71 research outputs found

    Evaluasi Implementasi Konsep Water Sensitive City dalam Masterplan Smart City Kota Bogor Tahun 2017-2021

    Get PDF
    konsep smart city pada prinsipnya dikembangkan untuk mempercepat penyelesaian permasalahan perkotaan secara cepat, tepat dan efisien, namun pada prakteknya banyak masterplan smart city yang disusun tanpa memperhatikan keunikan atau tematik wilayah perencanaan sesuai dengan potensi yang dimiliki. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penerapan konsep water sensitive city pada masterplan smart city Kota Bogor, dimana keduanya memiliki keterkaitan dalam skema pengelolaan air berkelanjutan. Penelitian ini dilakukan di Kota Bogor dengan pendekatan penelitian deduktif-kualitatif. Metode yang digunakan adalah evaluasi kebijakan, teknik pengumpulan data dengan wawancara mendalam, observasi, serta studi kebijakan dan literatur. Pemilihan responden dilakukan secara purposive dengan melibatkan instansi pelaksana kebijakan. Program/kegiatan dalam masterplan smart city dievaluasi berdasarkan kriteria konsep water sensitive city. Temuan penelitian menunjukkan bahwa penerapan konsep water sensitive city belum sepenuhnya masuk dalam kebijakan smart city Kota Bogor. Dari 5 (lima) tahapan yang harus dilalui, hanya 3 (tiga) tahap yang telah dilaksanakan yaitu water supply city, sewered city, dan waterway city. Untuk mencapai kondisi ideal penerapan konsep water sensitive city maka dirumuskan konsep usulan program/kegiatan yang dapat diakomodir dalam Masterplan Smart City Kota Bogor sesuai prinsip pengelolaan sumber daya air

    EXPLORING THE RELATIONSHIP BETWEEN GREEN VIEW INDEX AND RUNNING ACTIVITY: A CASE STUDY OF YOGYAKARTA AND SINGAPORE USING STRAVA AND GOOGLE STREET VIEW DATA

    Get PDF
    The Development of Geospatial Data and Volunteered Geographic Information (VGI) has been significant and can be utilized in urban and regional planning. One of the notable data sources includes Google Street View and Strava running activity data. This research investigates the potential correlation between the presence of green spaces, measured by the Green View Index (GVI) using Google Street View data, and the level of running activity recorded by Strava, a popular running application. The novelty of this study lies in the integration of GVI analysis with Google Street View and Strava data, providing a comprehensive understanding of the relationship between green environments and physical activity by leveraging Big Data. In this research, two locations are compared: Yogyakarta, identified to have a low GVI category, and Singapore, identified to have a high GVI category. The findings reveal a moderate negative correlation between GVI and the Strava running index in Yogyakarta, while a moderate positive correlation is observed in Singapore. These results contribute to the growing research on urban vitality and emphasize the importance of integrating green spaces into urban planning and development using big data. This study serves as a foundation for further research on the relationship between green environments and various forms of physical activity, contributing to the development of healthier and more sustainable cities in the future

    KESADARAN TRANSENDENTAL AKAN IKATAN KELUARGA SEBAGAI PENJAGA KEBERADAAN DAN KEBERLANJUTAN ELEMEN INTI TATA RUANG PERMUKIMAN DI KAWASAN PATHOK NEGARA DONGKELAN

    Get PDF
    Abstract: This paper explains that one building can affect strongly to the settlement as long as it has strong uniqueness that attached to local peoples’ minds. As one of the traditional settement in Yogyakarta, Dongkelan Kauman known as the District of Pathok Negara, has spesifis spatial system. That phenomenon was explored deeper by inductive-phenomenological research to reveal that its social systems and value is strongly bonded to its spatial systems. In the end, the ideology of Dongkelan Family was found as transcendental consciousness that has several values attached. The specificity of their social system makes the uniqueness of spatial systems can exist until now and reinforce the status of Dongkelan Kauman as the agglomeration boundary of YogyakartaAbstrak: Paper ini memaparkan bahwa sebuah permukiman dapat terpengaruh oleh satu bangunan jika bangunan tersebut memiliki keunikan yang cukup kuat di pikiran masyarakatnya. Sebagai salah satu dari permukiman lama yang memiliki sejarah panjang di Yogyakarta, Kawasan Pathok Negara Dongkelan, yang lazim disebut Dongkelan Kauman, memiliki keunikan sistem ruang. Indikasi keunikan ruang kawasan ini, digali lebih dalam melalui sebuah penelitian induktif-kualitatif-fenomenologi, yang menemukan bahwa selain sistem ruangnya, Dongkelan Kauman juga memiliki sistem dan nilai sosial yang unik dan spesifik. Nilai sosial tersebut terwujud dalam sebuah kesadaran transendental akan ikatan keluarga. Dalam kesadaran yang melintas waktu dan ruang ini, melekat nilai-nilai spesifik yang hidup dalam sistem sosial masyarakat. Tidak hanya hidup dalam masyarakat, nilai-nilai ini juga menjaga sistem ruang unik Dongkelan Kauman dan memperkuat status kawasan ini sebagai batas aglomerasi perkotaan Yogyakarta.

