12 research outputs found

    PELATIHAN PENGANEKARAGAMAN PRODUK GULA SEMUT HERBAL PRODUKSI KWT BUMI LESTARI AIR NANINGAN KABUPATEN TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNG

    Get PDF
    Produk gula semut merupakan salah satu produk yang dapat diklaim sebagai produk herbal dan direkomendasikan sebagai pemanis dalam minuman. Gula semut diproduksi dari nira pohon aren maupun kelapa. Untuk itulah maka tujuan dari kegiatan desiminasi teknologi bagi masyarakat ini adalah: 1). Meningkatkan kualitas produk gula semut, 2). Menciptakan produk herbal berbahan gula semut dengan substitusi bahan rempah, 3) Meningkatkan tampilan kemasan produk. Kegiatan ini merupakan wujud dari transfer ilmu tentang produksi gula semut dengan berbagai varian rempah yang dapat menjadi produk herbal yang menyehatkan. Kegiatan dilaksanakan dalam bentuk pelatihan pengolahan pangan, pendampingan dalam izin produksi dan pemasaran yang lebih luas pada pasar yang lebih potensial. Hasil kegiatan pengabdian dan pendampingan terhadap kegiatan mitra menunjukkan hasil yang sangat baik karena adanya keinginan dari anggota mitra untuk menambah varian produk gula semut. Adapun bahan flavor dan herbal yang ditambahkan adalah jahe merah (jahe emprit), kunyit, kencur, kayu manis dan campuran rempah. Perlakuan pengeringan produk pada variasi suhu yaitu 50, 60 dan 70oC dalam oven akan berbeda untuk bahan baku yang digunakan karena akan mempengaruhi komponen flavornya. Minyak atsiri dalam bahan juga akan mudah hilang karena pengaruh suhu tinggi. Ukuran granula produk juga dikendalikan dengan adanya alat penyaring sehingga digunakan saringan 30 mesh. Uji sensori terhadap produk varian baru menunjukkan adanya kesukaan konsumen yang lebih dominan untuk produk jahe merah dan campuran rempah

    Eksplorasi Bahan Pewarna Alami sebagai Bahan Tambahan Pangan yang Aman dan Memiliki Bioaktivitas bagi Kesehatan

    Get PDF
    Indonesia kaya akan sumber bahan alami yang memiliki pigmen dan dapat dipergunakan sebagai bahan pewarna alami seperti daun pandan dan daun suji, kayu secang, kunyit dan bunga telang. Pentingnya melakukan eksplorasi kembali bahan pewarna alami diharapkan akan menjadi solusi terhadap banyaknya kasus penggunaan bahan pewarna non food grade. Penggunaan bahan pewarna alami cukup mudah dengan hanya mengambil ekstrak pigmennya dengan cara maserasi ataupun ekstraksi secara fisika. Bahan tambahan pangan merupakan bahan pendukung agar produk pangan akan memiliki penampilan dan citarasa yang disukai konsumen. Teknologi pangan dapat memberikan solusi dalam hal eksplorasi sumber bahan tambahan alami, khususnya bahan pewarna sebagai bentuk kepedulian dan tanggung jawab secara keilmuan terhadap kondisi pangan dan makanan. Beberapa bioaktivitas pewarna alami kayu secang yang sudah dipublikasikan seperti reseptor kolagen, hepatoprotektif, antimikroba, komponen immunosupresi, hepatoprotektif, inhibisi melanogenesis, anti-inflamantori, antidiare dan antioksidan. Aplikasi penggunaan ekstrak di bidang pengolahan makanan juga telah banyak dilakukan seperti pewarna makanan dan minuman serta sebagai pengawet pasta cabai, pengawet daging dan zat antiakrilamida. Kata kunci : ekstrak, kayu secang, pewarna alami, bioaktivitas, antiakrilamida

    Kajian Daya Inhibisi Kayu Secang (Caesalpinia sappan.L) terhadap Pembentukan Senyawa Karsinogenik Akrilamida dalam Makanan

