484 research outputs found

    Pengelolaan Pembelajaran Bahasa Jawa BerbasisBudaya (Studi Situs SMP Negeri 2 Kajoran Kabupaten Magelang)

    Get PDF
    Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan (1) perencanaan pembelajaran bahasa Jawa berbasis budaya di SMP Negeri 2 Kajoran. (2) proses pembelajaran bahasa Jawa berbasis budaya di SMP Negeri 2 Kajoran. (3) evaluasi dan tindak lanjut pembelajaran bahasa Jawa berbasis budaya di SMP Negeri 2 Kajoran. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang dilakukan di SMP Negeri 2 Kajoran. Subjek utama dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru dan siswa. Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan model analisis yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan. Keabsahan data dalam penelitian ini meliputi credibility, transferability, dependability, dan confermability. Hasil penelitian (1) Pembelajaran bahasa jawa berbasis budaya di SMPN 2 Kajoran dilakukan dengan penuh perencanaan. Adapun hal yang direncanakan meliputi perangkat pembelajaran, materi, metode, media, nara sumber, dan juga instrumen evaluasi. Perencanaan dilakukan jauh sebelum dilakukan kegiatan pemeblajaran dilakuakn sehingga memperlancar kegiatan pembelajaran. Dalam mengundang nara sumber wakil kepala sekolah bagian hubungan masyarakat yang dibantu guru bahasa jawa mendatangi beberapa tokoh masyarakat yang pandai dalam berbudaya jawa untuk memberikan materi pembelajaran bahasa jawa. (2) Proses kegiatan pelaksanaan pembelajaran bahasa Jawa terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Untuk kegiatan awal guru melakukan apersepsi dengan mengulang materi yang telah diajarkan sebelumnya. Pelaksanaan pembelajaran bahasa Jawa dilaksanakan dengan menggunakan bahasa Jawa dengan memasukkan budaya lokal sebagai salah satu materinya. Setelah kegiatan inti selesai dilaksanakan, guru menutup proses KBM dengan melakukan kegiatan evaluasi untuk materi yang telah diajarkan. (3) Evaluasi tersebut dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memahami materi yang telah diajarkan oleh guru. Bentuk evaluasi yang dilakukan terdiri dari 3 kegiatan yaitu evaluasi secara tertulis, lisan dan berbetuk tugas-tugas. Evaluasi dalam bentuk tertulis dilakukan dalam bentuk ulangan harian, kompetensi dasar, ujian tengah semester, dan ujian akhir semester. Kegiatan tindak lanjut yang dilakukan berupa remidi dan pengayaan. Keberadaan tutor sebaya dimanfaatkan untuk membantu guru dalam meningkatkan nilai siswa

    Pembagian Harta Waris Antara Anak Laki-Laki Dan Anak Perempuan: Studi Putusan Pengadilan Agama Semarang Nomor: 1545/PDT.G/2010/PA.SM

    Get PDF
    This research about the distribution of inheritance of girls and boys in practice in religious courts. This type of research is doctrinal/normative law research, with case approach. Based on the research results, it can be seen that the distribution of inheritance between the boys and girls based on the verdict of judges in Pengadilan Agama Semarang, in principle they are the heirs of the boys will get the right of inheritance that is twice the size of the girl's share. The basic consideration of the judge's decision in Pengadilan Agama Semarang in determining the distribution of the inheritance between boys and girls is based solely on the provisions of the law applicable in Islamic law alone, without providing a clear argument and grounds for reasons , why the share of inheritance received by boys is twice as large as girls, so the basis of these considerations has not been able to answer relevant and reconstructive complex issues in the field of inheritance law in the modern era today. Keywords: distribution, inheritance, boys, girls, Religious Courts of Semaran

    Kemampuan Koneksi Matematis Berdasarkan Gaya Belajar Siswa pada Model Pembelajaran Connecting, Organizing, Reflecting, and Extending

