8 research outputs found

    KETERKAITAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN RESAPAN AIR

    Get PDF
    Abstrak: Ruang Terbuka Hijau atau sering disebut RTH merupakan kawasan yang digunakan sebagai daerah terbuka yang diisi oleh berbagai tanaman yang secara alami maupun sengaja ditanam pada kawasawan tersebut. Namun kebeadaan RTH semakin menurun seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. RTH memiliki banyak fungsi salah satunya sebagai daerah resapan air dan menyimpan cadangan air. Jika RTH semakin berkurang maka daerah resapan air juga semakin sedikit sehingga dapat menyebabkan terjadinya banjir pada kawasan sekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh RTH sebagai daerah resapan air dengan menggunakan metode studi kepustakaan. Studi kepustakaan pada penelitian ini mengacuh pada teori maupun hasil dari beberapa literatur-literatur ilmiah seperti buku, jurnal, penelitian terdahulu maupun peraturan pemerintah. Adapun hasil penelitian ini diperoleh hubungan keterkaitan RTH dan resapan air ialah daerah resapan air dipengaruhi oleh kondisi geografi pada kawasan tersebut seperti jenis tanah, curah hujan, jenis batuan, kemiringan lereng dan penggunaan lahan. Masing-masing parameter tersebut dihubungkan dengan metode overlay dan skoring untuk mengetahui kemampuan resapan air pada suatu kawasan.Kata Kunci: Banjir; Overlay; Resapan Air; Ruang Terbuka Hijau; Skoring. Abstract:  Green Open Space or often called GOS is an area used as an open area filled with various plants that are naturally or intentionally planted in the area. However, the existence of GOS is decreasing as the population increases. GOS has many functions, one of them being as a water catchment area and storing water reserves. If GOS decreases, there are also fewer water catchment areas, which can cause flooding in the surrounding area. This research aims to determine the influence of GOS as a water catchment area using the literature study method. The literature study in this research focuses on the theory and results of several scientific literature such as books, journals, previous research and government regulations. The results obtained from the relationship between GOS and water catchment is that the water catchment area is influenced by geographical conditions in the area such as soil type, rainfall, rock type, slope and land use. Each of these parameters is connected by overlay and scoring methods to determine the water catchment ability in an areaKeywords: Flood; Overlay; Water Infiltration; Green Open Space; Scorin

    EKOSISTEM PESISIR SEBAGAI PENGHASIL KARBON BIRU

    Get PDF
    Abstrak: Indonesia memiliki wilayah pesisir dan laut yang terdiri dari ekosistem mangrove, padang lamun, dan terumbu karang yang memiliki jenis, karakteristik dan luas yang berbeda-beda pada setiap regional akibat kondisi lingkungan dan aktivitas antropogenik. Kajian ini dilakukan dengan mengiintegrasi berbagai sumber terkini terkait keberadaan ekosistem mangrove, padang lamun, dan terumbu karang di Indonesia dan kontribusinya sebagai upaya mitigasi perubahan iklim. Atas kemampuannya dalam fiksasi dan penyimpanan karbon serta proses kalsifikasi, habitat pesisir dianggap sebagai sumber karbon biru sehingga dapat berkontribusi menurunkan emisi gas rumah kaca berdasarkan Nationally Determined Contribution (NDC) tahun 2030 sebesar 834 juta ton CO2e dengan target 29% dengan upaya sendiri dan 41% dengan bantuan internasional dalam kondisi tanpa ada aksi (business as usual). Kata Kunci: Ekosistem mangrove; Ekosistem padang lamun; Ekosistem terumbu karang,  Karbon biru; Mitigasi perubahan iklim.Abstract:  Indonesia has coastal and marine areas consisting of mangrove ecosystems, seagrass beds, and coral reefs which have different types, characteristics and coverage areas in each region due to environmental conditions and anthropogenic activities. This study was conducted by integrating various current sources regarding mangrove, seagrass, and coral reefs and their contribution to climate change mitigation. Due to their ability to fix and store carbon as well as the calcification process, coastal habitats are considered a source of blue carbon that is able to contribute to reducing greenhouse gases (GHG) based on the Nationally Determined Contribution (NDC) in 2030 of 834 million tonnes CO2e with a target of 29% self-effort and 41% with international assistance in business as usual. Keywords: Mangrove ecosystems; Seagrass beds; Coral reefs; Blue carbon; Climate change mitigation

    The impact of traditional gold mining on land use changes and vegetation index in Mandor Subwatershed, West Kalimantan