    Get PDF
    Kayu secang (Caesalpinia sappan L.) sudah lama dikenal dan dimanfaatkan untuk minuman. Warna kayu secang yang merah disebabkan oleh senyawa brazilein dan merupakan senyawa neoflavonoid yang memiliki kemampuan sebagai antioksidan. Dilain pihak, ada senyawa toksik dalam makanan yang ditemukan oleh ilmuwan Swedia tahun 2002 yaitu akrilamida. Senyawa ini bersifat reaktif bahkan sejak tahun 2002 banyak penelitian yang melaporkan kemampuan senyawa ini sebagai karsinogenik dan mutagenik. Senyawa akrilamida terbentuk pada proses pengolahan makanan pada suhu tinggi dan merupakan hasil samping dari reaksi Maillard. Senyawa antioksidan dapat menurunkan jumlah senyawa akrilamida.Adanya komponen yang bersifat sebagai antioksidan dalam kayu secang diduga dapat menginhibisi pembentukan senyawa akrilamida dalam makanan. Penelitian ini telah dilaksanakan selama 4 (empat) tahap. Tahap pertama : melakukan skrining produk makanan yang berpotensi mengandung senyawa akrilamida. Tahap kedua : menguji potensi kayu secang meliputi skrining fitokimia dan daya antioksidan, tahap ketiga :melakukan kajian daya inhibisi inhibisi kayu secang terhadap prekursor pembentuk akrilamida. Tahap keempat : melakukan uji daya inhibisi kayu secang terhadap roti tawar dengan konsentrasi kayu secang (5; 10; 15 gram per L) dan perlakuan suhu (100oC dan 200oC) untuk pengolahan produk makanan (roti tawar) dan melakukan evaluasi sensori warna produk. Hasil skrining produk makanan menunjukkan bahwa sebagian besar sampel mengandung akrilamida namun dalam jumlah yang relatif lebih rendah (<100 µg/kg). Hal ini dipengaruhi oleh jumlah prekursor yang ada dalam bahan baku dan suhu pengolahan. Hasil uji fitokimia menyimpulkan bahwa kayu secang mengandung senyawa fenolik, flavonoid, fenolik dan tanin, yang berpotensi sebagai antioksidan. Kayu secang memiliki daya antioksidan yang terkonsentrasi pada fraksi metanol dan fraksi etil asetat dengan nilai IC50 masing-masing adalah 76,42 µg/L dan 55,59 µg/L. Kajian efektivitas daya inhibisi pada pembentukan senyawaakrilamida kayu secang pada produk roti tawar karena roti merupakan produk yang diolah dengan suhu tinggi (>100oC) bahkan menggunakan suhu pemanggangan yang mencapai 240oC selama 10-20 menit. Hal ini menyebabkan produk roti berpotensi mengandung senyawa akrilamida. Hasil penelitian juga membuktikan kemampuan ekstrak kayu secang memberikan pengaruh pada penurunan jumlah akrilamida yang terbentuk pada produk roti tawar. Roti tawar yang dipanaskan pada suhu 200oC akan mengandung senyawa akrilamida. Produk tanpa kayu secang (kontrol) mengandung 455,56 µg/kg±1,23 sedangkan untuk roti tawar yang disubstitusi dengan kayu secang 5 g dan 10 g masing-masing mengandung akrilamida sebanyak 266,69 µg/kg±12,62 dan 168,51 µg/kg±2,34. Hal ini menunjukkan bahwa 10 gram kayu secang dalam roti tawar dapat mereduksi sekitar 63% dan menjadi penemuan yang merekomendasikan penggunaan kayu secang untuk produk makanan yang berpotensi menghasilkan senyawa akrilamida.Hasil pengujian sensori warna menggunakan alat ukur whiteness tester menunjukkan bahwa derajat putih produk roti tawar menurun menjadi 28,63o±0,31.Penggunaan ekstrak kayu secang dalam menghambat pembentukan jumlah akrilamida juga perlu ditentukan secara optimal agar aplikasi penggunaan bahan alam ini dapat efektif sehingga dapat digunakan juga secara lebih luas dalam bidang teknologi pengolahan makanan. -------------------- Kata kunci : kayu secang, antioksidan, brazilein, inhibisi, akrilamid