    Get PDF
    Koneksi matematika adalah hubungan antara topik matematika, hubungan antara matematika dan mata pelajaran lain, dan relevansi matematika dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan: (1) Keefektifan model pembelajaran CORE dalam meningkatkan keterampilan koneksi matematika siswa. (2) Menjelaskan keterampilan koneksi matematis siswa dengan menerapkan model pembelajaran CORE dalam kaitannya dengan gaya belajar siswa. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI MA Al Asror Semarang. Desain studi kuantitatif menggunakan One-Shot Case Study Design, dengan dua perlakuan. Disisi lain penelitian kualitatif, menggunakan purposive sampling untuk memilih dua siswa di setiap kategori gaya belajar V-A-K untuk mencakup subjek. Hasilnya menunjukkan bahwa: (1) Model pembelajaran CORE efektif dalam meningkatkan keterampilan koneksi matematika siswa. (2) Kemampuan siswa dalam menghubungkan gaya belajar visual secara matematis berada pada kategori tertinggi. (3) Kemampuan siswa dalam membuat hubungan matematis dengan gaya belajar auditori berada pada kategori sedang. (4) Konektivitas matematis siswa dengan gaya belajar kinestetik berada pada kategori paling rendah

    Kemampuan Koneksi Matematis Berdasarkan Gaya Belajar Siswa pada Model Pembelajaran Connecting, Organizing, Reflecting, and Extending

    Get PDF
    Koneksi matematika adalah hubungan antara topik matematika, hubungan antara matematika dan mata pelajaran lain, dan relevansi matematika dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan: (1) Keefektifan model pembelajaran CORE dalam meningkatkan keterampilan koneksi matematika siswa. (2) Menjelaskan keterampilan koneksi matematis siswa dengan menerapkan model pembelajaran CORE dalam kaitannya dengan gaya belajar siswa. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI MA Al Asror Semarang. Desain studi kuantitatif menggunakan One-Shot Case Study Design, dengan dua perlakuan. Disisi lain penelitian kualitatif, menggunakan purposive sampling untuk memilih dua siswa di setiap kategori gaya belajar V-A-K untuk mencakup subjek. Hasilnya menunjukkan bahwa: (1) Model pembelajaran CORE efektif dalam meningkatkan keterampilan koneksi matematika siswa. (2) Kemampuan siswa dalam menghubungkan gaya belajar visual secara matematis berada pada kategori tertinggi. (3) Kemampuan siswa dalam membuat hubungan matematis dengan gaya belajar auditori berada pada kategori sedang. (4) Konektivitas matematis siswa dengan gaya belajar kinestetik berada pada kategori paling rendah

    PERAN PYTHAGORAS DALAM PENGGUNAAN RUMUS SEGITIGA PADA KEMAMPUAN ABTRAKSI MATEMATIS

    Get PDF
    Terdapat empat hal yang mendorong seseorang untuk berfilsafat yaitu rasa ingin tahu, ketidakpuasan, keraguan dan ketakjuban.Adanya kemampuan abstraksi matematik yang rendah adalah kurangnya aktivitas siswa dalam mengenali mengkontruksi suatu objek. Pada penelitian ini membahas mengenai aktivitas siswa dalam mengenali segitiga yang mengelompokkanya dalam panjang sisi, besar sudut, ukuran gambar, posisi gambar dan sebagainya. Untuk pengengelompokan ini maka siswa harus mengetahui dulu panjang sisi dan bagaimana penyelesaian dalam mencari sisi dengan menggunakan teorema pythagoras. Berdasarkan hasil analisis diatas maka peran pythagoras dalam kemampuan mengabstraksi matematika terlihat dari cara mengkontruksi aktivitas siswa dalam Aktivitas mengenali segitiga, dari berbagai model dari segitiga, Pengelompokkan berdasarkan kesamaan-kesamaan yang dimilikinya dari beberapa model segitiga itu. Sedangkan pertimbangan yang digunakan untuk mengelompokkanya adalah panjang sisi, besar sudut, ukuran gambar, posisi gambar dan sebagainya. Untuk pengengelompokan ini maka siswa harus mengetahui dulu panjang sisi dan bagaiman penyelesaian dalam mencari sisi dengan menggunakan berbagai macam cara mengkontruksi teorema pythagoras sesuai dengan permasalahan yang ditanyaka

    Representasi Matematis Ditinjau Dari Rasa Percaya Diri Siswa Pada Pembelajaran Problem Posing