    Get PDF
    Traditional gold mining activities altered the environmental structure of the Mandor Subwatershed significantly. The expansion of critical land in the Mandor Subwatershed causes flooding due to the lack of water catchment areas. The purpose of this study was to identify the impact of traditional gold mining on land use change in the Mandor Subwatershed. The research was conducted with a spatial analysis approach using Landsat multitemporal images from 2002, 2013, and 2022, followed by a field survey. A comparison of the Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) and the Enhanced Vegetation Index (EVI) methods was used to determine the changing process of vegetation density. The accuracy of vegetation index analysis indicated that the EVI method was more accurate for identifying vegetation density than the NDVI method. Land use change from 2002 to 2022 was dominated by an increase in the land area devoted to mining and oil palm plantations. The impact of this traditional gold mining has led to significant deforestation and land degradation over the past 20 years in the Mandor Subwatershed. This affects the condition of the surrounding environment as well as human health

    Spatial Model of Land Degradation and Water Pollution Caused by Illegal Gold Mining Activities in Raya Watershed, W

    Get PDF
    Illegal gold mining activities create mine pits, taillings, stressed vegetation and unvegetated land. The aims of this study were to identify and to develop spatial model of land degradation and water pollution caused by illegal gold mining activities in Raya watershed, West Kalimantan. The spatial land degradation model was developed by multiplication the score of mine age and type of mine tailings, while the scores for water pollution was based on the results of spatial distribution analysis of the water’s total dissolved solids (TDS) and Hg concentration levels in Lake Serantangan. Vegetations of the degraded area showed nutrient deficiency and toxicity symptoms. Based on the NDVI (normalized difference vegetation index), the degraded area generated a value range of 0.1-0.6. Mine land in the study area were classified as rather degraded (29.33%), degraded (28.70%), and severe degraded (41.97% of the total 4,551 ha area). While, 65.87% or 83 ha of the Lake Serantangan area was classified as severely polluted based on the water’s concentration of Hg and TDS. The accuracy of the spatial model developed was 88.30 and 82.57% for land degradation and water pollution, respectively. Keywords: Illegal gold mining, land degradation, spatial model, water pollutionAktivitas pertambangan emas tanpa izin menyebabkan terbentuknya lubang tambang, tailing, vegetasi tercekam dan lahan terbuka. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi dan mengembangkan model spasial kerusakan lahan dan pencemaran perairan akibat penambangan emas tanpa izin di DAS Raya, Kalimantan Barat. Model kerusakan lahan dikembangkan berdasarkan perkalian skor umur tambang dan jenis tailing, sedangkan skor untuk model pencemaran perairan didasarkan hasil analisis distribusi spasial kadar total dissolved solids (TDS) dan Hg air Danau Serantangan. Vegetasi di area terdegradasi menunjukkan gejala defisiensi dan toksisitas hara. Berdasarkan NDVI (normalized difference vegetation index), area terdegradasi menghasilkan kisaran nilai 0.1-0.6. Tingkat kerusakan lahan di areal penelitian diklasifikasikan agak rusak (29.33%), rusak (28.70%) dan sangat rusak (41.97% dari total luas 4,551 ha), sedangkan 65.87% atau 83 ha areal perairan Danau Serantangan diklasifikasikan sangat tercemar berdasarkan kadar Hg dan TDS. Tingkat akurasi model spasial kerusakan lahan dan pencemaran perairan yang dikembangkan masing-masing mencapai 88.30 dan 82.57%. Kata kunci: Pertambangan emas tanpa izin, kerusakan lahan, model spasial, pencemaran ai

    ANALISIS PENYEBARAN HIDROKARBON DENGAN MENGGUNAKAN INVERSI AI DAN EEI PARAMETER LAMDA-MU RHO PADA RESERVOAR BATUAN KARBONAT FORMASI BATURAJA LAPANGAN “OLD TRAFFORD” CEKUNGAN SUMATERA SELATAN

    Get PDF
    Prinsip dalam seismik inversi adalah pemodelan ke belakang yang dapat digunakan untuk karakterisasi reservoar dan mengetahui penyebaran hidrokarbon dalam reservoar. Identifikasi penyebaran hidrokarbon dapat ditinjau secara lateral atau vertikal tergantung keperluan selanjutnya. Penelitian ini menggunakan inversi AI dan EEI (Extended Elastic Impedance) parameter lamda-mu rho pada lapangan “Old Trafford” cekungan Sumatera Selatan.. Metode AI terbatas, hanya menggunakan kecepatan gelombang P dan sudut datang 0 sedangkan metode EEI digunakan untuk memecahkan permasalahan keterbatasan metode AI yang tidak menggunakan unsur kecepatan gelombang S dan sudut datang yang digunakan. Nilai impedansi yang diperoleh dari proses inversi bernilai tinggi untuk batuan reservoar dan hidrokarbon di dalamnya. Cut off AI yang didapat sebesar 13.500 gr/cc, cut off EEI lamda rho sebesar 13.250 gr/cc, cut off EEI SI sebesar 14.600, dan cut off EEI mu rho sebesar 14.500 gr/cc. Kata kunci : Seismik inversi, Impedansi Akustik (AI), Extended Elastic Impedance (EEI), lamda rho, mu rho, S-Impedanc

