test and post-test in the group of high intensity interval training (HIIT) is 9.94, while the group continues training is 6.02. The result of statistic test, influences of high intensity interval training (HIIT) againts VOâ‚‚ with p = 0,008 and continues traning against VOâ‚‚ Max with p = 0,005. The difference from average VOâ‚‚ Max value from two groups with p = 0,040 Conclusion: High intensity interval training (HIIT) and Continues training increase the VOâ‚‚ Max High intensity interval training (HIIT)increase the VOâ‚‚ Max than Continues training Of Basketball Players of Muhammadiyah University of Surakart

    Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Low Back Pain Akibat Spondylosis Lumbal Dan Scoliosis Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta

    Get PDF
    Latar Belakang: Low Back Pain adalah nyeri yang terbatas pada regio lumbal, yang ditandai dengan peningkatan nyeri, keterbatasan gerak, penurunan kekuatan otot, dan keterbatasan fungsional. Modalitas yang diberikan pada kondisi ini Micro Wave Diathermy (MWD), Transcuteneous Electrical Nerve Stimulation (TENS), massage dan Terapi Latihan. Tujuan: Untuk mengetahui manfaat pemberian modalitas MWD, TENS, massage mengurangi nyeri, dan Terapi Latihan dalam meningkatkan LGS, meningkatkan kekuatan otot dan aktivitas fungsional. Metode: Metode fisioterapi yang digunakan dalam kasus tersebut yaitu dengan modalitas MWD, TENS, massage dan Terapi Latihan. Evaluasi dilakukan dengan metode pengukuran nyeri (VDS), pengukuran LGS (pita ukur), kekuatan otot (MMT), dan aktivitas fungsional (Skala Oswestry). Hasil: Setelah dilakukan 6 kali terapi didapatkan hasil penurunan nyeri tekan T1:nyeri ringan menjadi T6: tidak nyeri, nyeri gerak T1:nyeri begitu berat menjadi T6:tidak nyeri; peningkatan lingkup gerak sendi trunk, flexi T1:8 menjadi T6:10, ekstensi T1: 3 menjadi T6:2, lateral flexi dextra T1:4 menjadi T6:5, lateral flexi sinistra T1:5 menjadi T6:6; peningkatkan kekuatan otot, flexor T1:4 tetap T6:4, ekstensor T1:3 menjadi T6:4; peningkatan aktivitas fungsional T1: 53,3% menjadi T6: 37,7%. Kesimpulan: Pada kasus tersebut modalitas MWD, TENS, massage dan Terapi Latihan dapat menurunkan nyeri, meningkatkan LGS, meningkatkan kekuatan otot, dan peningkatan aktivitas fungsional

    PENGARUH MUSCLE ENERGY TECHNIQUE DAN MYOFASCIAL RELEASE TERHADAP PENINGKATAN FLEKSIBILITAS OTOT HAMSTRING PADA OLAHRAGAWAN DITINJAU DENGAN METODE NARRATIVE REVIEW

    Get PDF
    Latar Belakang: Fleksibilitas otot hamstring sebagai komponen penting dalam menurunkan risiko cedera. Ketegangan ataupun pemendekan pada otot hamstring menyebabkan fleksibilitas otot tersebut juga akan menurun. Penurunan fleksibilitas menandakan bahwa otot dan sendi terbatas untuk melakukan gerakan secara bebas dan efektif. Muscle energy technique dan Myofascial release merupakan intervensi untuk meningkatkan fleksibilitas otot. Tujuan: untuk mengetahui pengaruh muscle energy technique dan myofascial release terhadap peningkatan fleksibilitas otot hamstring pada olahragawan ditinjau dengan metode narrative review. Metode: jenis penelitian ini narrative review dengan mengumpulkan artikel yang sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi dan diidentifikasi menggunakan PICO. Pencarian artikel menggunakan keyword yang berkaitan dengan muscle energy technique dan myofascial release terhadap fleksibilitas otot hamstring melalui pencarian data base elektronik yaitu PubMed, Google Scholar, dan ScienceDirect. Hasil: 10 jurnal direview menunjukkan muscle energy technique dan myofascial release menghasilkan peningkatan langsung dalam fleksibilitas dan rentang gerak disebabkan oleh peningkatan toleransi terhadap peregangan. Kesimpulan: ada pengaruh muscle energy technique dan myofascial release dalam meningkatkan fleksibilitas otot hamstring pada olahragawan sebagai intervensi yang efektif
    • …
    corecore