First report of methicillin-resistant Staphylococcus aureus from cage-cultured tilapia (Oreochromis niloticus)

Swabs from the brain, eyes and kidneys of tilapia from 11 farms were collected for a period of 2 years. They were grown on blood agar before cultures of suspected Staphylococcus aureus were subjected to ABI STAPH Detection Kit and PCR for identification. They were then grown on oxacillin resistance screening agar base (ORSAB) and subjected to PCR using the MRSA 17 kb forward and reverse primers to identify the methicillin-resistant S. aureus (MRSA). A total of 559 isolates of Staphylococcus spp. were obtained, from which 198 (35%)isolates were identified as S. aureus. Of the 198 S. aureus isolated from tilapias, 98 (50%) were identified as methicillin-resistant S. aureus (MRSA). Since global spread of multidrug-resistant bacteria has increased in the past decade, this new finding in fish should be of concern

Realisasi Pembangunan Komposter Permanen di Pasar Desa Mutih Kulon, sebagai Solusi Permasalahan Sampah Pasar Desa

Desa Mutih Kulon merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Desa ini memiliki sebuah pasar desa yang aktif berkegiatan di pagi hari dan berkontribusi memutar perekonomian warga. Adanya pasar desa ini memberikan berbagai dampak, baik positif maupun negatif. Salah satu dampak negatif yang ditimbulkan dari eksistensi pasar desa ini adalah adanya gundukan sampah yang terletak di sudut pasar. Diperlukan adanya suatu upaya pengelolaan limbah pasar agar tidak menimbulkan bau yang tidak sedap, pemandangan yang tidak enak, dan sumber penyakit. Berangkat dari sebuah inisiasi yang digagas oleh kelompok KKN UNS “Membangun Desa” perangkat desa dan karang taruna bersama-sama merealisasikan pembangunan komposter permanen di pasar desa. Selain membangun komposter untuk pengelolaan sampah organik, juga dibangun tempat sampah untuk menampung sampah anorganik yang ada. Hasil dari kegiatan ini adalah lebih tertata nya penampungan sampah di pasar desa. Selain itu, produk sampingan dari adanya komposter ini adalah terciptanya pupuk organik yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat. Hal tersebut dapat memberikan manfaat untuk masyarakat sekitar yang masih banyak penduduk yang bekerja dalam bidang pertanian. Selain itu, hal ini juga memberikan dampak pada lingkungan yang lebih indah, nyaman dan sehat untuk warga Desa Mutih Kulon, khususnya yang aktif berkegiatan di sekitar pasar desa

Realisasi Pembangunan Komposter Permanen di Pasar Desa Mutih Kulon, sebagai Solusi Permasalahan Sampah Pasar Desa

Desa Mutih Kulon merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Desa ini memiliki sebuah pasar desa yang aktif berkegiatan di pagi hari dan berkontribusi memutar perekonomian warga. Adanya pasar desa ini memberikan berbagai dampak, baik positif maupun negatif. Salah satu dampak negatif yang ditimbulkan dari eksistensi pasar desa ini adalah adanya gundukan sampah yang terletak di sudut pasar. Diperlukan adanya suatu upaya pengelolaan limbah pasar agar tidak menimbulkan bau yang tidak sedap, pemandangan yang tidak enak, dan sumber penyakit. Berangkat dari sebuah inisiasi yang digagas oleh kelompok KKN UNS “Membangun Desa” perangkat desa dan karang taruna bersama-sama merealisasikan pembangunan komposter permanen di pasar desa. Selain membangun komposter untuk pengelolaan sampah organik, juga dibangun tempat sampah untuk menampung sampah anorganik yang ada. Hasil dari kegiatan ini adalah lebih tertata nya penampungan sampah di pasar desa. Selain itu, produk sampingan dari adanya komposter ini adalah terciptanya pupuk organik yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat. Hal tersebut dapat memberikan manfaat untuk masyarakat sekitar yang masih banyak penduduk yang bekerja dalam bidang pertanian. Selain itu, hal ini juga memberikan dampak pada lingkungan yang lebih indah, nyaman dan sehat untuk warga Desa Mutih Kulon, khususnya yang aktif berkegiatan di sekitar pasar desa

The effect of feed-based vaccination on tilapia farm endemic for streptococcosis

A tilapia farm experiencing endemic streptococcosis was selected to study the effect of vaccination with a feed-based vaccine on naturally ocurring streptococcosis. A total of 9000 red tilapia, Oreochromis niloticus × Oreochromis mossambicus of 100 ± 20 g were divided into 9 cages. Fish of Group 1 in cages 1, 2 and 3 were not vaccinated. Group 2 in cages 4, 5 and 6 were vaccinated on days 0 and 14 (single booster) while Group 3 in cages 7, 8 and 9 were vaccinated on days 0, 14 and 42 (double booster). Vaccination was done by oral administration of the feed-based bacterin vaccine at 4% bodyweight. Samples of serum for antibody study and the brain, eyes and kidney for bacterial isolation were collected at 14-day intervals. The study was carried out during the critical months between April and June. Following vaccination and booster, there was significant (p < 0.05) increase in the antibody levels in all vaccinated groups from week 1 that reached the peak at week 3 before declining gradually until week 6. However, second booster on week 6 significantly (p < 0.05) increased the antibody level that remained high until the end of the 16-week study period (double booster). Streptococcus agalactiae was isolated at the start of the experiment (day 0) at an average of 10 ± 5.0% of the sampled fish. In week 4, the isolation rate was 13 ± 5.7% but increased to 18 ± 7.6% in week 8, to 25 ± 10.0% in week 10, to 28 ± 5.8% in week 12 and 25 ± 7.3% in week 14. The average isolation rate was 28 ± 7.2%, 18 ± 7.1% and 13 ± 8.2% of the fish sampled from unvaccinated, single booster and double booster groups, respectively. At the end of the study period, the survival rate was 45.2 ± 2.45% for unvaccinated, 65.3 ± 4.8% for single booster and 75.1 ± 2.1% for double booster groups. Vaccinating fish in endemic farm might not eliminate the disease but was able to significantly improve the survival rate