    Sifat Antimikroba dan Pengaruh Perlakuan Bahan Baku terhadap Rendemen Minyak Sereh Wangi (Antimicrobial Properties and Effects of Raw Material Treatments on Citronella Oil Yield)

    Get PDF
    Citronella oil is one of the non-timber forest products (NTFP) and commercially obtained from the distillation of the leaves of the Cymbopogon nardus L. This study aims to determine the effect of the size of the distillation raw material and storage time of the raw material on yield and determine the antimicrobial properties of citronella oil from plants in the production forest Register 40 KPH Gedong Wani, Lampung Selatan Regency. The research was conducted using a complete randomized block design (RAKL) with two factors, namely the size of the distillation raw material (whole leaf, 5 cm, 10 cm, and 15 cm) and the storage time of the raw material (fresh, 2 days, and 4 days) which was carried out in 3 replications. The variables measured were yield, specific gravity, and solubility of citronella oil in alcohol. The inhibition ability test of citronella oil against bacteria using essential oil obtained from distillation at the highest yield conditions, namely fresh leaves and leaf size of 5 cm using the diffusion well method. The results showed that the storage time factor, the size of the distillation raw material, and the interaction between the storage time and the size of the raw material had a significant effect on the yield of citronella oil. The highest yield of citronella oil was achieved in the condition of fresh leaves with a size of 5 cm, namely 2,09%. Density and solubility in alcohol of citronella oil produced met SNI 06-3953-1995 standard, respectively 0,8718-0,8928 g/ ml and 1:2. Citronella oil has strong antibacterial properties against Propioni acne, Escherichia coli, Staphylococcus aureus, and Bacillus cereus with inhibition zone diameters were 40,20 mm, 18,36 mm, 13,07 mm, and 18,80 mm, respectively. Citronella oil from plants in Register 40 KPH Gedong Wani has potential as a raw material for the cosmetic and disinfectant industry. Keywords: antimicrobial, citronella oil, yiel

    CHARACTERISTIC PHYSICOCHEMICAL OF BAMBOO-BASED ACTIVATED CARBON FOR COAL RUN-OFF WATER TREATMENT USED AT PT.BUKIT ASAM SLUDGE SETTLEMENT POND

    Get PDF
    The aim of this research were investigated bamboo-based activated charcoal (ABT)characteristics using Scanning Electron Microscopy (SEM) and Fourier Transform Infrared (FTIR). ABT has been successfully synthesized through physico-chemical activation at 700°C with H3PO4 10% solution as activator. The resulted were porous surface structure of bamboo charcoal causes an absorption interaction of pollutants (cations, anions, and suspended solids/TSS) in wastewater. Bamboo charcoal has different physical characteristics from charcoal from other types of raw materials because the structure with lignin composition is different from charcoal from other wood. The spectral patterns of AB and ABT are similar but differ in intensity. The functional groups detected in the two materials are the same, but there are differences in the absorption intensity where the ABT is relatively lower, especially in the hydroxyl functional groups at around 3400 and 1600 cm-1. This decrease in intensity is due to the dehydration process that occurs during both physical and chemical activation processes so that the hydroxyl groups come out of the bamboo charcoal structur