    ANALISIS PENYEBARAN HIDROKARBON DENGAN MENGGUNAKAN INVERSI AI DAN EEI PARAMETER LAMDA-MU RHO PADA LAPANGAN “OLD TRAFFORD” CEKUNGAN SUMATERA SELATAN

    Get PDF
    Prinsip dalam seismik inversi adalah pemodelan ke belakang yang dapat digunakan untuk karakterisasi reservoar dan mengetahui penyebaran hidrokarbon dalam reservoar. Identifikasi penyebaran hidrokarbon dapat ditinjau secara lateral atau vertikal tergantung keperluan selanjutnya. Penelitian ini menggunakan inversi AI dan EEI (Extended Elastic Impedance) parameter lamda-mu rho pada lapangan “Old Trafford” cekungan Sumatera Selatan.. Metode AI terbatas, hanya menggunakan kecepatan gelombang P dan sudut datang 0 sedangkan metode EEI digunakan untuk memecahkan permasalahan keterbatasan metode AI yang tidak menggunakan unsur kecepatan gelombang S dan sudut datang yang digunakan. Nilai impedansi yang diperoleh dari proses inversi bernilai tinggi untuk batuan reservoar dan hidrokarbon di dalamnya. Cut off AI yang didapat sebesar 13.500 gr/cc, cut off EEI lamda rho sebesar 13.250 gr/cc, cut off EEI SI sebesar 14.600, dan cut off EEI mu rho sebesar 14.500 gr/cc. Kata kunci : Seismik inversi, Impedansi Akustik (AI), Extended Elastic Impedance (EEI), lamda rho, mu rho, S-Impedanc

    Aplikasi Informasi Cuaca Pariwisata Jawa Tengah Berbasis Web Mobile

    Get PDF
    Saat ini BMKG sudah memiliki aplikasi sistem informasi cuaca berbasis komputer, namun aplikasi tersebut masih belum sempurna karena sifat komputer yang immobile atau cenderung diam tidak seperti sifat manusia yang selalu bergerak dan hanya sebatas informasi cuaca suatu kota dan belum spesifik tentang cuaca pariwisata yang ada di Jawa Tengah. Minimnya informasi kepariwisataan di Jawa Tengah yang bisa diakses dengan mobilephone membuat potensi pariwisata di Jawa Tengah kurang begitu dikenal oleh wisatawan domestik maupun mancanegara. Penyediaan informasi mengenai tempat pariwisata dan cuaca pariwisata pun sangat sedikit sehingga calon wisatawan domestik harus mencari informasi mengenai tempat pariwisata pada tempat lain. Metode pengembangan sistem menggunakan prototype dengan tahapan identifikasi kebutuhan pemakai, membuat prototype dengan PHP dan MySQL, menguji prototype, memperbaiki prototype dan mengembangkan versi produk. Hasil penelitian ini adalah terciptanya aplikasi informasi cuaca pariwisata Jawa Tengah berbasis web mobile yang dapat digunakan untuk memberikan informasi mengenai cuaca pariwisata Jawa Tengah yang dapat diakses melalui mobilephone

    Interpretasi Spasial Kerusakan Lahan Akibat Kegiatan Pertambangan Emas Sekunder di Daerah Aliran Sungai Raya, Kalimantan Barat

    No full text
    lubang tambang, tailing, vegetasi tercekam dan lahan terbuka. Penelitian inibertujuan mengidentifikasi secara visual kerusakan lahan akibat aktivitas pertambanganemas sekunder dan mengidentifikasi vegetasi tercekam pada areal tambang di DAS Raya,menggunakan citra Landsat. Hasil penelitian menggambarkan bahwa interpretasi visualdengan kombinasi band 654 Landsat 8 menunjukan vegetasi sehat berwarna hijau terang,tanah berwarna unggu, pasir berwarna putih, perairan tersedimentasi berwarna biru terang,sedangkan perairan jernih berwarna biru agak gelap. Band 543 dan 432 dengan baikmembedakan perairan keruh akibat aktivitas pertambangan, sedangkan tanah terbuka danpasir dapat dibedakan dengan kombinasi color infrared (band 543). Berdasarkan NDVI(normalized difference vegetation index), area terdegradasi menghasilkan kisaran nilai 0.1-0.6 seluas 2,014 ha, sedangkan areal tidak bervegetasi menghasilkan nilai -0.6-0.1 seluas2,650 ha.Hal.693-70
    corecore