    Get PDF
    Bahasan pada matematika berkenaan dengan objek abstrak yang membutuhkan pemahaman  konsep-konsep ilmiah. Pembelajaran matematika yang efektif sangat diperlukan guna membangun pemahaman yang utuh mengenai konsep-konsep dalam ilmu matematika sehingga memungkinkan peserta didik untuk memahami apa yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Sebagaimana yang dirumuskan oleh NCTM berkaitan dengan proses pembelajaran yang menekankan lima standar proses antara lain pemecahan masalah (problem solving), penalaran dan bukti (reason and proof), komunikasi (communication), koneksi (connections), dan representasi (representation). Oleh karena itu, kemampuan representasi matematika menjadi salah satu tujuan yang hendak dicapai dalam kegiatan pembelajaran matematika. Artikel ini memikliki tujuan untuk mendeskripsikan mengenai kemampuan representasi matematis ditinjau dari rasa percaya diri siswa pada pembelajaran problem posing. penelitian dengan metode literatur review berdasarkan kajian penelitian-penelitian terlebih dahulu yang relevan mengenai kemampuan representasi matematis. Berdasarkan laporan hasil Trends in International Mathematics and Science Study diketahui bahwa peserta didik SMP di Indonesia kemampuan dalam mengungkapkan ide atau konsep matematika, seperti materi pembagian bilangan, aljabar, geometri, representasi data, analisis, dan peluang belum optimal. Selain kemampuan representasi matematis sebagai salah satu aspek kognitif, guna mencapai keberhasilan peserta didik dalam belajar matematika juga diperlukan aspek afektif, salah satunya rasa percaya diri. Oleh karena itu, artikel ini bertujuan mengemukakan ide penelitian mengenai representasi matematis siswa ditinjau dari rasa percaya diri siswa pada pembelajaran problem posing

    Representasi Matematis Ditinjau Dari Rasa Percaya Diri Siswa Pada Pembelajaran Problem Posing

    Get PDF
    Bahasan pada matematika berkenaan dengan objek abstrak yang membutuhkan pemahaman  konsep-konsep ilmiah. Pembelajaran matematika yang efektif sangat diperlukan guna membangun pemahaman yang utuh mengenai konsep-konsep dalam ilmu matematika sehingga memungkinkan peserta didik untuk memahami apa yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Sebagaimana yang dirumuskan oleh NCTM berkaitan dengan proses pembelajaran yang menekankan lima standar proses antara lain pemecahan masalah (problem solving), penalaran dan bukti (reason and proof), komunikasi (communication), koneksi (connections), dan representasi (representation). Oleh karena itu, kemampuan representasi matematika menjadi salah satu tujuan yang hendak dicapai dalam kegiatan pembelajaran matematika. Artikel ini memikliki tujuan untuk mendeskripsikan mengenai kemampuan representasi matematis ditinjau dari rasa percaya diri siswa pada pembelajaran problem posing. penelitian dengan metode literatur review berdasarkan kajian penelitian-penelitian terlebih dahulu yang relevan mengenai kemampuan representasi matematis. Berdasarkan laporan hasil Trends in International Mathematics and Science Study diketahui bahwa peserta didik SMP di Indonesia kemampuan dalam mengungkapkan ide atau konsep matematika, seperti materi pembagian bilangan, aljabar, geometri, representasi data, analisis, dan peluang belum optimal. Selain kemampuan representasi matematis sebagai salah satu aspek kognitif, guna mencapai keberhasilan peserta didik dalam belajar matematika juga diperlukan aspek afektif, salah satunya rasa percaya diri. Oleh karena itu, artikel ini bertujuan mengemukakan ide penelitian mengenai representasi matematis siswa ditinjau dari rasa percaya diri siswa pada pembelajaran problem posing

    Intuition and Its Role in Students' Mathematical Reasoning Ability

    Get PDF
    This study aims to find out more about intuition and its role in shaping students' mathematical reasoning abilities. In the discussion of the philosophy of mathematics intuition plays an important role. Intuition has been discussed by philosophers of mathematics for centuries. It is said that intuition is a provisional guess. In relation to mathematical reasoning ability, it is an indispensable ability for students because mathematical reasoning skills greatly contribute to the development of a set of 21st century skills. The method in this research is a library study approach. Researchers collect various references and sources, both international and national journals, books, and other articles related to the theme to be discussed. From the results of the discussion obtained intuition and mathematical reasoning ability are two things that complement each other in solving a mathematical problem. Intuition, which is a candidate for evidence, is then formally proven by mathematical reasoning with mathematical reasoning indicators. Intuitive processes direct the analytical process while quickly serving as a bridge in performing analytical reasoning. So if a person's intuition is good then his mathematical reasoning ability is also good. The potential of mathematical intuition in developing mathematical reasoning abilities is based on the theory that one component of intuition is reasonin
    • …
    corecore