    Perkembangan Klaster Perguruan Tinggi di Distrik Abepura Kota Jayapura

    Get PDF
    Salah satu faktor utama dalam perkembangan wilayah di Kota Jayapura adalah dengan adanya fungsi wilayah sebagai kawasan atau zona pendidikan. Kawasan pendidikan tinggi di Kota Jayapura berkembang cukup pesat tiap periode tahun tertentu, namun perkembangan yang paling pesat terjadi di wilayah bagian selatan Kota Jayapura yaitu Distrik Abepura yang memiliki beberapa perguruan  tinggi  yang  terbagi  atas  2  (dua)  klaster.  Tujuan  dari  penelitian  ini  mengidentifikasi seberapa besar perkembangan dan perubahan ruang yang terjadi pada klaster yang ada (Klaster I dan II). Penelitian ini menggunakan metode dengan pendekatan ekplanatori skuensial. Adapun metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melalui; penulusuran dokumen, observasi,serta wawancara. Temuan dalam penelitian ini antara lain: 1) Adanya perbedaan karakter perkembangan perguruan tinggi, yaitu:   Klaster 1 relatife mengikuti sebaran arah perkembangan wilayah tersebut yang merupakan kawasan permukiman, perdagangan, dan sosial serta hampir tidak memberi pengaruh namun mengikuti aktifitas alami yang sudah ada. Sedangkan pada wilayah yang merupakan perluasan Wilayah Abepura di Klaster II lebih memberi dampak yang cukup besar dengan pemanfaatan lahan sebagai penunjang aktifitas perguruan tinggi. 2) Wilayah Klaster II yang lebih kecil dibandingkan Klaster I memberikan dampak yang lebih nyata terhadap perkembangan wilayah dengan munculnya kegiatan-kegiatan komersil, dan terbangunnya asrama sebagai tempat tinggal mahasiswa. 3) Terjadi alih fungsi lahan yang cukup besar pada periode 5-10 tahun terakhir pada wilayah Klaster I maupun Klaster II akibat aktivitas Perguruan Tinggi

    A Comparative Study of Advertising Legibility by Three Local Governments in Yogyakarta Urban Areas in Indonesia

    Get PDF
    Although some local governments in Indonesia have made special regulations for advertisements, problems related to advertisement arrangement are still a major topic in the society. Outdoor advertisements as product promotion must be visibly and legibly organized for rapid understanding. Legibility can be used to identify the values associated with advertisements, which gives technical standard for its regulation. The objectives of this research are 1) to analyze how advertisement arrangement is implemented on the viewpoint of legibility in Yogyakarta urban areas and 2) to identify what instruments must be taken into account to increase advertising arrangement quality. This research shows that 1) There are almost no significant differences of advertising condition in the three different municipalities of Yogyakarta, Sleman and Bantul, 2) When the guidance control is good, it results in a good physical condition, 3) Legibility instruments such as average ads per building, board size, character size, advertising setback and height are found to provide significant contributions to advertising condition. Thus, a general advertising approach should regulate those physical characteristics through objective terms, and 4) Even though the density of advertisements is high, if they are well managed, the legibility condition remains high

    Perkembangan Ruang Pinggir Jalan Kelok Sembilan Sebagai Rest Area Informal dan Area Wisata, Kab. Limapuluh Kota