Public knowledge, attitude and practice towards antibiotics use and antimicrobial resistance in Saudi Arabia: A web-based cross-sectional survey

Background: Antimicrobial resistance is a global issue that causes significant morbidity and mortality. Therefore, this study aims to assess knowledge, attitudes, and practices (KAP) of the general Saudi populations toward antibiotics use. Design and methods: A cross-sectional, anonymous online survey was conducted from January 1 to May 11, 2020, across five major regions of Saudi Arabia. Participants (aged ≥18 years) were invited through social media to complete an online self-structured questionnaire. All data were analyzed by Statistical Package (SPSS v.25). Descriptive statistics, Pearson's Chi-squared, t-tests, one-way analysis of variance (ANOVA), and Pearson correlation analyses were conducted. Results: Out of 443 participants, the majority (n=309, 69.8%) were females, 294 (64.4%) were married, 176 (39.7%) were 25-34 years of age, 338 (76.3%) were living in the Eastern Province, 313 (70.7%) had college or higher education, 139 (31.4%) were not working, and 163 (36.8%) had a monthly income of USD 800-1330. Overall, most participants demonstrated good knowledge and practice (88% and 85.6%, respectively).  However, 76.8%had inadequate attitude score levels towards antibiotics use. Of all the respondents, 74.9% knew that not completing a full course of antibiotics may cause antibiotics resistance, 91.33% did not agree that antibiotics should be accessed without a prescription, and 94.04% will not hand over leftover antibiotics to family members. Factors associated with adequate knowledge were female, medical jobs, and higher income (p<0.05). Conclusions: Our findings revealed that while most participants were aware of antibiotics use and demonstrated good knowledge, good practices, they had negative attitudes towards antibiotics use

Analisis Dampak Lingkungan dan Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat yang Ditimbulkan oleh Reklamasi Pantai Ditinjau dari Perspektif Islam (Studi Kasus Pantai Kenjeran Surabaya)

This study aims to determine how the environmental impacts arising from the beach reclamation activities in the Kenjeran Beach, Surabaya, viewed from the Islamic perspective. The method used is descriptive qualitative case study method where this research was conducted by conducting interviews, documentation and direct observation. The object of this research is the Kenjeran Beach in Surabaya, where the data were obtained based on interviews conducted with ten informants consisting of the government apparatus of the Bulak and Kenjeran Districts, traders, and the surrounding community. Based on the results of the study showed that the infrastructure development carried out caused changes in the ecosystem. The environmental impact also affects the socio-economic life of the surrounding community. Kenjeran Beach Reclamation Activity has not fully met Al-Istishlah indicators in environmental care. And in several aspects of the Islamic Maqashid indicators also have not been run optimally

Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kubis Bunga terhadap Naungan dan Pupuk NPK

Budidaya kubis bunga atau bunga kol di provinsi Riau tergolong rendah dan berfluktuatif. Selama ini petani di Riau umumnya membudidayakan kubis bunga di bawah naungan. Permasalahan yang akan dihadapi dalam budidaya tanaman di bawah naungan yaitu berkurangnya intensitas cahaya yang diterima tanaman sehingga dapat berimplikasi pada penghambatan pertumbuhan dan produksi tanaman. Selain itu, peningkatan kuantitas dan kualitas hasil tanaman juga ditentukan oleh dosis pemupukan yang tepat. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui respon pertumbuhan dan produksi kubis bunga terhadap naungan dan dosis pupuk NPK. Metode yang digunakan adalah Rancangan Petak tersarang dengan tiga ulangan. Faktor pertama alias petak utama yaitu intensitas naungan dengan tiga taraf perlakuan, yaitu tanpa naungan (0%), naungan 25%, dan naungan 55%. Faktor kedua atau anak petak yaitu dosis NPK 16:16:16 dengan empat taraf perlakuan, yaitu tanpa pupuk, NPK 3,7 g/tanaman, NPK 7,5 g/tanaman, dan NPK 11,2 g/tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi pada perlakuan naungan dan pupuk NPK terhadap laju pertumbuhan relatif, laju asimilasi bersih, lingkar krop dan berat krop per tanaman kubis bunga. Perlakuan naungan 0-25% memberikan produksi kubis bunga yang lebih tinggi yaitu 8.3-9.5 ton/ha dibandingkan naungan 55% (3.5 ton/ha). Pupuk NPK dengan dosis 7,5 g/tanaman mampu menunjang pertumbuhan dan produksi tanaman kubis bunga