    PENINGKATAN NILAI TAMBAH MINYAK SEREH WANGI MELALUI PEMBUATAN BALSEM CITRONELLA

    Get PDF
    Kelompok Tani Hutan (KTH) Agro Sumber Rejeki atas inisiatif sendiri telah membudidayakan sereh wangi (Cymbophogon nardus) sejak tahun 2016 sebagai tanaman sela di wilayah hutan produksi Register 40, Kabupaten Lampung Selatan. KTH memproduksi minyak serehwangi secara rutin sebanyak 2,5 liter/hari. Kendala yang dihadapi KTH saat ini adalah keterbatasan jumlah pasar minyak sereh wangi di Provinsi Lampung dan belum dimilikinya pengetahuan serta keterampilan masyarakat akan manfaat dan teknis pembuatan produk-produk berbasis minyak sereh wangi. Tujuan dari kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah meningkatkan pengetahuan masyarakat akan manfaat minyak sereh wangi, meningkatkan pemahaman tentang persyaratan obat tradisional serta meningkatkan keterampilan teknis dalam memproduksi balsem sereh wangi. Metode pengabdian masyarakat ini dilaksanakan dengan penyuluhan berupa ceramah langsung dan pelatihan pembuatan balsem citronella. Hasil evaluasi kegiatan menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan manfaat minyak sereh wangi dan persyaratan obat luar serta keterampilan teknis pembuatan sebesar 61 poin dari nilai awal sebelum dimulainya kegiatan pengabdianKata kunci: Minyak Sereh Wangi, BalsemÂ

    Development of location tracking system via short message service (SMS) based on GPS unblox neo-6m and sim 800l module

    Get PDF
    The development of technology has increasingly sophisticated and has a positive influence on human life. The location tracking system that is currently overgrowing in the world of technology is required to be able to serve consumers until consumers can benefit from the technology. Given the number of thefts in Indonesia is currently increasing and the need for a security system that can work continuously automatically. Therefore, the purpose of this research is to make the location tracking system as expected by the community. Based on the testing that has been done on the tool and see the purpose of this research, it can be concluded that this tool has been tested and can be used to help secure systems to track valuable tools such as motorcycles, bags, cars, etc. based on Global Positioning System (GPS) coordinates sent by SIM 800L module to numbers destination of cellphone

    IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR SENYAWA PREKURSOR PEMBENTUK AKRILAMIDA DALAM MAKANAN

    Get PDF
    This study aims to examine the presence of acrylamide precursors in food processed at high temperatures. Acrylamide compounds in foods containing the amino acid asparagine and reducing sugars processed at high temperatures have the potential to contain high levels of acrylamide. The beginning of research was carried out to determine the precursor content in the raw material then analyzed the amount of acrylamide with HPLC-RP LC-6A Shimadzu with C18 column and sterile aquabidest  as mobile phase. Optimization conditions were achieved with a column temperature of 35oC, a wavelength of 254 nm and a flow rate of 0.8 mL / minute. The retention time of acrylamide was observed at 3.8 minutes. The food samples tested were banana chips. The results showed that banana chips with a moisture content of 7.74% (w / w) ± 0.01 contained acrylamide 115.5 to 565 µg / kg. Acrylamide levels are influenced by the number of precursors, temperature and duration of food processing

    POTENSI KEBERADAAN SENYAWA AKRILAMIDA DALAM MAKANAN

    No full text
    This of the study was to examine the potential presence of acrylamide compounds in foods containing the amino acid asparagine and reducing sugars that are processed at high temperatures. The initial research was carried out to determine the levels of precursors in the raw material and then analyzed the amount of acrylamide using HPLC-RP LC-6A Shimadzu with a C18 column and sterile aqueous mobile phase. The optimization condition of the instrument was achieved with a column temperature of 35oC, a wavelength of 254 nm and a flow rate of 0.8 mL/min. The retention time of acrylamide was observed at 3.8 min. The food sample tested was banana chips. The results showed that banana chips with a moisture content of 7.74% (w/w) ± 0.01 contained acrylamide 115.5 to 565 g/kg. Acrylamide content is influenced by the amount of precursor, temperature and duration of food processing

    Efektifitas Ekstrak Kayu Secang (Caesalpinia Sappan L.) Sebagai Bahan Pengawet Daging

    No full text
    The aim of this research was to determine wood extract of secang and test usage of its as preservative in hash to microbiological test and organoleptic. Existence of component of brazilin give is specific in wood of secang that is ruddling chocolate if oxidized or in atmosphere of base. Wood extract of secang obtained of usage 1 kg of its which maserated during 144 hours were 17,6 ± 0,03. Usage of its about 1000 ppm was not yet given inhibition effect to growth of microbe in hash during inkubation about 6 hour. Colour in wood extract of secang were give change to hash colour become chocolate and influence hash organoleptic. Keywords : Wood of secang, extract, brazelein, has
    corecore