    Get PDF
    Jalan Kelok Sembilan merupakan akses utama yang menghubungkan antara Provinsi Sumatera Barat dengan Provinsi Riau. Pada perkembangannya Jalan Kelok Sembilan mengalami perubahan yang besar melalui pembangunan Jembatan Kelok Sembilan untuk memecahkan permasalahan kemacetan yang terjadi. Pembangunan Jembatan Kelok Sembilan ini menjadi awal perkembangan fungsi ruang pinggir jalan Kelok Sembilan yang membentuk beberapa kegiatan. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan perkembangan ruang pinggir jalan Kelok Sembilan dan perkembangan kegiatan yang timbul akibat pembangunan jembatan Kelok Sembilan tersebut. Penelitian ini menggunakan metode induktif-kualitatif dengan menganalisa proses perkembangan fisik, manusia dan aturan yang terjadi di kawasan ruang kelok sembilan. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa pembangunan yang dilakukan menjadi aspek utama perkembangan ruang pinggir jalan kelok sembilan, pengunjung yang berhenti untuk menikmati keindahan alam dan beristirahat yang membuka peluang ekonomi bagi masyarakat sekitar dengan berdagang memenuhi kebutuhan logistik, hal ini membentuk area wisata dan kegiatan istirahat sebagai rest area, sehingga pemerintah membuat aturan untuk menjaga ketertiban di ruang pinggir jalan agar tidak mengganggu fungsi jalan Kelok Sembilan

    NILAI RUANG SEBAGAI PEMBENTUK LAPISAN-LAPISAN RUANG DI KAWASAN PATHOK NEGARA DONGKELAN, YOGYAKARTA

    Get PDF
    Paper ini menjabarkan pelapisan-pelapisan ruang yang terbentuk di Dongkelan Kauman, sebagai salah satu Kawasan Pathok Negara Yogyakarta. Pelapisan ruang tersebut terbentuk karena adanya nilai ruang yang tertanam kuat dalam pikiran masyarakat lokal Dongkelan Kauman. Pelapisan ruang Dongkelan Kauman terbentuk dalam dua level, yaitu: a) level kampung dan b) level padukuhan. Pada level kampung terdapat tiga lapisan ruang, yaitu: a) teritori ruang; b) radius keunikan; dan c) ruang periferi; sementara pada tingkat padukuhan, lapisan ruang terdiri dari: a) ruang inti dan b) ruang perifer

    Community-based tourism: concepts, opportunities and challenges

    Get PDF
    Purpose: The community-based tourism concept needs to be understood deeply. We need to know and predict the opportunities and challenges that exist and will occur in the future in developing the community and tourism as a mutualism. This research analyzed the theories to describe it and derive conclusions for the basic concepts of community-based tourism as well as further explore the cases of applying these concepts to gain opportunities and challenges from community-based tourism  Research methodology: This study is a conceptual article using the literature review method Results: This study elaborates the concepts, opportunities and challenges of the community-based tourism paradigm. Limitations: This study is a secondary data-based analysis (literature review) on the concept of community-based tourism in the social and cultural context of the community, as well as the opportunities and challenges of its application to tourism development Contribution:   This study provides an in-depth and comprehensive view of community-based tourism to assist in exploring approaches and theories in community-based tourism research and planning and policymaking in the tourism sector, especially in the local community aspect

    Identifikasi Perilaku Perjalanan Melalui Metode Critical Path Method (CPM)

    Get PDF
    Mobilization in urban areas has increased every year along with the population growth and urban's development. Travel behaviors of the population in urban areas can be classified based on their travel characteristics. The identification of communities' travel behavior of Yogyakarta is based on the origin - destination and length of trip based on age characteristics. It will effects the travel patterns in the urban environment through spatial mapping. The method used in this research is critical path method. Critical Path Method (CPM) is used to determine the optimum path taken by the community based on its duration, which in this study CPM is used to determine the average travel of the community based on age groups when viewed from distance, length of trip and the number of daily trips. Based on the analysis, it shows that the average age of 15-22 years and 31-37 years have the highest travel time, which is about 9 hours and the average age of 23-30 years traveled the longest by 12.5 km. The average mobilization of travel behaviors in KPY is to the urbancenter of Yogyakarta. The KPY urban form does not have a compact form.

    An Evaluation System of Policy Alternatives based on TRANUS from the Viewpoint of a Compact City

    Get PDF
    Building a GIS Platform for the Quantitative Approach to Regional Studies in Northeast Asi
    corecore